12. Cantik

903 105 14
                                    

Seluruh teman-temannya pun menertawakan Haechan yang dipukul menggunakan buku oleh Mina.

Tak ketinggalan Yeji yang juga ikut tertawa namun tiba-tiba darah mengalir dari hidungnya. Tetesan darah itu pun mengenai bajunya. Yeji yang kaget pun lantas cepat-cepat mendongakan kepalanya sambil menyumbat hidungnya.

Ia pun berlari begitu saja keluar dari kelas sehingga mengagetkan yang lain.
"Ya! Hwang Yeji!" panggil Ryujin lalu mengikuti Yeji.

Haechan pun lantas kembali ke bangkunya.
"Waegeurae? Yeji kenapa?" tanya Haechan.
"Gue gak yakin, tapi gue liat dia nyumbat hidungnya, mimisan mungkin?" sahut Renjun.
"Kayanya dia lagi sakit deh, tadi gue liat juga pucet banget." ujar Jaemin.

Sedangkan Jeno hanya diam saja. Dalam hatinya ia sangat khawatir dengan Yeji. Ada apa dengan gadis itu? Biasanya gadis itu sangat penuh dengan energi. Apa dia sakit parah?

Yeji pun menuju kamar mandi. Ia mengambil banyak tisu untuk menyumbatnya lalu membersihkan bajunya dan cardigan yang terkena tetesan darahnya.

"Aishh." gerutunya.
Lalu Ryujin pun datang dan melihat banyak tisu bekas darah yang bercecer di lantai.

"Yeji-ah, gwenchana?" tanya Ryujin khawatir.

"O, nan gwenchana. Cuma mimisan dikit."

"Dikit apanya? Itu bekas tisunya banyak banget. Ayo ke uks."

Yeji pun menuruti Ryujin lalu mereka pun menuju uks. Sampai di uks Yeji hanya berkata bahwa ia sangat kelelahan pada perawat disana hingga ia pun disuruh untuk beristirahat di uks untuk sementara waktu.

"Lo bener cuma kecapean?" tanya Ryujin.

"Iya, bener. Nanti juga gue mendingan abis tidur. Udah sana balik ke kelas."

"Gue gak pingin balik, nanti gue sendiri. Gila! Nanti si dj abal-abal itu gangguin gue gimana? Tapi gue harus ngerjain tugas bahasa Inggris. Ahh." keluh Ryujin.

"Ya! Bukan Renjun yang gangguin lo. Elo yang suka nyinyirin dia. Udah sana ke kelas. Gue juga mau istirahat nih."

Akhirnya dengan berat hati Ryujin pun kembali ke kelas. Ia juga berjanji pada Yeji, ia akan datang saat istirahat nanti.

Yeji melihat cardigan dan bajunya yang berisi bekas darah. Ia pun melepaskan cardigannya dan menaruhnya di nakas samping tempat tidurnya namun cardigannya terjatuh karena ia tidak menaruhnya dengan benar.

Saat akan mengambilnya, sebuah tangan sudah duluan mengambil cardigan miliknya. Dan ia pun melihat ke arah pemilik tangan itu.

Jantungnya pun berdebar dengan kencang melihat siapa yang kini ada didepannya. Lee Jeno? Apakah ia kesini karena khawatir padanya?

"Jeno-ya." ujar Yeji.

"Jangan gr, gue kesini bukan karena khawatir." ujar Jeno lalu membuka sweater yang digunakannya.

"Igo. Pake ini, baju lo kotor, cardigan lo juga kotor." ujar Jeno sambil menyerahkan sweater hitamnya pada Yeji.

Dengan ragu-ragu Yeji pun menerimanya. Ia tersenyum senang. Jeno memberikan sweaternya padanya? Rasanya seperti mimpi.

Yeji pun memakai sweater Jeno yang tentunya sangat kebesaran ditubuhnya. Namun, ia menyukainya. Ia mencium aroma khas Jeno yang menempel di sweater itu.

"Itu gue ngasi pinjem, bukan ngasi minta. Jangan lupa kembaliin." ujar Jeno.

"O, gue bakal kembaliin. Gomawo, Jeno-ya." ujar Yeji senang. Ia terus menciumi sweater itu.

Setelah itu, Jeno pun keluar dari UKS. Saat keluar dari UKS ternyata Jaemin melihatnya.
"Mwoya? Jeno keluar dari UKS?" ujarnya lalu Jaemin pun memasang wajah yang sangat terkejut. Apa jangan-jangan Jeno...dan Yeji....

