Bab Enam - Setelah Udahan (dua-Lelaki Sok Tahu)

618 91 2
                                    

Patah hati itu normal kali. Yang nggak normal itu kalau lo terus-terusan patah hati buat apa yang tak sepantasnya. Kalau sampah bisa dibuang pada tempatnya, kenapa patah hati enggak?

~Unknown, lelaki sok tahu.

***

Hari ini adalah hari Minggu. Hari yang dinanti-nanti semua orang. Pasalnya di hari Minggu adalah momen yang tepat untuk memanfaatkan quality time bersama keluarga dari kesibukan bekerja.

Tapi bagi anak rantau, hari Minggu hanya untuk rebahan. Apalagi yang harus dilakukan? Ya, syukur kalau ada doi. Tapi kalau jomlo gimana?

Sama halnya dengan Cinta dan Ivo. Setelah makan malam, mereka berdua hanya menghabiskan waktu untuk maraton beberapa movie yang sudah beberapa kali tayang di bioskop. Untungnya bahwa keduanya sama-sama pecinta film western thriller jadi tidak akan membuang-buang waktu hanya untuk sekadar berdebat.

Mereka berdua baru tertidur setelah pukul empat setelah menghabiskan sepuluh film berturut-turut. Suasananya pun sudah seperti kandang ayam. Bungkus cemilan dan botol minuman bertebaran di mana-mana. Mereka hanya menggelar sebuah karpet berbulu di ruang tengah. Laptop yang masih melekat dengan charger hanya dibiarkan begitu saja di atas meja dengan lagu yang terus terputar.

Cahaya yang menusuk berhasil menembus kain gorden yang terpasang di samping pintu masuk kontrakan Cinta. Ivo yang pertama kali merasa terganggu dengan cahaya itu akhirnya membuka matanya perlahan. Ia membuka mulutnya lebar-lebar sambil merenggangkan tangannya ke atas.

Ia melihat Cinta yang masih nyenyak tidur dalam selimut yang membungkusnya. Tak mau mengganggu, akhirnya Ivo beranjak ke dapur. Ia menyeduh segelas kopi untuk dirinya dan segelas teh matcha untuk Cinta. Tak cuma itu, Ivo juga membuat pisang goreng nuget.

Baunya yang tercium sampai di ruang tengah membuat Cinta perlahan membuka matanya. Ia yakin bahwa Ivo yang ada di dapur karena tak mendapati Ivo di sampingnya. Tak mau ambil pusing, Cinta bergerak untuk membersihkan ruang tengah yang masih berserakan. Sampah-sampah bekas semalam ia buang ke tempat sampah. Karpet yang sudah ia gelar, kembali ia lipat. Bantal dan selimut ia bawa masuk ke dalam kamar kembali, begitu pun dengan colokan dan juga laptop.

Setelah itu barulah ia menyusul Ivo ke dapur. Ia meneguk segelas air putih terlebih dahulu sebelum duduk di meja makan.

"Buat gue, Vo?" tanya Cinta menunjuk segelas teh matcha yang sepertinya sudah dingin di atas meja.

"Iyalah. Masa buat gue," jawab Ivo membawa sepiring pisang nuget yang sudah selesai proses.

"Sempat aja lo minat gitu."

"Gaklah. Nih, pisang di kulkas abis gue eksekusi semua. Lo suka banget bekuin makanan," ucap Ivo. Ia mencomot pisang nuget yang masih hangat-hangat itu.

Cinta juga ikut mencomot. "Gue lupa beli pisang ini kapan. Tapi masih enak, kok," katanya setelah satu gigit sudah mendarat di lidahnya.

"Kan gue yang olah." Ivo memang selalu berbangga diri dengan apa yang berhasil ia masak.

"Iyain biar kelar. Ngomong-ngomong, mumpung ini sedang hari Minggu, lo mau nggak temanin gue bentar ke mall?" tanya Cinta.

"Ngapain?"

"Mau beli blouse. Baju kerja gue kayaknya gitu-gitu mulu." Cinta membawa gelas kosongnya ke wastafel.

"Ya, sudah. Gue juga mau beli kuas sama beberapa penggaris. Daripada gue minjam mulu sama temen. Sekarang, kan? Sore ibadah, Cin."

"Iya. Lo mandi, gih. Terserah di sini apa di kos lo."

Giliran Ivo yang membawa gelas kosongnya ke wastafel bersama piring yang sudah kosong itu.

C I N T A R A (Selesai) Where stories live. Discover now