Selalu Mendukungmu, Istriku Sayang

87 0 0
                                    

Saat usia kandungan Renatta menasuki 7 bulan, acara 7 bulanan digelar dari pagi hingga siang dan sorenya, lanjut baby shower. Untuk acara 7 bulanan yang pagi, itu dibuat khusus untuk 2 keluarga. Namun, untuk baby shower, kami buat untuk sahabat dan rekan kami. Walau saat acara adat Renatta sempat sedikit sesak, namun, kami bisa mengatasinya dan acara tetap berjalan."Wah...Rena..kamu makin cantik loh. Pantes aja cewek anaknya," puji beberapa keluarga, juga rekan kami. Kami menanggapinya dengan senyuman dan rasa bahagia. "Yang. Gimana? Pasti capek. Tadi kan, acaranya lumayan lama. Tuh, sampe agak bengkak kaki kamu," tegurku pada Renatta begitu rangkaian acara selesai. "Ya..lumayan pegel, Mas. Ini juga, agak sakit kakinya aku," sahut Renatta. Ya, makin besar kehamilannya, ia memang sering kelelahan. Alhasil, aku lebih memantau semua aktivitasnya. "Aku pijitin dulu deh," ucapku, yang langsung turun tangan memijiti istriku, hal yang setiap pulang kerja, selalu aku lakukan agar istriku menjalani kehamilannya dengan lebih rileks.

"Mas. Kan sebelum acara kemarin, dokter Yongky nanyain metode persalinan yang kupilih, tapi aku belum jawab. Soalnya bingung, mau normal atau operasi caesar aja. Well. Aku tahu jawabannya. Aku mau persalinan normal sekaligus pake metode water birth," ujar Renatta saat aku tengah memijitinya. "Kamu serius mau water birth? Sayang. Aku sih nggak masalah. Tapi....kamu ada riwaya asthma, cintaku. Aku takut kamu mendadak sesak loh. Tadi aja, pas acara adat, kamu sempat agak sesak," sahutku. Aku memang mengkhawatirkan kondisi fisik istriku itu. "Mas. Aku nggak apa-apa kok. Lagian, aku yakin kalau aku bisa. Kan, kamu janji, akan nemenin aku pas lahiran nanti. Kalau kamu temenin aku, aku kan, jadi lebih kuat, Sayang," timpal Renatta. "Ya sudah. Kalau itu pilihan kamu, artinya..mulai sekarang, kamu harus jaga betul kondisi kamu. Mulai sering exercise juga, dan senam hamilnya lebih intens. Tapi..inget. Water birth nya nggak dirumah seperti yang kamu lihat di Youtube. Kamu boleh water birth, tapi di rumah sakit. Nanti, biar aku dan dokter Yongky yang akan atur semuanya, ya," ucapku. Aku berusaha mengambil jalan tengah, dimana istriku tetap nyaman dengan metode persalinan yang ia pilih namun aku juga tak khawatir karena proses itu dilakukan secara aman dirumah sakit.

Saat pemeriksaan kehamilan berikutnya, tepatnya seminggu usai 7 bulanan. "Wah wah..bayinya sehat loh ini. Oh iya. Mbak Renatta udah tahu, metode persalinan yang dipilih?," tanya dokter Yongky. Aku juga mendampingi istriku saat pemeriksaan, hal yang selalu kulakukan. "Kalau saya, pengen banget water birth. Tapi Mas Doni maunya, water birth dilakukan dirumah sakit, bukan dirumah. Padahal, kan, suasana alami water birth itu yang membuat saya kepengen coba water birth," jelas Renatta sembari melirikku. Ya, aku tahu sekarang. Istriku ingin water birth dirumah. "Itu bisa diatur kok Mbak. Kebetulan, disini ada paviliun khusus untuk proses persalinan water birth. Dari kelas 2 sampai VVIP," jelas dokter Yongky. "Iya sayang. Aku udah pesen 1 paviliun VVIP untuk itu. Nanti, habis ini, kita langsung lihat lokasinya. Menurutku, itu cukup bagus view nya. Berasa nggak dirumah sakit karena ada taman dan air mancur saat kamu melihat keluar," sahutku. "Ya udah kalau itu jadi pilihan terbaik. Aku sih ikut aja. Kan, sebagai dokter, kalian tahu yang terbaik," ujar Renatta. "Oke. Pemeriksaan selesai. Kita bisa lihat paviliunnya," sahut dokter Yongky. Beruntung, Renatta langsung suka saat melihat paviliun tersebut. "Kalau paviliunnya punya view menenangkan gini, aku sih oke, Mas," komentar Renatta. Spontan kurangkul bahunya dan aku berikan 1 ciuman dikeningnya, yang otomatis membuat istriku itu tersenyum bahagia.

