LimaBelas - SMA

338 41 1
                                    

"Mau beli es krim nggak?" tanya Atar berdiri dari duduknya.

Cinta yang sedang melepas jaketnya mengangguk sekilas. Cuaca sore ini memang cukup panas. Mereka sedang berada di taman belakang kampus Atar. Kebetulan tadi waktu Atar menjemput Cinta pulang kerja, tugasnya ketinggalan di kampus. Tak ada jalan lain selain singgah dulu di kampus. Lagipula kedua sahabat yang biasa ia suruh-suruh juga sudah pulang.

Cinta kekeuh untuk singgah sebentar di taman kampus yang berhadapan langsung dengan lapangan besar. Di sana banyak mahasiswa yang sedang melakukan olahraga dan juga dancing. Mungin bagian dari perkuliahan.

"Ini. Rasa greentea." Cinta mengalihkan pandangannya saat mendengar suara Atar yang sudah kembali dengan dua cup es krim di tangannya.

"Makasih. Ngomong-ngomong di sini selalu ramai, ya, tiap sore?" tanya Cinta yang sudah mulai menikmati es krim miliknya.

"Ramailah. Kecuali hari libur dan hari raya. Soalnya kampus tutup jadi tidak ada satpam yang menjaga." Cinta mengangguk-anggukkan kepalanya. Pandangannya kembali ia alihkan ke arah lapangan.

"Itu sebenarnya bagian dari kegiatan kampus. Kalau di SMA, istilahnya ektra-kurikuler gitulah. Jadi, banyak kegiatan sampingan selain belajar di kelas," papar Atar.

"Kapan-kapan kita joging di sini, yuk!" sambung Atar lagi mengajak. Cinta langsung melarikan bola matanya ke arah Atar.

"Emang boleh?" tanya Cinta sangsi.

"Ya, bolehlah. Ini itu umum, cuma harus bayar uang kebersihan pas masuk. Tapi nggak gede."

"Berapa?" tanya Cinta penasaran.

"Dua ribu aja."

"Oh ... bolehlah."

Fokus Cinta kembali pada lapangan. Matanya tertuju pada anak-anak yang masih memakai baju seragam SMA―yang setahu Cinta adalah sekolah yang berada di samping kampus ini.

"Kok, itu ada anak SMA?" tunjuk Cinta.

Atar yang semula fokus menikmati es krim rasa coklatnya, akhirnya mengikuti ke arah mana telunjuk Cinta bergerak.

"Oh, itu. Setiap minggu memang ada. Latihan dancing-nya diajarin sama anak kampus sini. Jadi, ya, setiap sore akan ada anak SMA di sini," jelas Atar.

"Jadi, keingat sama masa SMA dulu. Sayang, banyak sekali waktu terlewatkan."

Atar membuat sampahnya lebih dulu. "Maksud kamu?"

Giliran Cinta yang membuang sampahnya. "Aku waktu SMK hanya fokus untuk belajar dan belajar. Ya, maklum juga, sih. Aku ngejar beasiswa jadi takut aja kalau ada nilai yang turun. Nanti malah beasiswanya dicabut sama pihak sekolah." Cinta tersenyum getir kala mengingat masa SMK-nya. Menjadi siswi yang sudah sangat mandiri, membuatnya berusaha keras untuk tidak merepotkan orang tuanya. Walaupun pada kenyataannya bahwa orangtuanya termasuk ke dalam golongan orang berada. Jadi, wajar apabila Cinta tidak memiliki waktu bersama teman-temannya, seperti jalan-jalan atau sekadar nongkrong di sekolah.

"Jadi, kamu nggak pernah main sama temen-temen kamu, dong?" Sepertinya Atar mulai penasaran dengan kehidupan sekolah Cinta dulu.
"Sayangnya enggak. Kalau kamu bagaimana?" tanya Cinta balik.

Atar memasukkan tangannya ke dalam saku depan jaketnya yang berwarna biru dongker. Ia menatap Cinta sekilas.

"Gue dulu nakal. Sangat nakal malah. Melebihi Dilannya si Milea itu. Kerjaan gue tiap hari cuma tawuran dan gak pernah berdamai sama guru. Temen-temen gue juga pada anak motor, umurnya di atas gue semua. Gue nggak ada teman di sekolah. Maksudnya teman buat diajakin tawuran bareng. Ya, namanya SMA, kan." Atar terkekeh sebentar. Cinta sudah memasang telinganya baik-baik untuk mendengar cerita Atar. Rasanya lebih menarik ketimbang masa SMK-nya.

C I N T A R A (Selesai) Where stories live. Discover now