39 - The Truth

909 26 1
                                    

Konten mengandung bawang, siap-siap tissue dan camilan kalian 😂

Vote jangan lupa 😡
***

Alexa menghela nafas, menatap ke segala arah asal tidak ke pusat titik mata yang sangat membuatnya rindu itu. Bisa-bisanya menjelang hari pernikahan yang akan diadakan Axel malah kembali.

"Maaf, maafkan aku Ale. Aku tidak bermaksud untuk meninggalkan mu namun, saat itu memang aku bodoh. Tidak mau mengikuti kata-kata darimu dan hanya memikirkan ego di masa laluku sendiri." lirih Axel dengan wajah mantap menatap Alexa dengan tubuh membungkuk.

Alexa yang tadi enggan menatap Axel, berani menatap wajah pria yang amat ia rindukan.

"Lalu sekarang, kau dan aku telah selesai." ujar Alexa pelan namun tetap didengar oleh Axel yang sudah tersenyum lirih.

Axel menatap mata yang selalu teduh melihatnya, kini menjadi tatapan kecewa dan sedih menjadi satu.

"Ale beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya, setelah itu kau bebas melakukan apa yang kau mau." lirih Axel membuat Alexa mengangguk lelah.

Membiarkan semua ini cepat berakhir.

Axel tercekat, lalu tersenyum paksa sembari menundukkan kepala. Tangannya bersih menarik tangan Alexa untuk digenggam, namun dengan cepat Alexa menolak membuat Axel sadar bahwa sekarang Alexa bukan lagi miliknya.

"Baiklah kau dengarkan aku dulu, jika sudah selesai kau boleh bertanya apapun dan kumohon kau percaya dengan apa yang ku katakan meskipun kau sudah melupakanku." ujar Axel dengan tatapan seolah memberi energi untuk Alexa agar menuruti keinginannya.

Setelah Alexa mengangguk, Axel mulai bercerita.

"Pertama aku sangat banyak meminta maaf denganmu karena telah menghilang begitu saja tanpa kabar, semua ini berawal dari-"

FLASHBACK ON

Axel tersenyum puas melihat tubuh pria baya itu terkapar, pembalasan dendam di masa lalu membuatnya semakin menggila hanya demi ibunya, Bella.

Tak lama, seseorang dari kejauhan menembak bahunya secara tiba-tiba. Ia meringis, menatap ke segala arah mencari sumber penyebab tembakan yang terkena pada dirinya.

Darah terus mengalir, hingga suara orang berlari membuat Axel mencoba menajamkan pandangannya yang mulai mengabur.

Sosok pria yang sepertinya ia kenal, memapahnya dibantu oleh pria berkepala plontos lalu ia mendengar sebuah suara tembakan. Axel sendiri terus menjerit, merasakan amat sakitnya akibat tembakan yang membuat peluru itu menembus jas hitam yang ia pakai.

Namun, satu peluru lagi tiba-tiba dengan cepat menembus hampir mengenai dadanya dengan cepat badannya disingkirkan oleh seseorang. Semua pria berkepala plontos langsung mengamankan area tersebut.

Axel tidak sadarkan diri, aliran darah segar terus mengalir dengan pria yang memapahnya membawa Axel ke dalam mobil sedan hitam.

Axel sempat mengalami masa kritis selama seminggu, itu karena luka di dada yang hampir mengenai jantung Axel belum memulih. Untung saja pria itu menyelamatkan Axel.

Brother and Me [TAMAT]Where stories live. Discover now