Bab 3

74.6K 5.8K 455
                                    

Selamat Membaca







Setelah kejadian di kedai sate waktu itu, hubungan Elang dan Nadella semakin dekat. Meski tidak ada kata cinta yang terucap di bibir keduanya, mereka terlihat menikmati keadaan yang mereka rasakan sekarang.

Nadella. Gadis itu hampir saja lupa kalau Elang menikahinya karena sebuah keterpaksaan. Hampir saja dirinya terbuai dengan perlakuan manis yang Elang berikan kepadanya.

Contohnya adalah hari itu. Di saat Nadella bangun pagi dan ingin membuatkan sarapan untuk Elang. Tapi, karena selama hidupnya dia tidak pernah terjun ke dapur, yang terjadi malah Nadella yang hampir membakar dapur milik Elang. Tapi, lelaki itu tidak marah. Dia malah tersenyum, dan menanyakan keadaannya. Itu bukan hal wajar, bukan?

“Pagi.”

Nadella menoleh ke arah samping, di mana sang suami tengah memeluknya dari belakang, dan menempelkan dagunya di bahu Nadella.

“Pagi,” balas Nadella sambil tersenyum.

“Buat apa?”

“Kopi buat Mas Elang.”

Elang tersenyum lalu melepaskan pelukannya di tubuh Nadella. “Kita ke rumah Ayah sama Bunda, yuk. Mereka bilang kita harus ke sana hari ini.”

“Memangnya Mas Elang nggak kerja?” tanya Nadella sambil menyerahkan kopi buatannya kepada Elang.

“Kamu lupa hari ini minggu? Aku libur, sayang,” jawab Elang sambil menyesap kopinya.

Sementara Nadella yang mendengar panggilan sayang dari Elang, mengulum senyum dengan pipi yang merona.

“Kamu siap-siap sana. Kita sarapan di sana aja.”

Nadella mengangguk dan hendak berjalan ke arah kamar, tapi Elang lebih dulu menahannya.

“Dandannya biasa aja, nggak usah terlalu cantik.”

Kening Nadella mengerut. “Emangnya kenapa nggak boleh dandan cantik?”

“Ya cantiknya buat aku aja, jangan dibagi ke yang lain.”

Pipi Nadella semakin merona mendengarnya, dia melepaskan cekalan tangan Elang, dan kembali meneruskan langkahnya. Sementara Elang terkekeh pelan melihatnya. Menggoda Nadella adalah hiburan tersendiri untuknya sekarang.

***

Di sinilah Nadella dan Elang berada sekarang. Di rumah kedua orangtua lelaki itu. Ternyata mereka tengah merayakan syukuran untuk adik bungsu Elang yang diterima di universitas pilihannya.

Elang mempunyai dua saudara. Adik pertamanya berjenis kelamin perempuan, namanya Rahma. Berumur dua puluh lima tahun, sudah menikah, dan sudah memiliki anak. Yang kedua berjenis kelamin laki-laki, namanya Nando. Satu tahun di bawah Nadella.

Dan kini, karena Nadella tidak bisa membantu di bagian dapur, gadis itu bertugas menjaga Angel, anak Rahma yang baru berusia satu tahun di ruang tengah. Sedangkan Elang tengah berada di ruang kerja bersama Ayahnya.

“Itu biskuitnya Angel.”

Nadella mendongak, dan menemukan Nando tengah memberikan kotak biskuit di depan Nadella, dan duduk di depannya.

“Makasih,” jawab Nadella sambil mengeluarkan biskuit itu, lalu memberikannya kepada Angel yang berada di pangkuannya.

“Kita pernah ketemu sebelum ini, kan?”

Pertanyaan yang Nando lontarkan, membuat Nadella menoleh heran ke arah lelaki itu.

“Iya. Di pernikahan aku sama Mas Elang, kamu kan lihat aku di sana,” ujarnya polos, yang membuat Nando berdecak.

NadellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang