Semakin Dekat :)

46 10 3
                                    

Bagas dari balik pohon dengan panik berlari menemui mereka berdua. Kak Vino dan ketiga temannya juga panik dan segera turun dari atas panggung. Dan sebelum itu.. Randy sudah menggopong Hansa dan berlari ke unit kesehatan.

***

"Sepertinya Ia juga mempunyai gangguan cemas ya dan panik ya?" lanjut Petugas PMI itu. Kak Vino mengernyitkan dahi bingung, tapi akhirnya Ia menggeleng tidak setuju.

"Hm.. mungkin sepertinya Cuma syok saja. sebentar lagi, Ia akan bangun," lanjut Petugas itu lalu berjalan keluar.

Kak Vino menghela nafas lega.. Ia kira adiknya terkena penyakit serius. Sementara Randy menatap Hansa yang terbaring lemas di tempat tidur unit kesehatan.

"Makasih tadi ya!" Kak Vino segera bersalaman dengan Randy yang telah membantu adiknya.

"Sejak kapan dengan Hansa?" Tanya Kak Vino, ia iseng karena penasaran.

"Ah! sejak empat hari yang lalu!" Tak berpikir panjang, Randy menjawabnya sambil tertawa kecil. Mengira Kak Vino menanyakan sejak kapan kenal dengan Hansa. Padahal maksudnya pertanyaan Kak Vino bukan begitu.

"Wah! Masih baru ternyata!" sahut Kak Vino disaat Bagas masuk keruangan Hansa sekarang.

Randy mengangguk-angguk dengan canggung lalu menatap Bagas yang dari tadi memperhatikan mereka berdua.

"Dia kenapa kak?" Tanya Bagas penasaran karena dari tadi Ia tidak ada disana.

"Hansa hanya syok.. mungkin syok sama kamu!" jawab Kak Vino menatap Randy.

Randy dan Bagas saling bertatapan. Sepertinya dugaan mereka benar! Mereka berdua mengangguk kecil tanda berpikir hal yang sama.

"Setelah ini kami langsung pulang saja. keliatannya kondisinya masih tidak baik," Kak Vino segera membereskan tasnya.

"Bagaimana kalau saya antar?" Randy menawarkan tumpangan karena merasa bersalah membuat Hansa pingsan. Kak Vino menatap Randy dengan kaget.. Ia menyeringai sambil menatap Randy.

"Boleh."

***

"Aduh kak! Aku gak apa-apa!" seru Hansa kesal karena dari tadi kak Vino merangkulnya agar Hansa tak terjatuh lagi. tapi nyatanya Hansa sudah sehat sekali.

"Nah itu mobilnya!" ucap Kak Vino lalu menyuruh Hansa untuk mengikuti dirinya.

"Mobil siapa?" Tanya Hansa lalu menatap heran sebuah mobil berwarna putih yang menghampiri dia dan kakaknya.

"Ya siapa lagi.." jawab Kak Vino yang tak bisa Hansa mengerti.

Kak Vino menyuruh Hansa agar duduk didepan sementara dirinya dibelakang. Hansa heran dengan kakaknya.. untuk apa pesan taksi online? Padahal jarak kota ke desa nya Cuma lima belas menit saja. lebih baik tunggu bus di stasiun bukannya lebih murah?

"Buang-buang uang saja!" gerutu Hansa lalu membuka pintu mobil itu kesal.

Lagi-lagi Hansa dibuat serangan jantung. Sekarang Ia melihat Pak guru itu sedang menyetir di dalam mobil yang ingin dinaikinya. Hansa segera membanting kembali pintu mobilnya dan enggan untuk masuk.

"Hey! Ngapain berdiri disana?! Ayo masuk!" teriak kak Vino kesal.

Randy menghela nafas lelah melihat kelakukan Hansa. Ia lalu keluar membuka pintu mobilnya dan menatap Hansa yang dari tadi mendumel tak karuan.

"masuk! Aku mengantar kalian!" ucap Randy.

"Aku sudah bilang.. jangan takut!" bisik Randy lagi untuk meyakinkan Hansa. Tapi Hansa tak menghiraukan ucapan Randy.. Ia bersikeras tidak mau ikut dengan seorang psikopat. Ia takut dia dan kakaknya akan dibantai ditengah jalan.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Mar 08, 2020 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Sketsa KitaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora