Delapan

4.1K 483 55
                                    


Masih,

Baekhyun pov

Acara pertunjukan udah selese dan pemenangnya itu kelompok empat, gak papa kelompok gue gak menang juga. Yang penting kita udah berusaha dengan baik.

Api unggun juga udah mulai dari lima belas menit yang lalu, sekarang semua orang duduk melingkar di depan api unggun. Tak lupa juga berselimutkan yang mereka bawa dari rumah, cuma gue yang gak pake selimut.

Masih inget sebagian barang bawaan gue sama siapa kan?

Nah itu, dari tadi gue cariin Achan tapi gak ketemu juga. Akhirnya gue sama Jinan duduk lebih deket ke api unggun biar gak terlalu dingin. Sebenernya Jinan udah nyuruh bareng dia masuk ke selimutnya, tapi gue tolak karna dia juga kayak masih kedinginan.

Hari makin malam dan sedikit demi sedikit anak anak mulai memasuki tenda masing masing. Bahkan Jinan juga udah pamit duluan karna udah ngantuk katanya.

Sedangkan gue masih betah di depan api unggun yang kini udah semakin mengecil, hawa dingin juga mulai menusuk kulit gue yang hanya memakai hodie juga celana jins ketat.

Kedua tangan gue, gue arahin ke api unggun berharap mendapatkan kehangatan. Tapi sebuah selimut tebal kini udah bertengger manis di bahu gue, juga pelukan hangat dari belakang gue rasakan dari seseorang.

"Maaf, tadi Achan ada rapat osis sebentar jadi gak sempet ngasih selimutnya buat Ahyun. "

Dan gue tau siapa orangnya ketika suara orang yang meluk gue terdengar, Achan dialah orangnya. Dengan rasa bersalahnya dia meluk gue semakin erat, tak peduli jika ada orang lain yang masih ada di sekitar.

Gue juga gak begitu peduli sama sekitar, bahkan jika nanti ada bisik bisik yang gue denger dari mereka. Gue siap sama apa yang nantinya datang di kehidupan gue.

Yang penting bagi gue Achan selalu ada di samping gue dan ngelindungin gue. Jadi sedikitpun gak ada rasa takut yang gue rasain.

"Ahyun ngerti kok, jadi Achan jangan ngerasa bersalah gitu hm. " kata gue seraya menyamankan diri di dalam pelukan Achan.

Gue sempet ngeliat beberapa pasang mata Yang masih berada di sekitar, natap ke arah gue tajam. Apalagi tatapan dua cewek yang gue yakini sangat menyukai Achan.

Takut?

Tentunya gue gak takut sama mereka berdua walaupun mereka itu kakak kelas gue. Bagi gue status muda dan tua gak mempengaruhi diri buat jadi takut. Kalo untuk sopan santun gue jelas tau itu, tapi untuk takut?

Gak terlintas sedikitpun di dalam hati dan diri gue.

Mereka berbuat jauh, gue bisa lebih berbuat jauh lagi. Mereka bully, gue bisa membully mereka lebih lagi. Mereka ngancem, gue bisa ngancem lebih sama mereka.

Intinya kalo mereka berlaku di atas kewajaran, gue gak akan tinggal diam untuk itu.

Bukan kejahatan di balas kejahatan, tapi sekedar untuk mengingatkan si penjahat bahwa ada yang lebih jahat dari dia.

Kalo kita diem aja selama di jahatin itu akan membuat si pembully atau penjahat bertambah senang karna lawan dia terlihat lemah, berbeda lagi jika kita melawan mereka.

Kalian juga pasti bisa menilai dan mengambil langkah yang baik dan yang salah gimana kalo ada di posisi sebagai ter aniaya.

Seenggaknya kita udah berusaha ngelawan mereka, walaupun mungkin kita akan kalah sama mereka.

"Masih murid baru udah tepe tepe aja sok kecantikan! "

Ucapan sarkas dari kak Rose memenuhi seisi area sekitar api unggun. Bahkan pembina pembimbing yang lewat sempat berhenti melangkah karna mendengar suara yang lumayan keras dari kak Rose.

Pak Siwon atau yang sering di panggil pak Eko itu melangkah mendekati kita. Dahinya mengkerut dan alisnya menyatu membuat siapa yang ngeliatnya saat ini menjadi takut karna auranya.

Walaupun begitu, Achan masih tetap memeluk gue dari belakang tanpa mau melepasnya. Bahkan dengan tenangnya dia mencium pipi sebelah kiri gue tepat di hadapan pak Eko juga seluruh siswa yang masih disekitar, tanpa rasa sakit sedikitpun.

Perbuatan Achan membuat seluruh siswa menganga tak percaya, kak Irene juga kak Rose diam mematung. Mungkin mereka berdua syok karna baru melihat perlakuan Achan yang dirasa terlalu berani.

Berbeda dengan pak Eko yang udah berdiri tepat di hadapan kita dengan pandangan lembutnya. Ya, pak Eko juga kepala sekolah sudah mengetahui kebenaran hubungan gue sama Achan yang saudara kandung adik kakak.

Hanya mereka berdua yang mengetahuinya, bahkan guru dan staf yang lain tak mengetahuinya. Tapi mereka juga hanya diam dan tak membocorkannya kepada umum.

"Baekhyun sakit? Kenapa wajahnya terlihat sedikit pucat? " tanya pak Eko khawatir.

Dan semua siswa sontak lebih terkejut lagi, mereka pikir pak Eko akan menegur gue ataupun Achan karna udah berbuat di luar batas gini, apalagi depan umum.

Sekilas gue liat kak Rose mengepalkan tangannya juga raut wajahnya yang sedang menahan kemarahan, gue tau dia ngerasa ada penghalang buat deketin Achan.

Satu yang pasti, hidup gue mulai besok gak akan tenang selama di sekolah. Pasti akan seperti masa JHS dulu ketika gue deket sama Achan.

Satu orang yang membenci udah jelas terlihat.

Lalu arah pandangan gue beralih ke kak Irene yang masih diam tanpa memperlihatkan ekspresi apapun. Tapi gue tau dia banyak menyimpan kata yang di tujukan ke gue, apalagi yang gue tau dia suka sama Achan.

Itu jelas banget astaga, di deket Achan sok sokan biasa aja, padahal dalem hati berbunga bunga bahkan berjingkrakan gak jelas. Muna banget elah.

Gue tau dia tipikal pendiem, tapi dia punya segala jenis dan macam rencana buat orang yang berani deketin yang di anggap hak miliknya.

Untuk saat ini gue diem aja dulu, mau liat seberapa berani mereka berdua melangkah.

Dan gue juga sangat tau kalo Achan hanya tau mereka sebatas suka tanpa mendalami lebih lanjut perasaan mereka. Apalagi Achan yang cuek dan acuh begitu.

"Baekhyun baik kok pak, cuma kedinginan tadi jadi masih di depan api unggun hehe.. " jawab gue seadanya.

Lalu pak Eko mengangguk ngerti sama jawaban gue, "ya udah, jangan terlalu lama di luar. Kalian juga harus kembali ke tenda masing masking pukul 11 malam, gak boleh lewat. Mengerti! "

Dan membalas ucapan gue seraya memberi perintah mutlak untuk kita turuti tanpa adanya protesan.

"Siap pak Eko! "

Setelah mendengar serempakan dari semua siswa, pak Eko kembali melangkah pergi dan meninggalkan area api unggun.

"Dasar carmuk! "

Nyatanya kak Rose masih membahas masalah tadi, juga sedikit menambah nada kebencian yang dia lontarkan.

"Gak papa Ahyun, lo anak yang sabar kok. Apalagi buat menghadapi orang macam kak Rose. " batin gue mencoba bersabar.


.

.

.




Maap buat lagu dan puisi buat pertunjukannya gak gue liatin, soalnya gue nyari lagunya gak ada yang tepat buat temanya huhu 😭😭😭

Semoga kalian suka sama chap ini

Sampa jumpa...

Adeknya Chanyeol (Chanbaek) Where stories live. Discover now