8 Taeil Marah

228 25 8
                                    

Taeil tidak langsung masuk ke rumah, ia memilih duduk diteras menikmati angin sore yang cukup sejuk.

Ia meraih dompetnya terdapat daun semanggi yang sudah mengering, ia masih ingat apa arti daun itu yaitu kepercayaan, harapan, cinta dan keberuntungan.

Tapi yang ia dapatkan kali ini sebaliknya kebohongan pada diri sendiri akan perasaan menyukai Ara sejak dulu, pesimis karena Ara sudah milik orang lain, benci pada dirinya yang selalu tidak tahu apa-apa, dan kegagalan untuk memiliki gadis itu semakin jelas.

Hidup memang tak penah sesuai apa yang diinginkan.

"Bang ngapain disitu?." tanya Haechan yang baru datang, tapi ia tidak sendiri, Ara juga ikut bersamanya.

"Duduk. Loh Ara kok kesini ada apa?." tanya Taeil.

"Katanya mau nginep disini bang. Dia takut pulang, si Mark lagi ngak waras katanya." jawab Haechan.

"Iyaa Bang William, boleh ngak?." tanya Ara.

"Kenapa harus disini sih? Ngak di rumah Johnny aja?!." gerutu Taeil melengos masuk ke dalam kos.

"Bang! Kasar amat sama cewek!." sahut Haechan yang tidak diperdulikan Taeil.

"Gue salah apa ya Chan? Bang William kok jadi ketus gitu. Gue ngak jadi nginep aja deh, pulang aja kalo gitu." ucap Ara sambil tertunduk lesu.

"Ehh jangan, kalo Mark makin brutal gimana?." tanya Haechan.

"Gak tahu." jawab Ara.

"Ya udah disini aja, lebih aman." sahut Haechan.

"Gak deh Chan, pulang aja. Bang William kayaknya gak suka Ara disini. Pamit yaa Chan." ucap Ara berbalik dan pergi.

"Raa! Jadi nginep ngak?!." teriak Taeil dari ambang pintu.

Ara menoleh, "Sini! Udah abang bersihin kamar abang buat kamu!." teriak Taeil membuat Ara tersenyum.

🍀

Kini mereka tengah menikmati nasi goreng yang Ara bawa untuk makan malam, sambil nonton tv.

Tentu saja dengan Lucas dan Jungwoo. Tapi Winwin tidak karena anak itu belum kembali juga.

"Kas,, kerupuknya lagi ngak?." tanya Haechan.

"Udah ahh kenyang. Ke kamar dulu." pamit Lucas setelah selesai dengan suapan terakhirnya.

"Tumben." sahut Taeil.

"Iyaalah bang mau telephone si Yongjin." saru Lucas saat hendak masuk kamar.

"Jungwoo juga duluan, masih banyak tugas soalnya. Hayuk Chan." ajak Jungwoo sambil menarik lengan Haechan yang masih setia menyendok nasi.

"Eeee- bentar napa? Belum habis juga. Duluan aja ngak usah ajak-ajak." gerutu Haechan.

"Hisss, ayokkk." seret Jungwoo sambil berkedip beberapa kali pada Haechan.

"Ohh iyaa." ucap Haechan baru sadar jika dua manusia di depannya butuh ruang lebih.

"Ehhh, kok pada kabur semua?." tanya Ara.

"Udah selesai kok Ra, Bang Moon Se Ma Ngat." bisik Haechan di akhir kalimat.

"Apa sih ngak jelas." sahut Taeil. 

"Ra mau mandi ngak?." tanya Taeil.

"Bau yaa Bang, Ara?." tanya Ara.

"Yaa Enggak, tapikan dari pagi pakek itu terus, udah sana mandi nanti pekek baju abang aja." tawar Taeil.

"Ihh, Bang William baik banget. Iyaa dehh." jawab Ara.

"Tapi nanti dulu Ra, abang mau tanya sesuatu." tahan Taeil, ia ingin kejelasan lebih tentang hubungan gadis itu dengan Johnny.

"Apa?." tanya Ara memposisikan dirinya menghadap tepat ke arah Taeil.

Ara dapat menatap langsung alis tebal, dan pipi tirus Taeil dengan jelas.

Dengan dengan posisi sedekat itu Taeil jadi salah tingah sendiri, Taeil menyingkap pelan poni gadis itu dan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan dengan posisi sedekat itu Taeil jadi salah tingah sendiri, Taeil menyingkap pelan poni gadis itu dan

Huuuhhh

Taeil meniup jidat gadis itu, Ara yang tersentak memejamkan matanya.

"Ihh Bang William." gerutu Ara.

"Ada nyamuk tadi." bohong Taeil

"Tapi katanya mau tanya."

"Ngak jadi, udah sana mandi." perintah Taeil, ia tidak mungkin menanyakannya pasti Ara akan berpikir yang tidak-tidak dengannya, rasa gengsinya lebih besar.

"Iyaa iyaa." jawab Ara mengambil piring kotor Taeil menuju dapur.

🍀

Ara sudah berbaring di kamar Taeil, pikirannya tidak lepas dari Mark, ia terus mengigit bibir bawahnya

Dari pagi setelah menghubungi Johnny ia sama sekali tidak berani mengaktifkan ponselnya.

Bagaimana jika maqrk dihajar oleh Taeyong sekarang karena ia tidak kunjung pulang.

"Aaakhhh Mark Lee, sialan." umpat Ara.

Ceklek.

Saat Taeil tiba-tiba masuk, Ara segera pura-pura tidur karena memang sudah tengah malam.

"Permisi, mau ambil charger." bisik Taeil yang masih di dengar Ara tapi memilih untuk diam.

Taeil menatap selimut gadis itu tersingkap, dengan hati-hati ia menarik selimut itu hingga ke bahu gadis itu.

Setelah mengambil charger di atas nakas, Taeil menatap wajah damai gadis itu dan mulai berjongkok di depannya.

"Maaf, dulu aku selalu bilang merindukanmu, aku selalu bilang selamat malam, seolah tak terjadi apa-apa hanya kamu yang berjuang untukku. Tapi pada akhirnya aku sadar saat kamu sudah jadi milik orang lain dan air mataku mengalir juga. Kau tahu kenapa Ra?." ucap Taeil menggantung.

"Karena ternyata aku sangat mencintaimu, itu sebabnya ini sangat menyakitkan. Meski bukan yang terbaik aku akan memberikanmu kebahagiaan. Aku sudah memikirkannya. Seperti angin yang berhembus, kamu selamanya Ra. Kini Aku mencoba untuk menangkapmu tapi aku tidak bisa. Kau jauh Ra.. sangat jauh." ucap Taeil lagi-lagi jelas di dengar oleh Ara.

Ara menahan mati-matian untuk tidak membuka matanya saat ia merasakan usapan lembut jari-jari Taeil dikeningnya.

"Selamat malam Ra." ucap Taeil, Ara dapat mendengar langkah kaki Taeil yang menjauh dan menutup pelan pintu.

"Apa lagi ini?." gumam Ara.

TBC

TBC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SPOILER PLEASE! 🍀/Moon Taeil √Where stories live. Discover now