BEHIND HER PRIDE| Meet Her

1.3K 182 48
                                    

Meet Her

Sekitar tiga puluh menit perjalanan dari kampus akhirnya Karel dan Jaydan tiba di tempat tujuan. Sebuah rumah bergaya modern klasik yang tidak begitu besar namun cukup resik dan asri. Tampak jelas sang penghuni rajin merawatnya dengan baik. Mobil yang ditumpangi Karel memarkir di halaman depan setelah seorang penjaga kebun membukakan gerbangnya. Jaydan melepas sabuk pengaman dan bersiap turun.

"Kau yakin ini rumahnya?" tanya Jaydan sambil menyapu pandangan ke sekitar.

Karel mengambil ponsel dan membuka riwayat chat-nya dengan salah seorang teman untuk memastikan alamat yang dimaksud.

"Benar, sesuai dengan alamat yang dikirim Hena," ujar Karel dan tak lama kemudian dua orang gadis muncul dari pintu utama sambil mengembangkan senyum senang.

"Jaydan, Karel, akhirnya kalian tiba juga. Ayo, silakan masuk."

Keempat orang itu pun masuk rumah dengan berbagai perasaan berbeda dari tiap-tiap orang. Ada yang terlampau senang, ada yang biasa saja, dan ada pula yang risi. Entahlah, mungkin Jaydan tidak terbiasa berkunjung ke rumah perempuan sekali pun alasannya untuk mengerjakan tugas, itu tetap membuatnya tidak nyaman. Pria itu bahkan sempat protes dan menolak ketika Renata dan Hena mengajak mereka untuk mengerjakan tugas di rumah. Jaydan lebih suka mengerjakan tugas di perpustakaan atau kafe lebih baik menurutnya dibandingkan harus di kediaman salah satu anggota kelompok. Namun suaranya tidak begitu kuat karena tiga anggota lain setuju dengan usulan itu. Apalagi Karel, dia sepertinya yang paling bahagia di sini karena bisa berkunjung ke rumah gadis incarannya, Hena.

Kakak beradik itu membawa tamu mereka ke paviliun belakang yang memang sudah diatur untuk menjadi tempat mereka mengerjakan tugas kelompok kali ini. paviliun itu menyerupai gazebo, bangunan kayu tanpa dinding yang didominasi warna cokelat dari cat kayu dan juga pernak-pernik tradisional yang menyampir di setiap tiang penyangganya. Keempat orang itu sudah mengeluarkan laptop masing-masing. Jaydan memimpim proses diskusi dengan membagi masing-masing tugas yang harus dikerjakan oleh setiap anggota kelompok. Secara alami ketiga temannya menjadikan Jaydan pemimpin untuk menjadi guru utama yang ditanya ketika mereka tidak mengerti beberapa bagian dari tugasnya.

"Kalian kan baru datang, sebaiknya istirahat dulu, kita makan camilan yang sudah kami siapkan khusus untuk kalian. Sebentar lagi pembantu kami akan mengantarkannya ke sini."

"Tidak usah repot-repot, lebih baik kita langsung mengerjakan saja. Besok deadline pengumpulannya," kata Jaydan tanpa melihat lawan bicaranya, dalam hal ini Renata yang tadi menawarkan.

Gadis itu tampak kecewa, jelas saja, sejak pindah ke kampus Nethern, Renata memang langsung menaruh hati pada Jaydan. Pesona dan wibawa lelaki itu ketika menggunakan baju PDH Presma benar-benar menyilaukan mata dan melemahkan hatinya. Jadi wajar kalau penolakan barusan rasanya sedikit membuatnya tersinggung.

"Tidak usah dengarkan dia, Renata. Manusia yang satu ini memang sulit diajak santai. By the way, aku ingin minum yang dingin-dingin he he."

"Tadi aku sudah menyuruh pembantu membuatkan minuman segar untuk kalian. Tunggu ya."

Karel mengangguk antusias dan iseng main tatap-tatapan dengan Hena. Baru diberi senyum sekali saja gadis itu sudah tersanjung luar biasa. Pipinya bersemu merah dan membalas senyuman Karel dengan penuh maksud.

