Anak Baru

55 3 1
                                    


Bel berbunyi, tanda mata pelajaran Matematika telah selesai.

"Untuk hari ini pelajaran Matematika telah selesai, semoga bermanfaat ilmu yang di berikan Ibu dan tetap semangat belajar anak-anak, cukup sekian, Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh," ucap Bu Cantika.

Semua teman sekelas melihat Miftah yang masih tetap berdiri, kemudian Sasha mengacungkan tangan dan berkata" Bu Cantika, Miftah masih tetap berdiri, apa masih dihukum sampai jam istirahat?"

Bu Cantika melihat Miftah dan tersenyum manis." Maaf Ibu lupa Miftah, sekarang duduk kembali!"

Miftah bergumam dalam hati, ya ampun senyumnya manis sekali bu guru favoritku, di hukum sampai bel pulang sekolah pun, aku sanggup.

"Miftah.. kenapa kamu bengong? memandangi Ibu seperti itu?" tanya Bu Cantika penuh keheranan.

"Iya Bu Cantika yang manis, baik hati,agamis, suka menolong guru favoritku dan idaman hatiku," gombal Miftah dengan senyum tersipu malu.

"Huuuu," sorak teman sekelas.

"Sudah...sudah..sekarang ganti pelajaran Bahasa Indonesia, jangan berisik! Pak Adit sebentar lagi datang," ucap Bu Cantika menenangkan kelas yang mulai riuh.

Pintu terbuka lebar, terlihat pak Adit dengan seseorang siswa yang asing.

"Selamat pagi anak-anak, bagaiman kabar kalian?" tanya Pak Adit.

"Selamat Pagi Pak, kabar kami baik," jawab semua siswa-siswi dengan mata tertuju ke siswa yang masih asing disebelah Pak Adit."

"Anak-anak, perkenalkan teman baru kalian pindahan dari SMA Setia Bhakti," ucap Pak Adit dengan senyum tulus.

"Perkenalkan nama saya Dhika Dhananjaya, silakan jika ada pertanyaan yang ingin di tanyakan," ucap Dhika dengan senyum dingin.

"Hobi, makanan favorit, warna kesukaan, kriteria cewe idaman, dan sudah punya pacar?" tanya Sasha dengan senyum nyengir.

Semua teman sekelasnya takjub dan melihat kearah Sasha. Apalagi Adis yang teman sebangku sampai tidak percaya, kalau Sasha bersikap konyol.

" Silakan, Dhika dijawab, cukup jawab saja hobi, warna kesukaan, makan favorit," ucap Pak Adit.

" Hobi belajar, warna kesukaan biru, makanan favorit donat dan brownies," tatapan sorot mata yang tajam dan senyum yang beku dingin.

"Silakan Dhika, duduk dengan Damar, dan Miftah kamu pindah ke bangku belakang dengan Jono."

"Baik Pak."

Dhika melangkah tepat di bangku Miftah, tetapi Miftah tidak beranjak pindah.

"Pak Guru, kenapa aku pindah belakang dengan Jono tompel," dengus Miftah.

"Dengarkan anak-anak! kalian tidak boleh membeda-bedakan teman hanya karena fisik, kekayaan dan lain-lainya," tegas Pak Adit.

" Ya, Pak guru." jawab serentak semua siswa-siswi, kecuali Miftah yang tertunduk malu karena merasa bersalah dengan Jono.

"Baik Pak."

"Udah bro... jangan sedih!, kita bisa belajar, main, dan pergi ke kantin bersama," hibur Damar.

Miftah beranjak dari bangkunya. Dhika langsung duduk tanpa menyapa Damar maupun Miftah untuk sekedar basa-basi.

"Perkenalkan nama gue, Damar Daniswara," senyum Damar tulus, sembari mengulurkan tangan."

"Ok, " jawab Dhika dengan muka datar dan kaku.

"Jangan sungkan! kalau lo mau nanya ruangan, nama-nama siswa, dan tanya tentang pelajaran, pasti aku jawab, soalnya gue disini termasuk cerdas, pintar, baik hati, suka menolong lagi," ucap Damar dengan bangga.

LOGIC & LOVEWhere stories live. Discover now