"Gendut banget sih. Udah nikah bukannya jaga badan, nanti kalau suaminya ngelirik orang lain, nangis kamu." Komentar seorang senior dari divisi produksi hanya dibalas senyuman tipis oleh Donghyuck. Sanha yang berjalan di samping Donghyuck sudah akan membalas, ketika pria di sampingnya itu memberi isyarat untuk membiarkan saja.
"Kamu tuh harusnya marah tau gak sih Hyuck. Dikatain kayak gitu. Emang dia gak tau kamu lagi hamil? Kan wajar orang hamil naik berat badannya. Sirik banget sih, pantesan jomblo." Sergah Sanha berapi-api. Kesal dengan perlakuan wanita yang mengatai Donghyuck. Memang sih, yang tahu masalah kehamilan Donghyuck baru divisinya saja, tapi tidak sepantasnya wanita tadi mengatai Donghyuck mengenai bentuk tubuhnya kan?
"Kenapa Sanha?" Tanya sebuah suara di belakang mereka. Emosi Sanha langsung meluap ketika ditanyai, merasa memiliki tempat yang tepat untuk mengeluarkannya.
"Barusan Donghyuck dikatain gemuk pak, sama mbak-mbak divisi produksi pas kita jalan ke sini. Jahat banget mulutnya, body shaming. Ya emang badannya dia bagus sih, tapi kan ngeselin ya Pak, kalau sampe bilang orang lain gemuk?" Cerocosnya tanpa memperhatikan dengan benar siapa lawan bicaranya yang memang berjalan di belakangnya saat mereka menuju ke arah lobi kantor, tempatnya biasa menunggu taksi juga Donghyuck menanti suaminya menjemput untuk pulang. Menengok ke belakang, Donghyuck dan Sanha terkejut mendapati Mark menatap lurus ke arah mereka.
"Donghyuck dikatain gemuk?" Tanya Mark, memastikan dirinya tidak salah dengar informasi dari Sanha.
"Anu... Pak, mmm itu.... Hyuck, aku jemput Dohyon dulu dari tempat les." Serunya sambil menyebutkan nama adiknya sebagai alasannya kabur. Membiarkan Donghyuck mengklarifikasi info yang diberikannya kepada Mark. Mengangkat alisnya, Mark menanti penjelasan dari pria yang justru menggandeng lengannya, mengajaknya buru-buru pulang sebelum malam menjelang.
"Mas tau mbak-mbak produksi yang cakep, rambutnya warna biru itu gak?" Tanya Donghyuck begitu mereka sudah berada di dalam mobil. Menyamankan tubuhnya di kursi penumpang, Donghyuck melepas kaitan celana jeansnya, demi membebaskan perutnya yang terasa sesak. Melihat anggukan dari suaminya, Donghyuck melanjutkan kalimatnya. "Dia tuh tadi selewatan gitu sama aku Mas. Trus liat aku gemukan gitu, bilang 'Gendut banget sih. Udah nikah bukannya jaga badan, nanti kalau suaminya ngelirik orang lain, nangis kamu.' Gitu Mas." Jelasnya menirukan kalimat yang tadi didengarnya. Kalimat yang justru membuat Sanha naik pitam, dan bukan dirinya.
"Gak marah?" Mark heran, tumben Donghyuck terlihat biasa saja setelah dikomentari masalah penampilannya.
"Sanha yang marah. Udah mau ditabok aja tuh cewek, tapi kan kasian ya. Kalau aku sih awalnya mau marah, tapi aku inget kata Mas kan. Kita gak bisa mengontrol apa yang orang omongin ke kita tapi kita bisa mengontrol gimana respon kita ke dia. Jadi ya udah, biarin aja. Anggep aja angin lalu." Jelasnya ringan. Tangannya ganti membuka kancing terbawah kemejanya, mengelus perutnya yang sudah mulai terlihat membuncit.
"Pinter nih sayangnya Mas. Sun dulu sini." Puji Mark, tersenyum lebar ke arah yang lebih muda.
"Gak mauuuuuu. Masnya bau." Jawab Donghyuck, menutupi hidung dan mulutnya dengan kedua tangannya. Gelak tawanya makin membahana ketika Mark mendengus kesal dan menarik salah satu tangan Donghyuck untuk digigitnya gemas.
***

YOU ARE READING
30 Other Ways to Say I Love You
FanfictionBecause love is not only spread through words. BxB Lee Donghyuck ft Mark Lee