Dari arah depan muncul seorang gadis mengenakan kaos lengan pendek dan jins biru pudar tengah membawa nampan berisi empat gelas minuman dan berjalan mendekati paviliun. Gadis itu menaiki tangga satu persatu dan melangkah menuju meja di mana semua orang tengah berkumpul saat ini. Nampan sudah mendarat tepat di sebelah laptop Apple yang tengah digunakan pemiliknya untuk mengetik tugas. Karel yang baru menyadari kehadiran orang itu lantas berseru kaget luar biasa.

"Wow, Angel?"

Begitu nama itu disebut Jaydan langsung mengangkat kepalanya dan matanya tidak lagi terarah pada monitor laptop. Dia baru sadar akan gadis di sebelahnya, lelaki itu menoleh dan menunjukkan reaksi yang agak sulit untuk ditebak. Dibilang terkejut tapi ekspresinya biasa saja. Namun benar, bahwa saat ini pria itu tidak bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia masih asyik menyaksikan gadis angkuh yang terkenal di Jaydantero kampus kini sedang menghidangkan minuman untuknya. Sesuatu yang mustahil untuk dilakukan oleh seorang Angel Lee. Putri tunggal Adam Lee. Angel tidak mengatakan sepatah kata pun, dia hanya mengerjakan apa yang ditugaskan padanya. Gadis itu juga tampak masa bodoh dengan reaksi Karel dan Jaydan yang mungkin saat ini sedang bingung karena dirinya tiba-tiba muncul di kediaman Renata dan Hena dengan keadaan yang luar biasa aneh.

"Angel, camilannya mana?" tanya Renata dengan nada ramah yang dibuat-buat. Angel sungguh ingin muntah ketika mendengarnya.

"Kau tidak bilang tadi harus bawa camilan."

"Kau tuli? Aku tadi sudah menyuruhmu membawanya. Camilan itu sengaja aku beli tadi pagi untuk tamu-tamuku ini. Cepat ambil lagi camilan itu, aku simpan di pantry. Bagaimana sih, pikun sekali jadi orang!" ejek Renata habis-habisan.

"Setelah berhenti kuliah dia jadi bodoh mungkin, Kak," kata Hena sambil cekikikkan dan memandang remeh ke arah Angel.

Karel yang awalnya melongo karena kehadiran Angel, kini menampilkan mimik tidak nyaman dengan sikap Hena. Dia paling benci pada gadis yang tidak tahu sopan santun. Oleh sebab itulah Karel selalu kesal jika melihat Angel. Sementara Jaydan, pria itu masih jadi penyimak yang baik sambil terus mencerna keadaan ini.

Kalau saja rumahnya tidak disita dan semua hartanya lenyap, pasti Angel tidak sudi menuruti semua keinginan dua sepupunya yang super menyebalkan. Memang benar, dulu Angel tidak pernah bersikap ramah pada Renata dan Hena namun Angel tidak pernah bertindak berlebihan seperti dua orang itu. Gadis itu tidak memiliki saudara lain selain orang tua Renata dan Hena. Ayah mereka adalah paman Angel. Sebenarnya paman Angel adalah orang yang baik. Dialah yang mengajak Angel untuk tinggal di sana selama proses kasus ayahnya masih bergulir di pengadilan. Sayangnya, kedua sepupu dan juga bibi Angel tidak sebaik pamannya.

Mereka kerap kali bersikap buruk pada Angel, apalagi jika Jerry –paman Angel—sedang ada pekerjaan di luar kota seperti saat ini. Jika saat itu tiba maka peran Angel di rumah itu bukan lagi tamu yang harus diratukan dan dijamu dengan baik tetapi pembantu yang pantas dihina dina atas kepongahannya di masa lalu. Mungkin Angel memang angkuh tapi dia bukan orang yang tidak tahu diri. Karena sadar posisinya di rumah itu hanya menumpang, maka Angel terpaksa mengikuti semua aturan sang tuan rumah. Sekali pun aturan-aturan itu kerap kali melukai harga diri Angel. Untuk sementara Angel akan berusaha menjalaninya dengan sabar meski gadis itu ragu bisa melakukannya.

Behind Her Pride (Part Acak, versi Lengkap di Goodnovel) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt