[JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPADKU YA, BIAR GAK KETINGGALAN KALAU ADA UPDATEAN TERBARU. JANGAN LUPA VOMMENT AND KOMEN JUGA. DAN PASTIKAN KLIK BINTANG POJOK KIRI BAWAH DALAM KEADAAN ONLINE YA. BIAR VOTENYA MASUK. 1 VOTE KALIAN SANGAT BERARTI UNTUK CERITA INI❤]
[SHARE JUGA CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN YA. BIAR KITA BAPER BARENG-BARENG. GREGET BARENG-BARENG. HAPPY READING❤]
____________________________________"Nama kakak Enzi. Hampir mirip kan? Enzi dan Anzi."
~~~
Pandangan Enzi beralih ke arah Luna, "Bukannya lo dan temen-temen lo ya yang salah? Yang bikin Meyra jadi kayak gini tuh siapa?" Kata Enzi yang tidak terima dengan apa yang di ucapkan Luna.
Enzi beralih melihat ke bu guru di depannya. Dengan nada yang sopan dan juga hormat Enzi bertanya, "Ibu bisa lihat sendiri dari kondisi Meyra dan juga saya. Disini yang terlihat sebagai korban siapa? Apakah ibu tidak bisa menilai dari kondisi kami saat ini bu?"
"Iya ibu tau. Tapi ini kunci masalahnya apa? Ada yang bisa jelaskan?" Tanya guru paruh baya itu.
"Ibu bisa tanya sendiri sama pelakunya." Ucap Enzi dengan melirik ke arah Serly.
"Tolong jangan buat ibu bingung. Jelasin ini masalahnya apa?" Tanya bu Indri yang sudah mulai geram dengan murid-mridnya.
"Biar saya yang jelaskan bu." Kini Delvin yang membuka suara.
"Masalah ini sebenarnya hanya masalah sepele. Ini cuma kesalah pahaman. Serlylah yang memulai ini semua. Sampai berakhir dengan kondisi Meyra saat ini." Terang Delvin.
Kini bu Indri beralih melihat gadis berambut coklat itu. "Apa itu benar Serly?"
Dahi serly terlihat tertekuk, "Haa nggak salah denger nih? Ibu nuduh saya?" Tanya Serly menunjuk dirinya sendiri, "apa ibu lupa siapa donasi terbesar sekolah ini? Apa perlu saya ingatkan berapa rupiah yang papa saya keluarkan?" Lanjut Serly yang langsung membuat bu Indri bungkam tidak tau harus menjawab apa.
Serly tersenyum puas dengan ancaman yang baru saja ia lontarkan. Cukup mudah untuk mengancam guru tengil ini pikirnya.
"Kenapa ibu diam? Ibu takut dengan ancaman itu?" Suara itu berasal dari mulut Enzi, Meyra terkejut ketika mendengar perkataan dari Enzi, ia dengan refleks menggeman tangan Enzi untuk memintanya diam. Enzi membalas genggaman Meyra, dia mengganggukkan kepala seolah mengatakan 'tidak usah takut'. Jujur saja Meyra sangat takut saat ini malahan tangan Meyra sudah basah oleh keringatnya.
Suara Enzi meninggi, "Saya bertanya kepada ibu. Kenapa ibu diam? Apa di sekolah ini membenarkan yang namanya perbedaan?" Kata itu semakin membuat Meyra bergetar. Takut-takut jika ia dan Enzi akan mendapatkan masalah yang lebih besar.
Ketika di dalam ruang BK suasana sangatlah mencengkam lain hal nya di luar ruang BK. Teman-teman Enzi masih setia menunggu di tempat yang sama.
Johan yang sudah jengah mendengarkan celotehan dari dua alien ini. Yah, siapa lagi kalau bukan Roy dan Samuel. Sedari tadi mereka berdua berdebat hal yang sangat tidak berguna. Rahang Johan mengeras ingin sekali ia melenyapkan Roy dan Samuel sekarang juga.
Sedangkan Marcus, cowok itu hanya diam dengan tetap menatap teman-temannya lekat-lekat. Sejujurnya Marcus juga sudah jemu sama dengan yang di rasakan Johan, namun bedanya Marcus hanya diam.
"Lo kalo di kasih tau nyolot banget sih. Jelas-jelas ayam dulu baru telur." Kalimat itu berasal dari mulut Samuel yang entah sudah berapa kali ia mengatakan hal tersebut.
"Dimana-mana telur dulu baru ayam." Jawab Roy cepat.
"Ayam dulu."
"Telur dulu."

ŞİMDİ OKUDUĞUN
VALENZI
Genç KurguKetika satu ikatan dipertemukan oleh sebuah rasa. Valenzi Nathael. Itulah namanya. Seorang ketua Geng GAVISA. Geng motor juga penguasa sekolah. Seorang most wanted yang memiliki paras di atas rata-rata. Bertemu dengan gadis yang memiliki sifat miri...