Bab 9

58K 5.1K 484
                                    

Selamat Membaca










Malam ini Nadella tidur di kamar yang dulu Elang tempati saat masih sendiri. Tidak banyak furnitur di sini. Persis seperti kamar lelaki kebanyakan. Nadella sudah bersiap untuk tidur, ketika dering ponselnya terdengar.

Gadis itu segera meraih ponselnya dan tersenyum lebar ketika melihat jika Elanglah yang tengah menelepon-nya. Tanpa menunggu lama, Nadella segera menjawab telepon dari suaminya itu.

“Hallo, Mas Elang,” sapanya dengan semangat.

“Hai. Maaf baru hubungi kamu sekarang. Tadi, mas sibuk banget.”

Nadella tetap mengangguk, meski Elang tidak bisa melihatnya. “Iya, aku ngerti, kok. Mas Elang udah makan?”

“Udah. Ini baru bisa sentuh kasur dari pagi.”

“Capek banget, ya? Andai Nadel di sana, pasti udah dipijit.”

Terdengar kekehan dari seberang sana. “Pijit plus-plus kalau sama kamu.”

Tanpa bisa dicegah pipi Nadella memerah. “Mas,” rengeknya yang membuat tawa Elang semakin terdengar.

“Kamu udah makan?” tanya Elang.

“Udah. Tadi makan nasi goreng langganannya Bunda. Enak deh, Mas.”

“Iya. Mas juga suka. Kamu beli sama siapa?”

“Sama Nando, sekalian pulang dari kampus tadi.”

“Nadel, mas ngantuk, nih.”

Nadella kembali mengangguk. “Yaudah, Mas Elang tidur aja. Selama tidur Mas sayang,” katanya sambil tersenyum malu-malu.

Lagi. Terdengar kekehan dari seberang sana. “Selamat tidur juga istrinya mas.”

***

Nadella bangun pagi-pagi sekali. Gadis itu bahkan sudah rapi dengan pakaiannya. Dia segera bergegas membantu sang bunda yang sudah ada di dapur. Walau tidak bisa memasak, tidak sopan kan bangun siang di rumah mertua?

“Pagi, Bunda,” sapanya.

“Pagi juga sayang. Kamu bangunnya pagi banget.”

“Iya. Ada kuliah pagi, sekalian mau bantu Bunda buat sarapan.”

“Bunda nggak repot, kok, kalau buat sarapan. Paling buat roti isi aja.”

Nadella manggut-manggut mengerti. “Kalau Nadel bantu buat minumnya, gimana Bunda?”

Sang bunda tersenyum, lalu mengangguk. “Boleh. Ayah minum kopi kalau pagi. Bunda paling teh manis aja. Kalau Nando minum susu strobery.”

Tangan Nadella yang hendak meraih gelas terhenti. Gadis itu terkekeh pelan sambil menatap sang bunda.

“Susu strobery, Bunda?” ulangnya yang dijawab anggukan.

Nadella kembali terkekeh. “Kayak anak kecil aja, kalau pagi minumnya susu. Strobery lagi.”

“Gue dengar itu, ya.”

Nadella menoleh dan melihat Nando yang memasuki dapur dengan tampang bangun tidur. Lelaki itu berjalan ke arah kulkas dan mengambil air dingin di sana.

“Maaf. Habisnya selera kamu lucu. Kayak nggak pantes aja. Badan gede, tapi minumnya susu strobery,” kata Nadella yang membuat Bunda terkekeh, sementara Nando berdecak karena merasa Nadella telah mengejeknya.

“Emang, cuman anak kecil doang yang boleh minum susu?” tanyanya kesal setelah meminum air dingin di tangannya. Nando berjalan ke arah Nadella yang sibuk memberikan gula di teh yang dia buat.

NadellaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu