VII

45 3 0
                                    

















                  '—Remembrance
























Siang itu youves duduk di kasurnya dengan mata menangis sembab,
Matanya menghitam akibat maskara yang ia pakai luntur ke sisi-sisi kelopak matanya.

Aku pun terkejut melihat dia memasang wajah ditekuk keras seperti itu, aku rasa dia memiliki masalah, namun hatiku memilih untuk diam dibandingkan dengan membuat suasana hatinya memburuk.

Setelah itu aku dan adikku turun kebawah karena dipanggil ibu Riska datang. Hari ini aku tidak jadi kuliah karena ada Pentas Seni penerimaan mahasiswa/i yang duduk di sekolah menengah atas tingkat akhir untuk kuliah.

Acara itu tidak diwajibkan datang ke sekolah, jadi bebas mau datang ataupun tidak.

Aku pun mengganti shift soreku dengan tadi pagi. Agar sore aku bisa mencari sepatu dan baju baru untuk wisuda nanti. Kami terbilang sudah mau tamat. Namun kami belum sempat mengadakan KKN karena adanya tugas skripsi yang melimpah bagaikan panen sawit 1 tahun.



Bu Riska dan Youves duduk berdampingan di seberangku, sementara aku duduk di samping ayah Youves.

Makan siang pun dimulai aku memakannya dengan tenang begitu juga dengan yang lain.




Setelah selesai makan, kami pun mulai berbincang-bincang.

"Nak rara, kok gak pernah minta sama abah uang kuliah nak? Atau dibayarin papa ya? " kata abah dengan suara serak

Aku tersenyum hanya mengganggukan kepala, kiranya papaku mengirim uang  saja tidak dikasih oleh mama. Apalagi uang kuliah.

Abah tersenyum pias, sepertinya dia tahu aku berbohong, tapi tak apa.
Aku rasa bukan saatnya yang tepat untuk mengeluh kelelahan saat ini bukan?

Sekarang abahpun beralih ke adikku.

"Youves sayang, kenapa matamu itu nak?" Tanyanya dengan penuh kasih sayang.

Youves bungkam. Aku pun mulai bangkit dari tempat dudukku dan mulai mencuci piring yang kotor.
Aku rasa youves tidak mau bercerita sama siapapun kali ini. Dia sangat tertutup.

Yah,begitulah kehidupanku yang menumpang di rumah bu Riska yang mau memungutku untuk tinggal dirumahnya. Aku diperlakukan dengan kasih sayang sehingga akupun tidak terlalu sedih mengingat mama yang sangat membenciku.

Apalagi abah. Abah sangat, sangat, sangat,sangat sayang kepadaku. Dia seperti mengganggapku anaknya sendiri. Dia kadang memberikan uang jajan lebih, dia juga kadang yang membelikan aku beberapa baju bagus.

Tapi, saat ini mungkin ibu Riska tidak keberatan kalau aku diperlakukan sangat baik oleh abah. Tidak tahu nanti. Kuharap Youves juga mengerti.




















'—Remembrance.












15.04
Sore itu hanya ditemani dengan sepeda bagus terbaru pemberian abahku pada saat ulang tahunku.
Merek mahal dengan gaya yang keren membuatku semakin semangat memakainya karena ini pemberian abah.




𝐑𝐄𝐌𝐄𝐌𝐁𝐑𝐀𝐍𝐂𝐄-𖡼 𖤣 𖥧 ⚘ ꔛ‬ ꕤWhere stories live. Discover now