Episode 8

1.8K 168 7
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan jarum pendek ke angka dua, dan jarum panjang menunjuk ke arah dua belas. Waktu di mana seluruh orang masih larut dengan tidur lelap mereka, waktu ternyaman mengarungi mimpi serta mengistirahatkan diri. Hal itu sayangnya tidak dirasakan oleh Off, pria jangkung yang kini sedang meringkuk kesakitan di atas kasur, mengerang tertahan sembari membekap mulutnya erat.

"Enghhh~" erangan Off terdengar samar dari balik telapak tangannya yang ia jadikan alat untuk meredam pekikan

Air mata menetes dari kedua mata mengantuknya yang disebabkan lantaran menahan sakit hebat di kepalanya, atau menahan sesak di dadanya karena rasa takut membuat nyalinya menciut.

Tangan kiri, Off gunakan untuk
menjambak kencang rambut legam miliknya, sebagai pelampiasan betapa sakit kepalanya bagai dilindas oleh jutaan besi tajam.

Di dalam hatinya, Off berdoa agar Tuhan berbaik hati untuk tidak membangunkan Gun yang masih terlelap pulas di sampingnya. Melihat Off yang mimisan saja ekspresi Gun begitu membuat hai Off sangat sakit karena tidak tega melihatnya, apalagi jika Gun harus menyaksikan kesakitan Off ini, ia bisa mati mungkin karena tidak kuasa melihat Gun menangis histeris akibat kondisi sialannya ini.

Off merutuki sakit yang terus saja menguasai tubuhnya, kesal, marah, dan takut membuat Off semakin merasakan sakit membekukan kepala dan otaknya, mati rasa alias kebas, namun tetap begitu berdenyut nyeri.

"Papii~"

Gun membuka matanya, meskipun hanya setengah, pendengarannya beberapa kali menangkap suara rintihan, dan pekikan tertahan. Otaknya membangunkan Gun, walaupun matanya begitu berat untuk terbuka, rasa lelah begitu mendominasi, namun ia tetap terbangun walau dengan tingkat kesadaran yang begitu kecil.

Di samping kiri, Off semakin membekap mulutnya, memejamkan matanya erat, berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan suara apa pun agar Gun bisa kembali tidur.

Tangan kecil memeluk area perut Off, tangan milik kekasihnya tentu saja. Off merasakan hembusan nafas Gun di ceruk leher belakangnya--- Nafas itu sepertinya teratur, itu tandanya Gun kembali ke alam mimpinya. Off membuka bekapan pada mulutnya, bernafas sebanyak-banyaknya, rasa sakit masih begitu kuat ia rasakan pada kepalanya, namun Off sudah sangat lelah, ia juga tidak tahu bagaimana dirinya harus meredam rasa sakit itu.

Off dengan tangan sedikit bergetar membuka laci yang terdapat pada meja nakas di sampingnya, mengambil sebuah merek obat warung untuk meredakan sakit kepala. Kwang selalu melarang Off untuk meminum obat sembarangan saat sedang sakit begini, dan Off selalu menurutinya, namun tidak untuk malam ini, ia sudah tidak tahan dengan sakit yang semakin hari justru semakin menggila ini. Off mengambil satu kapsul obat, lalu meminumnya cepat. Situasinya mendesak Off untuk melanggar larangan Kwang, Off tidak ingin Gun kembali bangun, dan melihat dirinya yang meringis kesakitan.

Setelah meminum Obat, Off membalikan tubuhnya menghadap Gun, membalas pelukan pria mungil yang begitu ia cintai itu, berusaha kembali tidur dengan rasa sakit yang berangsur mereda walaupun butuh waktu lama untuk obat itu bekerja, tapi Off akhirnya dapat terlelap.
.
.
.

Matahari sudah berada di langit tertinggi, pertanda jika siang sudah semakin bersinar. Off tidak kunjung membuka matanya, padahal Gun sudah berkali-kali kembali ke kamar untuk membangunkan Off, berniat mengajak kekasih tampannya itu sarapan, namun Off tidak juga berniat keluar dari alam mimpinya membuat Gun terpaksa harus sarapan seorang diri.

"Papii bangun ini sudah siang, ayo makan dulu nanti Papii sakit~"

Off sudah sakit Gun. Seandainya saja kau tahu itu, kau mungkin tidak akan membangunkan Off saat ini, membiarkannya beristirahat sampai kondisinya membaik. Ha~ sayangnya Off terlalu menyebalkan untuk memendamnya sendiri, tidak ingin berbagi dengan orang lain.

Turn Off [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang