2 | Club and Case

283 55 9
                                    

Dentuman musik terdengar menggema dalam sebuah ruangan dengan lampu kerlap-kerlip sebagai alat penerangan. Bebauan alkohol menyeruak kuat memasuki indera penciuman. Orang-orang mulai bergerak maju menuju lantai dansa kala sang pemandu musik memutar lagu milik Boygroup ternama yang kini tengah menjajaki dunia permusikan Amerika.

Mozzle Club, merupakan salah satu klub terkenal yang sudah berdiri cukup lama di kota New York. Night Club ini merupakan usaha rintisan kecil milik Junhoe dan Dahyun yang mereka dirikan sebagai tanda persahabatan mereka. Saat ini, Mozzle Club menjadi salah satu klub yang sering didatangi public figure juga orang-orang dari kalangan atas.

Tidak hanya sebagai Klub biasa dimana orang-orang sering melarikan diri untuk bersenang-senang, Mozzle Club terkadang menjadi tempat PFE mendapatkan client-nya dan tak jarang juga targetnya. Dan tanpa sepengetahuan pihak berwajib setempat, Mozzle terkadang sering melanggar aturan seperti menjual beberapa jenis barang ilegal dan obat-obatan. Namun hebatnya, hal itu tak pernah terendus sama sekali.

Saat ini, dahyun beserta keempat kawannya tengah menunggu seseorang dilantai dua bangunan klub-nya. Lantai dua dikenal sebagai lantai private dimana hanya orang-orang dengan title tertentu saja yang boleh menyewanya.

“kupikir parasut bukan ide yang buruk.” ujar dahyun seraya menuangkan wine pada gelasnya, “darimana kau mendapatkannya?”

“itu rahasia.” sahut si lelaki jangkung berparas rupawan yang kini tersenyum bangga kemudian meneguk segelas wine yang tersedia dihadapannya, “itulah kegunaannya punya banyak koneksi.”

Dahyun mendecak kemudian menoleh menyadari kehadiran mingyu yang sedari tadi merenggut tanpa alasan.

“ada apa denganmu?” tanyanya dan mingyu hanya membuang muka sebagai balasan.

“Hei Kim Mingyu”

Mendengar namanya dipanggil, lelaki berkulit kecoklatan itu menoleh dan mendapati junhoe tengah menatapnya sambil mengulurkan tangan kanan kearahnya.

“apa?” sahutnya tak mengerti kemudian menjabat tangan junhoe tanpa sebab.

Junhoe mendelik kebingungan dengan respon mingyu yang membuatnya terlihat semakin bodoh dihadapannya.

“maksudku flashdisk-nya bodoh.” tambah junhoe seraya menepis jabatan tangan mingyu.

Menyadari kebodohannya, Mingyu segera terkekeh kecil sembari memberikan flashdisk yang sebelumnya berada disaku hoodienya.

Segera setelah menerima flashdisk dari tangan mingyu, junhoe memberikannya pada jeongyeon, si gadis cantik yang sedari tadi terlihat tak bisa berhenti mengurusi sesuatu dari balik layar laptopnya.

“bagaimana?” tanya junhoe sesaat setelah jeongyeon memasang flashdisk pada laptopnya dan memeriksa data-data yang berada disana. “aman?”

“Tenang saja. Semua aman.” sahut jeongyeon santai, “apa perlu aku menyalinnya?”

“terserah padamu.” sahut Junhoe seraya mengedikkan bahunya kemudian beranjak menuju lantai bawah membuat pandangan keempat temannya mengikutinya.

“mau kemana dia?” tanya dahyun dan jeongyeon hanya membalasnya dengan gedikkan bahu.

Tak berapa lama, suara khas tangga beradu dengan sepatu sekelompok orang terdengar memasuki indera pendengaran. Kehadiran junhoe beserta beberapa lelaki berpakaian rapih bak pegawai kantoran nampak menuju arah mereka. Dengan kompak keempatnya berdiri menyambut lengkap dengan senyum yang terpatri pada wajah masing-masing.

[1] secret serviceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang