4. Rich People

8.6K 679 1
                                    

"Lisa-ya!" Lisa menghentikan langkahnya sejenak dan menengok kebelakang untuk memastikan siapa yang memanggilnya.

"Eoh? Wae, eonnie?" Lisa menghampiri Jisoo yang ternyata memanggilnya tadi.

"Kau mau kemana? Kenapa buru-buru? Dan kenapa kamu ganti seragam?" Jisoo memperhatikan Lisa dari bawah sampai atas, melihat adiknya berganti seragam membuatnya bertanya-tanya ada apa sebenarnya. Karena ini bukan sekali atau dua kali Lisa berganti seragam saat di sekolah.

"Ah... aku.. aku tadi ketumpahan minuman, eonnie" Lisa menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. Ia berharap eonnienya tidak bertanya lebih lanjut apa yang baru saja terjadi.

"Benarkah? Jika sesuatu terjadi, jangan sembunyikan itu dari eonnie. Eonnie dengar, tadi di kantin ada anak dari jalur beasiswa yang sedang dibully maka dari itu eonnie langsung mencarimu untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja" Jisoo tersenyum ke arah Lisa dan mengelus lembut pipi Lisa.

"Nan gwaenchana. Eonnie tidak perlu tentang itu" Lisa tersenyum lalu mengenggam tangan Jisoo yang sedang mengelus pipinya tadi.

"Aku pergi dulu, ne? Ada urusan yang harus aku selesaikan. Nanti kalau sudah pulang sekolah, eonnie pulang duluan saja. Aku ada tugas tambahan, jadi agak sedikit telat keluarnya. Lagi pula aku nanti langsung ke minimarket kok" Lisa mengelus punggung tangan Jisoo dan menciumnya sekilas lalu langsung pergi dari hadapan Jisoo.

*****

Ceklek...

"Heish... banyak banget debunya" Lisa langsung menutup hidungnya saat membuka pintu gudang yang isinya dipenuhi oleh debu. Lisa terdiam sejenak lalu mengingat perkataan Jisoo tadi.

"Ingat! Jangan berdekatan dengan banyak debu! Nanti alergimu bisa kambuh" perintah Jisoo sebelum Lisa pergi tadi.

"Hah... masa bodo, toh enggak ada yang peduli juga kalau aku minta bantuan" Lisa mulai memasuki gudang yang dipenuhi dengan banyak barang dan debu itu.

"Sini biar kubantu" seorang namja bertubuh tinggi langsung mengambil alih kardus yang di pegang Lisa.

"Apa sih?! Anda siapa?! Kenapa lancang banget sih?!" Lisa merasa geram karena urusan pribadinya baru saja diganggu oleh orang lain yang bahkan tidak ia kenal.

"Aku Kim Hanbin dari kelas 11 IPA-1" Hanbin terus mengangkat kardus dari gudang itu dan tentu Lisa menjadi sangat kesal.

"Menyingkirlah ORANG KAYA! Jangan campuri urusanku jika kau tidak mau terkena masalah oleh orang lain" Lisa berteriak dengan nada datarnya itu dan Hanbin langsung berhenti melakukan aktivitasnya tadi lalu berbalik dan menatap Lisa.

"Tau dari mana aku orang kaya?" Hanbin menatap Lisa dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Kau dari kelas 1" Suara Lisa mulai terdengar lesu.

"Bukan aku yang kaya, tapi orangtuaku" Hanbin mulai melangkahkan kembali kakinya sambil membawa kardus-kardus itu.

"Jangan dekat denganku jika kau tidak mau menjadi bahan cibiran siswa lain" suara Lisa terdengar sangat datar dan tajam, setiap orang yang mendengar pasti akan bergidik ngeri.

"Siapa yang berani membicarakanku? Tidak ada" Hanbin berhenti dihadapan Lisa dan menatap Lisa yang juga sedang mentapnya dengan tatapan dingin.

"Cih, memang semua orang kaya itu sama ya, sama-sama sombong dan hanya bisa merendahkan orang sepertiku" Lisa berdecih remeh dan kembali menatap datar Hanbin.

"Aku melihat kejadian di kantin tadi" Hanbin mengambil sapu di ujung pintu gudang tersebut.

"Lalu? Bukankah itu tontonan yang menarik?" Lisa sudah biasa jika menjadi bahan tontonan remeh oleh siswa lain. Tontonan saat ia dibully habis-habisan pasti sangat digemari oleh siswa lain

"Tidak. Aku dulu salah satu dari mereka" Hanbin memakai masker lalu menyapu gudang yang penuh debu itu

"Itu tidak mengejutkan, aku tahu semua orang kaya seperti itu" Lisa langsung mengambil sapu yang dipegang Hanbin dan mengambil alih aktivitas Hanbin tadi.

"Kenapa kau diam?" Hanbin berjalan ke arah rak didalam gudang itu.

"Untuk apa aku melawan? Tidak akan ada yang membela dan membantuku."

"Aku akan membantumu" Hanbin menatap Lisa yang sedang menyapu lantai gudang itu yang seolah tidak mendengar tawaran Hanbin.

"Jangan berbicara omong kosong. Aku sudah bersekolah selama dua tahun di sini dan aku selalu mendapatkan perlakuan seperti itu. Tidak ada seorangpun yang membantu, bahkan eonnieku tidak mengetahuinya" Lisa menaruh kembali sapu itu dan berjalan keluar gudang meninggalkan Hanbin.

"Kau mempunyai eonnie?"

Lisa tidak mengubris pertanyaan Hanbin, ia hanya malas menanggapi orang kaya yang menurutnya pasti mereka ujung-ujungnya hanya akan menjatuhkannya.

Lisa memilih untuk ke kelas dan mengambil tasnya, berhenti sejenak saat melihat meja dan kursinya yang penuh dengan coretan makian dari siswa lain. Dan ia langsung pergi ke gerbang depan untuk pulang, karena memang sudah satu jam sejak bel pulang sekolah berbunyi.

*****

Ting!

"Eoh? Tumben kau telat datang" sebuah suara yang tidak asing masuk kedalam gendang telinga Lisa saat ia baru saja memasuki minimarket tempat ia bekerja.

"Ada urusan" Lisa langsung berjalan kearah ruang staff dan menaruh tasnya.

"Urusan apa?" Suara itu kembali terdengar dan membuat Lisa mengembuskan nafasnya kasar lalu menatap malas temannya itu.

"Kau tidak perlu tahu, Lee Sejeong" Lisa langsung memakai rompi berwarna kuning itu.

"Pulanglah, ini shiftku" Lisa berjalan kearah rak makanan untuk mengecheck stock makanan yang tersisa.

Sedangkan Sejeong hanya menghembuskan nafasnya kasar karena Lisa masih bersikap dingin dan cuek padanya, padahal mereka sudah berteman selama empat tahun semenjak mereka bertemu di minimarket itu dan sama-sama bekerja part time.

______________

Vote dan comment yaa..

Follow juga

Next? Soon💕

WHY, ME?  [E N D] ✔Where stories live. Discover now