Keesokan harinya. Kebetulan, aku tidak bekerja karena tengah libur. "Wah....lagi apa, cinta?," sapaku sambil perlahan memeluk Renatta dari belakang seraya mencium kepalanya dengan sayang. "Astaga...Mas, kaget aku. Aku kira kamu masih tidur, loh. Well. Ini, buat sarapannya kamu loh, Mas. Aku bikinkan kamu nasi goreng pake telur setengah mateng dan ada ayam goreng kesukaan kamu," ujar Renatta sembari memegang pipiku. "Mmmm. Enak pastinya. Tapi...inget. Kamu jangan kecapean, cintaku," sahutku. "Iya, Mas. Ini udah selesai," timpal Renatta. Aku langsung membantu istriku untuk menata makanan yang ia buat. Lantas, kami sarapan berdua sembari sesekali saling suap. "Mas. Kamu udah ada nama lengkap untuk baby V?," tanya Renatta disela aktivitas sarapan kami. "Kan, nama asli baby V itu...Vienna. Itu nama yang kamu pengen banget untuk jadi nama anak kita. Kebetulan banget, baby V kan made in Vienna. Hehehehe," jawabku. "Iya juga, Mas. Dulu banget, aku pernah loh, kepengen punya anak dengan nama Vienna. Ya..tapi, namanya belum lengkap. Kurang nama tengah sih, karena nama akhirnya pasti nama belakang kamu," sahut Renatta. "Ada, sayang. Nggak tahu kenapa, sejak babymoon di Maldives, aku kepengen nama tengah baby V tuh..Maladiva. Artinya cerdas, kreatif, tidak egois dan bijaksana. Menurutku, pas dengan arti nama Vienna sendiri, yang artinya wanita cantik dan hatinya bersih. Kalau Nugraha, itu nama belakangku, artinya, kalau kata papiku dulu, anugerah terindah. Well. Kalau digabung, Vienna Maladiva Nugraha berarti anugerah terindah Tuhan untuk kita berupa wanita cantik yang berhati bersih, cerdas, kreatif, tidak egois dan bijaksana. Tapi, karena kamu ada turunan bangsawan, nama Vienna jadi Puti Vienna Maladiva Nugraha Moeloek. Gimana, cintaku?," timpalku. "Wah...aku setuju, Sayang. Selain itu, nama anak kita juga membuat kita ingat akan 2 tempat. Vienna dan Maldives. Dua tempat ini menjadi saksi sejarah penting bagi anak kita. Soal gelarku, kalau gak dipake juga gak masalah. Kan, jadi panjang banget nama Vienna kalau sama gelar dariku," balas Renatta. "Sayang. Baby V kayaknya seneng banget sampe gerakannya kenceng loh, pas kupegang," sahutku sambil mengusap sayang perut Renatta. "Iya. Dia seneng banget karena namanya udah lengkap, Mas," balas Renatta.

