not alone

1.8K 173 18
                                    

zee terjaga dikarenakan suara rintihan dari orang yang terlelap di sampingnya. siapa lagi kalau bukan saint, lelaki yang lebih muda itu bagai kesulitan mengatur napas dengan dahi berkerut dan keringat dingin yang bercucuran.

"saint?" panggil zee sekali sembari menggungcangkan bahu saint pelan. berusaha membangunkan lelaki itu karena seperti tengah berjuang melawan bunga tidurnya. "saint!" seru zee sekali lagi, namun hasilnya nihil.

"ngga... jangan," igau saint masih belum terjaga. "jangan pergi..." makin lama nada suaranya makin lirih.

melihat hal itu otomatis sepasang lengan milik zee langsung membawa lelaki itu ke dalam dekapan. memberikan usapan di punggung bersamaan dengan kecupan kecil di pucuk kepalanya.

"sssh.. saint," bisik zee dengan suara rendah. berharap hal itu dapat menenangkan rintihan saint. "gue di sini." dekapan lelaki itu makin erat, sesekali menyeka keringat dingin yang mengalir di pelipis saint.

lelaki sulung dari keluarga panich itu mensyukuri keputusannya untuk menginap malam ini. ia tidak bisa membayangkan apa yang sedang dihadapi saint dalam mimpinya hingga anak itu meringis dalam igauannya.

perlahan tubuh saint dalam dekapannya berhenti gemetar.

"... kak zee?" suara itu terdengar lirih di indera pendengaran zee.

masih mengusap surai kecoklatan saint dengan lembut, zee bergumam pelan. "iya. ini gue."

seketika lengan saint yang lebih ramping melingkari pinggangnya erat-erat. bahkan lelaki yang lebih muda menyandarkan kepalamya di dada zee.

hening menyelimuti keduanya.

zee ingin bertanya kenapa, akan tetapi ia ragu hal itu akan membuat saint teringat sesuatu dalam bunga tidurnya. jadi lelaki itu memutuskan untul menunggu saint kembali membuka pembicaraan. setidaknya kontak fisik yang dapat zee berikan saat ini adalah untuk meyakinkan saint bahwa ia tidak sendirian.

"aku mimpi buruk." saint berucap tiba-tiba, suaranya masih tercekat. sembari menunggu kalimat selanjutnya, zee memberikan usapan di punggung lelaki itu sembari mengistirahatkan dagunya di puncak kepala saint.

"dulu... aku ga tertarik buat punya temen," lanjut yang lebih muda. ketika mengatakannya, zee dapat merasakan jemari saint meremas kaos yang ia kenakan. "terus ada dua orang dateng, mereka ngetreat aku baik banget. nganggap aku temen."

deru napas menjadi pengisi kesunyian tatkala saint menjeda ceritanya.

"tapi aku salah karena aku bisa-bisanya nyimpen perasaan buat salah satu dari mereka. akhirnya mereka pergi... dan aku sendirian lagi."

walau banyak pertanyaan dalam pikiran zee dari setiap kalimat yang terungkap dari bibir saint, lelaki itu mencoba menahannya. karena sekarang bagi zee membuat saint merasa lebih tenang adalah prioritas utama.

detik selanjutnya saint mengangkat kepalanya dari dada zee. kembali menjadikan bantal sebagai sandaran sehingga tingginya dan zee kembali sejajar seperti pada normalnya. kedua mata mereka saling menatap satu sama lain.

"apa kak zee bakal pergi juga nanti?" lirih saint.

lantas menanggapinya seluruh saraf zee seakan otomatis menggerakan lengan lelaki itu untuk kembali memenjarakan tubuh ramping saint. memeluk pinggang lelaki itu erat-erat sehingga jarak makin menipis di antara keduanya. yang lebih muda pun tidak menolak, saint mengalungkan tangannya di sekitar leher zee. kini satu sama lain dapat merasakan deru napas masing-masing.

seorang zee merasa larut dalam iris saint yang gelap, namun begitu menenangkan. perlahan belah bibirnya terbuka, pemuda itu membalas pertanyaan saint, "gue tau rasanya ditinggalin kaya gimana."

kemudian zee mengarahkan saint untuk beristirahat di ceruk lehernya. lagi-lagi dengan posisi tanpa jarak seperti itu, ia dapat mencium aroma susu bercampur dengan manisnya semangka yang rasanya seperti bersatu dengan tubuh saint.

"dulu," zee mengawali lalu menarik napas sejenak sembari memejamkan kedua matanya. "dulu hidup gue sempurna banget. semua orang pengen main sama gue, bahkan dulu gue bisa punya lebih dari satu cewe."

saint bergumam menanggapi cerita zee. hal itu membuat alis yang lebih tua bertaut. "percaya gak?"

entah mengapa zee mulai merasa kalau saint sudah sedikit lebih tenang. namun ia masih lanjut mengelus pinggang saint bahkan tanpa niat berhenti.

"hmm dengan muka ganteng dan badan sekeren ini," balas saint menggantung, "percaya deh."

zee terkekeh pelan mendengar tanggapan saint. diam-diam merasa bersyukur karena nada bicara saint mulai kembali sebagaimana ia di keseharian.

"terus abis ortu gue kecelakaan, gue kehilangan semuanya. termasuk temen-temen yang biasanya ngajak main. mereka nutup mata aja dan mulai nganggap gue gaada. cuma max doang yang bener-bener ga berubah ke gue." zee melanjutkan ceritanya. "sekarang gue cuma punya tommy, max, dan... lo, saint."

mereka berdua terdiam. tidak ada yang melanjutkan pembicaraan sama sekali. sunyi pun tidak dapat mengambil alih, karena entah bagaimana zee tidak dapat mengontrol detak jantungnya setelah pernyataan terakhir yang ia lontarkan.

tidak.

zee mencoba mensugesti pikirannya. mencari topik untuk mengalihkan bising yang disebabkan organ tubuhnya itu. ia berharap sosok dalam pelukannya tidak mendengar detak jantungnya yang berdebum.

"err ... saint?"

pada akhirnya zee kembali berbicara.

"iya kak?" saint kembali mengangkat kepalanya. menatap wajah zee sejenak.

"nanti mau ikut ke rumah sakit ketemu adek gue?"

"nanti mau ikut ke rumah sakit ketemu adek gue?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

----

tbc

----

ngga sabar hari jumat :") hari ini saint ngelive tapi malah bikin jadi kangen sama fightertutor.

ngomong-ngomong ada yang ngikutin en of love ngaaa??

ohiyaa besok senin, semangat guiss!! makasi udah baca dan selalu bikin aku semangat lanjutin cerita ini ><

zaintsee: meant to be - finishedWhere stories live. Discover now