Part 17: Pudar

2.3K 204 99
                                    

Fabel, Jakarta

Mario, Boby dan Gracio akhirnya tiba di Fabel, salah satu club malam ternama yang berada di SCBD. Mario seperti biasa langsung tebar pesona ketika memasuki tempat itu, beberapa perempuan langsung menyapanya dan memeluk Mario dengan hangat. Boby juga seperti biasa, dengan gaya coolnya selalu berhasil membuat perempuan terkesima namun hanya mampu melempar senyum pada lelaki kharismatik itu. Tapi yang terlihat paling tak bersahabat adalah Gracio. Ia masuk begitu saja tanpa melirik satupun perempuan yang ada disana.

Duduk di depan meja bar mungkin lebih baik bagi Gracio dibandingkan harus berbincang dengan orang-orang untuk saat ini.

"Don Julio Reposado" seorang bartender menyodorkan sebotol Tequila pada Gracio, membuat Gracio menoleh dan berpikir sejenak. Sudah lama ia sesungguhnya tak menyentuh minuman seperti ini, paling mentok ia hanya meminum beer. Tapi peduli setan lah pikirnya saat ini, toh Shani sendiri sudah benar-benar menghindar darinya.

"Boleh" Gracio mengangguk dan bartender itu langsung menuang minuman itu ke dalam sloki, Gracio dengan cepat langsung meneguknya. Membuat kerongkongannya menghangat, rasa pahit dan getir di mulutnya masih kalah pahit dari kisah cintanya saat ini.

"Chivas Regal 12yo?" Bartender itu kembali menawarkan jenis minuman lain pada Gracio.

"Scooth Whiskey?" tanya Gracio.

"Yap betul, mau?"

"Boleh" Gracio kembali mengangguk, ia memang sudah kepalang pusing ketika melihat ponselnya sedari tadi dan pesannya masih belum dibalas oleh Shani.

Gracio Harlan

Shan, mau sampai kapan diemin aku gini? I miss you so bad!

Graacio kembali mengirimkan pesan pada Shani, berharap perempuan itu akan membalasnya. Tapi sia-sia, hingga satu jam Shani masih belum membalas pesannya. Gracio yang frustasi kembali menyodorkan slokinya dan meminta bartender mengisinya dengan minuman lain.

"Cio, turun lah sini" Mario mengajak Gracio untuk turun ke dance floor.

"Duluan aja" Bahkan keramaian seperti itu yang dulu selalu ia sukai kini tak menarik lagi bagi Gracio, ia mengutuk dirinya sendiri yang bisa dibutakan oleh cinta seperti ini. Shani, perempuan berusia 21 tahun bisa mengendalikan seorang Gracio Harlan dan membuatnya bertekuk lutut seperti ini adalah hal luar biasa.

"Ayo turun buruan" kali ini seorang perempuan menarik Gracio tanpa permisi, dia adalah sahabat lama Gracio dan yang lainnya.

"Gue mager banget Nad" Gracio masih mencoba mengelak dari ajakan Nadin.

"Kenapa sih? Suntuk banget lo dari tadi, udah lah nikmatin dulu aja kita party malem ini, ok?" Nadin mengalungkan tangannya ke leher Gracio, ia mulai menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama yang dimainkan DJ di depan.

Dentuman suara musik EDM benar-benar membuat kepala Gracio semakin berat dan seolah akan pecah. Dulu musik ini adalah sebuah pengalihan dari mumetnya Gracio akan tumpukan pekerjaannya atau masalah lainnya dalam hidup. Tapi nyatanya masalahnya dengan Shani tak bisa ia selesaikan dengan seperti ini. Musik yang terdengar asik, asap rokok yang ia hisap, minuman yang ia teguk sedari tadi. Sama sekali tak bisa mengusir Shani di kepalanya, bahkan di tengah dance floor Gracio masih sibuk mengecek ponselnya dan memastikan Shani membalas pesannya. Sia-sia, Shani masih tak memberikan jawaban. Membuat Gracio akhirnya mulai menikmati musik dengan menggoyangkan tubuhnya, Mario yang melihatnya langsung bersemangat. Gracio is back!

Pukul 3 pagi mereka baru selesai dengan kehidupan malamnya, Gracio dengan langkah yang sedikit limbung mencoba berjalan keluar dan mencari mobilnya.

"Yo, kuat bawa mobil?" Nadin dengan penuh kekhawatiran melihat Gracio yang sedari tadi menjatuhkan kunci mobilnya.

RapsodiWhere stories live. Discover now