Usai sarapan, aku mengajak Renatta melihat kamar bayi yang memang telah kami cicil untuk disiapkan sejak kami pulang dari babymoon. Beberapa perlengkapan juga kami beli di Maldives, hingga tak heran, kamar bernuansa modern itu memiliki sentuhan pantai sedikit lewat beberapa aksesories dari Maldives itu. Kamar bayi yang didominasi warna abu-abu, putih, juga sedikit warna hitam dan pink, juga seprei baby blue itu tampak sudah hampir sempurna. "Mas. Ini beneran pas banget loh, sama konsep kita. Kan, jadinya related sama warna kamar kita yang nuansanya abu-abu, hitam dan putih, juga ada soft yellow sedikit. Tapi...nanti kayaknya bakalan sering tidur sama baby V deh, karena kamu siapin tempat tidur dewasa lagi disini," komentar Renatta. "Iya sayang. Jadi nanti, baby V kalau siang disini, kalau malam, tetap sama kita. Kan, dikamar kita nantinya juga ada boks bayi 1 lagi," ucapku. "Gimana kalau gini aja, Mas. Daripada beli boks lagi, mendingan boks bayi dikamarnya baby V kita pindah kekamar kita dulu. Kamar ini biar sementara jadi tempat wardrobe ama tempat main sekaligus tempat mandinya baby V. Kan, kamar mandinya juga ada dikamar itu, Mas. Lagian, boks bayi kan, sebentar aja dipakainya," saran Renatta. "Ya udah. Oke kalau gitu. Nanti, space kosong dikamar baby V bekas lokasi boks, bisa kujadikan area untuk mini camp baby V kalau dia udah besar kan. Ya...kayak foto ini," ucapku sembari memperlihatkan foto desain kamar. "Boleh. Bisa untuk baby V pas agak besar dan bisa tidur sendiri. Soalnya, nggak kebayang kalau tidur jauhan sama anak, apalagi masih bayi. Repot untuk kasih ASI nanti," sahut Renatta, yang kuakui, sangat cerdas. Ini karena sejak hamil trimester 1, ia banyak belajar seputar kehamilan, parenting, bahkan ia juga bisa tahu, perlengkapan apa yang dibutuhkan oleh baby V. "Ide kamu bagus, Sayangku. Aku setuju sekali. Besok, kita coba terapkan," ucapku.

Maka, kami memang didisibukkan dengan menata lagi kamar kami, juga kamar baby V. Proses itu memakan waktu lebih cepat dari proses awal karena dilakukan hanya 5 hari. Renatta bahkan mencuci ulang semua baju, popok kain, celana, dan perlengkapan lainnya di laundry khusus pakaian bayi. Ia lakukan ini atas saran mamanya agar tekstur kain menjadi lebih lembut dan wanginya lebih disukai. Kamar untuk baby V sendiri juga dipenuhi stroller, baby walker, lemari pakaian dan lemari sepatu yang nyaris penuh, tempat tidur, mainan, dan dikamar mandinya, sudah siap shower dan bath up, serta bak mandi khusus dengan thermometer untuk mengukur suhu air dan suhu tubuh bayi. Ada juga mini kulkas yang akan difungsikan khusus untuk menaruh ASI perah. Tentunya, ini dilakukan saat Renatta harus kembali bekerja namun tetap memberikan ASI bagi buah hati kami. "Mas. Ini alat makannya baby V juga udah aku sterilkan loh," ucap Renatta. "Yang. Baby V nya belum lahir, alat makannya udah ready. Kan, dia belum bisa langsung makan," tegurku. "Ya..nggak apa-apa. Biar semua udah siap. Nanti pas dia udah mau 6 bulan kan, bisa sterilkan lagi. Kamu juga udah siapkan alat untuk itu loh," timpal Renatta. "Oke deh sayangku. Sekarang, kamu istirahat dulu. Tuh, udah keringetan," balasku, yang langsung mengajak Renatta istirahat.

"Mas. Bantalnya tolong tinggikan lagi. Ini masih nggak enak," ucap Renatta. "Iya cintaku. Pasti kamu masih sesak ya," balasku, seraya mengatur posisi bantal dan guling agar istriku bisa istirahat dengan nyaman. "Thank you, Mas. Nah. Ini baru deh, enak banget. Mas. Kok aku makin sering sesak ya. Apa karena kehamilanku yang makin besar, dan mau masuk 9 bulan?," tanya Renatta. "Iya. Kamu sering sesak tuh, karena kamu emang ada asthma, trus, kandungan kamu makin besar. Jadi, ini alasanku untuk siapin oksigen dikamar kita. Aku takutnya, kamu sesak mendadak," jawabku. "Oh gitu. Tapi Mas, kadang perutnya aku suka agak tegang deh," sahut Renatta. "Itu karena, baby V lagi nyari jalan untuk lahir. Makanya, kamu sering ngerasain perutmu tegang dan nggak enak," jawabku lagi. Karena waktu persalinan istriku yang makin dekat, aku juga memutuskan untuk mengambil cuti. Ini karena aku ingin mendampingi proses persalinan istriku tersayang.

This I Promise YouWhere stories live. Discover now