Lia sedang duduk sambil mendengarkan musik di belakang sekolah, ia juga membawa buku catatannya. Ya, satu-satu hal yang Lia sukai di sekolah ini adalah halaman belakang sekolah ini yang sepi. Ini nyaman. Tidak ada yang menganggunya.

Tanpa sengaja, Lia pun menjatuhkan pulpennya ke sebuah got kecil di dekatnya. Saat akan mengambilnya tiba-tiba ada yang mendorong badannya dengan sangat keras hingga ia terjatuh dan lututnya terluka.

"Akh." rintih Lia. Ia pun lantas menghadap ke belakang dan melihat So Hee yang sudah berdiri dibelakangnya dengan wajah yang berseri-seri.

"Omo, omo. Mian, gue gak sengaja, abisnya lo ngalangin jalan gue sih." ujarnya tanpa rasa bersalah.

Lia berusaha berdiri lalu membersihkan roknya. Ia melihat lututnya yang terluka.
"Eotteokhae? Lo luka? Gue bener-bener gak sengaja." ujar So Hee sambil tertawa.

"Mau lo apa sih?" tanya Lia. Ia mulai geram dengan So Hee. Gadis berambut pirang ini selalu saja mengusiknya.

"Udah gue bilang gue gak sengaja."

Lia pun menatap dingin So Hee lalu bergegas untuk meninggalkan gadis gila itu.

"Lo mau tau kenapa gue benci banget sama lo?"

Mendengar So Hee mengatakan hal itu, Lia pun menghentikan langkahnya.

"Lo sok cantik, lo udah buat semua cowo-cowo di sekolah ini cuma ngeliat lo doang."

Lia tersenyum sinis. Jadi karena itu So Hee membencinya?

"Mwo? Jadi lo ngaku kalo lo emang gak ada apa-apanya?" ujar Lia.

"Maksud lo apa?"

"Enggak, lo bilang semua cowo-cowo cuma ngeliat gue bukannya itu wajar? Untuk apa mereka liat cewe kaya lo?"

"Ya! Jaga mulut lo!" bentak So Hee mulai emosi.

"Gue tau alasan kenapa mereka gak liat cewe kaya lo, dasar cewe gila." ujar Lia lalu pergi meninggalkan So Hee.

Lia pun akhirnya pergi ke dekat lapangan basket untuk mencari keran air untuk membersihkan lukanya dan juga kakinya dan seragamnya yang terkena lumpur.

"Akh." ringis Lia saat air mengenai luka di lututnya.

Soobin kebetulan lewat dan melihat hal itu.

"Itu Lia kan? O, dia luka?"

Soobin pun menghampiri Lia dan melihat lutut Lia sudah terluka.

"Lia? Gwenchana? Lo jatuh?" tanya Soobin.

"Ne, tadi gue jatuh."

"Ah, eotteokhae? Lo tunggu disana ya, nanti gue balik lagi kesini. Jangan kemana-mana." ujar Soobin lalu pergi entah kemana.

Lia pun menunggu Soobin di kursi dekat lapangan basket. Soobin pun datang membawa peralatan dan obat untuk luka di lutut Lia.

"Lo beli obat merah?" tanya Lia.

"Enggak, gue minta di uks. Mana kaki lo." ujar Soobin lalu mulai berlutut.

Soobin pun mengobati lutut Lia.
"Harusnya lo hati-hati." ujar Soobin.

"Tahan ya, emang agak perih." ujar Soobin sambil memberikan obat merah di lutut Lia dan Lia pun sedikit meringis.

"Cha, udah selesai." ujar Soobin lalu duduk disamping Lia.

"Lo baik-baik aja kan?" tanya Soobin.

"Mwoya? Luka kecil gini aja udah jelas gue baik-baik aja."

"Aniya, bukan itu. Setiap ngeliat lo gue selalu ngeliat sesuatu yang buruk terus terjadi sama lo."

"Gue baik-baik aja kok."

"Lo boleh bagiin ke gue kalo emang berat ditanggung sendiri." ujar Soobin sambil tersenyum manis.

Lia tersenyum kecil. Ini pertama kalinya Soobin melihat Lia tersenyum seperti itu. Lia benar-benar sangat cantik.

"Yeppoyo." ujar Soobin yang membuat Lia lantas menatapnya kaget. Apa Soobin baru saja berkata bahwa ia cantik?

"Mwo?"

Next?
Jangan lupa vote n comment yaaa
Thank you buat yg udah baca🌈🌈💙

Jaemin NCT Dream X Lia Itzy  X Soobin TXT (My First and Last) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang