Bab 17: Who is She?

210 12 0
                                    

Menghindar pun tetap akan sia-sia, jika kamu tetap menemukan keberadaan ku. ---- Revano Kevin Agustio.

***

"Kak Revan!"

Suara familiar memanggil nama laki-laki yang kini tengah berada di antara kerumunan banyak orang. Tepatnya di sebuah bandara yang ramai oleh pengunjung. Mencari asal suara, laki-laki dengan jaket biru itu menemukan seseorang yang di carinya, beberapa meter dari tempatnya berdiri saat ini. Helaan napas lega terdengar mengiringi langkahnya mendekati seseorang tersebut.

Manik mata hitam itu meneliti setiap inci penampilan seseorang yang ada di hadapannya. Takut-takut jika seseorang itu terluka. Karena jujur, saat gadis yang ada di hadapannya ini menelepon---memberitahu kepadanya bahwa perempuan itu mendapatkan musibah akibat kecopetan, sejak itu pula rasa khawatir selalu menghinggapinya.

"Dasar ceroboh! Kenapa nggak kasih tau aku kalo mau datang ke Indonesia? Aku bisa jemput kamu dan kejadian ini nggak akan terjadi!"

Gadis cantik blasteran Indonesia-Korea Selatan itu menyurutkan bibir mendengar omelan laki-laki di hadapannya ini.

"Mianne Oppa... Rencananya aku mau kasih kejutan, makanya aku tidak mengabari kakak jika ingin datang ke Indonesia," jelas gadis itu dengan wajah bersalah. "Aku kira, semuanya bisa ku handle, walau aku sudah lama sekali tidak ke Indonesia. Eh.. tidak taunya, baru mendarat di Indonesia aku sudah kena musibah. Jujur aku tadi sangat panik dan terpaksa menghubungi kakak. Kejuatanku gagal jadinya," cerocos polos gadis itu dengan aksen khas Korea Selatan.

Sekali lagi laki-laki itu menghela napas pelan. Perempuan di hadapannya ini memang sangat ceriwis jika berbicara. Apa semua perempuan begitu? Jika sudah berbicara kadang lupa untuk berhenti.

"Yaudah, ayo!"

Koper pink berukuran sedang langsung di tarik laki-laki itu dari tangan sang empu koper.

"Ayo kemana?" tanya gadis itu polos sembari mengimbangi langkah panjang laki-laki di sampingnya.

"Kerumah paman dan bibi kamu lah! Kemana lagi? Kamu mau tinggal di kolong jembatan? Kalau mau, biar aku hantarkan sekarang juga."

Kembali gadis cantik itu menyurutkan bibirnya. Memang dasar, laki-laki bernama Revan ini kalau ngomong suka ceplas-ceplos!

"Hajima!" seru gadis itu menggelengkan kepala.

Alis tebal laki-laki itu mengernyit. "Wae?"

"Aku malas menginap ditempat paman dan bibi. Mereka pasti sibuk kerja dan aku akan terabaikan," jelas gadis itu sembari berjalan selangkah lalu menghadap laki-laki jangkung bernama Revan tersebut. "Rencananya aku mau menginap di hotel saja. Tapi dompetku hilang, semua uang dan kartu kredit ku ada di dalamnya," ucapnya lagi dengan memasang wajah memelas.

"Kalau begitu kerumah ku aja," final laki-laki itu dan berjalan mendahului gadis berambut sebahu tersebut.

"Kak Revan, tunggu..."

"Kenapa lagi?"

"Aku lapar." Gadis itu memasang puppy eyes andalan. Siapa saja yang melihatnya akan gemas dan luluh. Dan gadis itu tahu jika laki-laki yang di panggilnya dengan sebutan 'kakak' itu akan luluh melihat puppy eyes andalannya ini. "Bagaimana, sebelum ke rumah Kak Revan, kita makan dulu? Sedari tadi perutku sudah keroncongan, aku hanya makan satu potong roti saja tadi."

Es Kepal Milo (TAMAT)Where stories live. Discover now