11. Sebuah Perasaan

934 103 23
                                    

Handphone Jaemin pun berdering dan terpampang nama Lia disana. Mwo? Gadis itu menelfonnya?
'O, wae?' tanya Jaemin malas.

'Dimana? Ajarin gue main gitar.' ujar Lia.

'Mwo? Ngajarin main gitar? Jigeum?'

'Iya, sekarang gue otw taman. Tunggu disana.' ujar Lia yang langsung mematikan telfonnya.

'Ya! Gue gak bisa! Ya! Gue gak bawa gitar!' teriak Jaemin terlambat karena Lia sudah keburu mematikan panggilan itu.

"Nuguya, Jaemin-ah?" tanya Haechan dengan ekspresi menggoda Jaemin. Ya, jelas sekali ia mendengar itu suara seorang gadis.

"Bukan siapa-siapa, gue pergi duluan ya." ujar Jaemin terburu-buru lalu berlari meninggalkan Haechan.

"Ya! Na Jaemin! Lo mau mati? Ngapain lo ninggalin gue setan!" teriak Haechan.

"Saranghae, Haechan-ah!!" balas Jaemin yang berlari menjauh.

Jaemin menggerutu sepanjang jalan. Untuk apa dia meminta diajarkan bermain gitar malam-malam begini? Apalagi sekarang Jaemin tidak membawa gitar? Bagaimana ia akan mengajarkannya? Dan bukankah tadi dia sudah pergi bersama Soobin untuk belajar bermain gitar? Mengapa sekarang malah memintanya? Gadis itu sangat semaunya.

Saat sudah sampai ditaman, Jaemin tidak dapat menemukan Lia. Apa gadis itu belum datang? Wah, jinjja! Bahkan Jaemin sempat pergi ke supermarket untuk membeli minuman dan sosis namun Lia belum juga sampai?

Beberapa menit kemudian, Lia pun datang dengan menggendong tas kecil di punggungnya. Tentu dengan wajah dinginnya itu yang terkadang sangat menyebalkan untuk dilihat.

"Lo lama banget sih, gue bahkan udah sempet beli minuman sama sosis." omel Jaemin sambil memberikan sebotol minuman untuk Lia. Lia tersenyum tipis saat menerimanya. Dia mengomelinya namun tetap memberikannya sebotol minuman.

"Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Jaemin sambil menatap Lia lalu cepat-cepat Lia mengubah ekspresinya menjadi seperti semula. Dan Lia pun sedikit terkejut melihat sebuah luka di wajah Jaemin.

"Kenapa muka lo?" tanya Lia.

"Ganteng?"

"Ah, lupain. Mana gitar lo?"

"Gue udah bilang gue gak bawa gitar, lo udah main matiin telfonnya." sahut Jaemin kesal.

"Gak apa, gue juga emang mau beli sekarang. Sekalian gue mau traktir lo kaya yang udah gue janjiin sebelumnya karena udah ngajarin gue main gitar."

Jaemin berusaha mengingat-ngingat tentang janji Lia. Benarkah gadis itu sudah berjanji akan mentraktirnya? Aaa, Jaemin mengingatnya.

"Ah, gue inget. Okay, kajja!" ujar Jaemin semangat sambil merangku Lia. Ia begitu senang karena hari ini akan ditraktir. Lumayan untuk menghemat uangnya.

Lia sangat terkejut karena tiba-tiba Jaemin merangkulnya.

Ini sedikit aneh. Saat Jaemin merangkulnya seperti diri seperti ada getaran di dalam dirinya. Perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

"Ya! Lepasin gak." ujar Lia dengan wajah dinginnya.

Jaemin yang agak ketakutan pun melepaskan rangkulannya dengan hati-hati. Tak lupa sedikit membersihkan baju Lia.

Jaemin pun mengantar Lia menuju toko alat musik didekat sana. Dan mereka langsung menuju ke tempat gitar. Ada banyak model dan warna gitar disana.

Di lain tempat, Soobin tengah menunggu kedatangan hyungnya. Ini sudah pukul 9.30 mengapa ia belum pulang juga? Tadi hyungnya berjanji akan pulang pada pukul 4 sore. Untung saja Lia tidak jadi menunggunya. Itu akan memalukan jika harus membuat Lia menunggu sangat lama.

Jaemin NCT Dream X Lia Itzy  X Soobin TXT (My First and Last) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang