Bab 14 (Seperti dulu lagi)

1.1K 83 21
                                    


***

"Ada hal yang ternyata jauh lebih menyakitkan dari patah hati. Dan itu adalah pengorbanan"

Setelah diam dengan arah pikiran yang melintang kemana-mana, Damar memberanikan diri menghampiri Alana dan Mahendra, dehemannya berhasil membuyarkan Alana dan Mahendra spontan mereka melepaskan pelukan, Alana langsung menjauh memberi jarak dengan Mahendra karena Ia merasa tidak enak kepada Damar yang masih berstatus sebagai suaminya.

"Mas Damar"

Damar tersenyum simpul. "Tidak apa-apa Alana, Aku mengerti. Lagipula tadi pagi aku sempat bicara dengan Mahendra, seperti yang sudah kita ketahui kali ini Aku ingin membebaskan mu" ucapnya sambil sedikit mengalihkan pandangannya, lelaki itu juga sedang berusaha menahan sesak didadanya.

Mahendra mengerutkan keningnya, sambil memegangi perutnya dan lututnya dijadikan tumpuan untuk bangkit, perlahan Pria itu berdiri dan menatap Damar seksama.

"Apa maksud dari perkataan Anda Pak Damar"

"Saya sudah mengambil keputusan, Secepatnya saya akan mengurus surat perceraian dengan Alana"

Ungkapan itu sontak membuat Alana terkejut, Ia sendiri bingung padahal Ia akan berusaha menerima Damar dan tidak berpikir untuk kembali kepada Mahendra.

"Tapi kenapa tiba-tiba Mas Damar ingin menceraikan Aku?"

"Alana sudahlah, jangan membohongi perasaan sendiri lagi. Aku tahu aku hanyalah tempat singgah sementara, aku bukan ditakdirkan menjadi rumah yang kamu tempati untuk menetap, lagipula kamu tahu sendiri kan? Pernikahan kita tidak pernah sah. Semua hanya berlaku Dimata hukum, tetap saja tidak ada sesuatu yang kuat selain agama. Maka dari itu sebaiknya permainan ini dihentikan"

Mahendra menghela nafas berat, Ia tidak bisa membayangkan betapa besarnya hati Damar. Seharusnya Ia senang, tapi entah kenapa justru Ia merasa bersalah.

"Maafkan saya Pak Damar, saya tidak bermaksud untuk merusak rumah tangga Anda, Saya hanya sedang berusaha memperjuangkan hak saya sebagai seorang Ayah"

"Tak apa, jika Aku berada diposisimu. Aku pasti akan melakukan hal yang sama, untuk itu tolong jaga baik-baik Alana dan Alendra, jika kau melukai mereka jangan salahkan Aku jika Aku akan merebutnya kembali darimu"

Mahendra tertawa kecil.

"Terimakasih atas kepercayaan Anda Pak Damar, Saya berjanji dengan nyawa saya. Saya akan selalu menjadi Pelindung bagi Anak dan wanita yang saya Cintai"

Alana mengusap dadanya, menitihkan air mata kebahagiaan. Bagaimana Ia bisa dikelilingi oleh orang-orang hebat seperti Damar dan Mahendra. Ia masih tak menyangka begitu dicintai oleh 2 lelaki yang berbeda kasta ini.

"Tapi bolehkan jika kapanpun aku ingin menemui Alendra, biar bagaimanapun juga aku sudah menganggap Alendra seperti anakku sendiri"

"Pasti, itu sangat boleh. Mas Damar bisa kapanpun menemui Alendra"

Mahendra hanya tersenyum tipis, Ia pun tampak tidak keberatan.

"Yasudah, sebaiknya lukamu di obati. Jangan temui Alendra dalam keadaan babak belur seperti ini"

Alana langsung menoleh kepada Mahendra. "Iya benar, mari kita obati"

Alana memapah Mahendra dan Pria itu dilarikan ke ruang rawat sementara untuk diberi pengobatan.

Setelah selesai memberi plester di ujung sudut mata sebelah kanan, dokter dan perawat pun keluar. Kini tersisa Alana, Damar dan Mahendra.

"Aku ke ruangan Alendra duluan yaa, Alana. Ingatkan kekasih kamu itu agar tidak menemui dulu putranya sebelum sembuh, sementara aku yang akan menggantikan peran nya"

One Night Stand IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang