PROLOG

76 19 5
                                    

"Thira capek kaya gini terus kek. Thira capek dengerin makian mama. Thira capek dipukuli papa. Thira capek dibandingin sama anak lain. Thira capek kek, capek. Thira pengen ikut kakek aja boleh? Thira pengen main sama kakek disana. Pasti kakek bahagia disana kan? Kakek gak kasian sama Thira? Thira gak ada teman disini. Thira kesepian disini. Hiks...hiks.. Yaudah kek, Thira balik dulu ya, udah mendung. Kakek baik-baik disana ya." Gadis itu mulai mengusap air mata yang membasahi pipinya dan mencium nisan yang bertuliskan nama Dito- kakeknya yang merupakan ayah dari mamanya.

Dulu, ia hanya punya Dito dalam hidupnya. Hanya Dito yang baik padanya dibandingkan dengan kakek dan neneknya yang lain.

Ia ingin pulang tapi ia terlalu takut untuk bertemu kedua orang tuanya. Ia terlalu sakit untuk mendapatkan pukulan dan cambukan lagi dari papanya. Ia terlalu sedih untuk mendengarkan makian lagi dari mamanya. Entahlah begitu tersiksanya ia di rumah itu.

Gadis itu mempercepat jalannya saat hujan mulai turun. Ia akan berlindung dibawah pohon sambil menunggu hujan reda karena ia tidak membawa payung saat kesini.

"Hujan nya kok lama banget sih? Thira kedinginan kalo lama-lama." Gumam gadis itu sambil memeluk dirinya karena kedinginan.

***

Disisi lain, seorang lelaki mulai melangkahkan kakinya menuju tempat ia memarkirkan motor sport nya. Setelah mengunjungi makam kakaknya, ia berniat pulang karena hujan mulai turun. Dari jauh, ia tak sengaja melihat seorang gadis yang berdiri dibawah pohon. Kentara sekali kalau gadis itu sangat kedinginan.

"Siapa dia? Kok sendirian dibawah pohon? Udah mau malam gini." Ucapnya sambil terus memperhatikan gadis itu. Tak peduli jika bajunya sudah basah.

Ia mulai mendekati gadis itu. Tak tega jika harus meninggalkan gadis seorang diri dipemakaman ini apalagi sedang hujan begini. Ditambah lagi langit sudah mulai gelap.

"Permisi?" Tanyanya pada gadis itu.

Ia mengernyitkan kening saat melihat gadis itu menjauh darinya dengan wajah ketakutan. Bisa ia lihat tubuh gadis itu yang gemetar.

"Si-siapa kamu?" Tanya gadis itu gagap.

"Jangan takut gue orang baik kok." Ucapnya santai. Gadis itu menggeser tubuhnya menjauh darinya.

Ada apa dengan gadis ini? Mengapa dia begitu ketakutan? Apa dirinya tampak seperti orang jahat? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul dipemikirannya.

"Lo gak pulang?" Tanyanya pada gadis itu. Gadis itu hanya diam.

"Siapa yang lo kunjungi disini?" Tanyanya lagi. Gadis itu tetap diam.

"Hello? Gue ngomong sama lo." Ucap lelaki itu tak tahan karena gadis itu tetap diam.

Lelaki itu menepuk bahu gadis itu namun langsung ditepis cepat oleh gadis itu.

"Ja-jangan se-sentuh aku!" Ucap gadis itu ketakutan.

'Ck berasa jadi pemain Orang Ketiga gue.' Batin lelaki itu.

"it's okay, tenang dulu. Gue gak ngapa-ngapain lo kok." Ucap lelaki itu.

Ia bisa melihat gadis itu menganggukkan kepalanya. Setidaknya gadis itu masih meresponnya. Ia sedikit menunduk untuk melihat wajah gadis itu. Tapi sayang wajah gadis itu tertutup oleh sebagian rambutnya.

"Nama lo siapa?" Tanya lelaki itu pada gadis itu.

"Kathira." Jawab gadis itu singkat.

"Nama lo unik. Nama panjang lo?" Tanya lelaki itu lagi.

"Kathira Aqyna Bladish." Jawab gadis itu.

"Semakin unik. Kenalin nama gue Rain Geano Dewara. Lo boleh panggil gue Rain." Ucap lelaki itu sambil memberikan telapak tangannya untuk berjabat tangan.

"Jangan." Ucap Thira menatap telapak tangan Rain.

Rain mulai menurunkan tangannya. Ia semakin bingung dengan gadis didepannya ini. Nama unik, sifat pun unik. Gadis ini seperti, menghindari kontak fisik.

"Hujannya udah reda, mau gue anterin pulang?" Tawar Rain pada Thira.

Thira menggelengkan kepalanya.

Rain semakin penasaran dengan Thira. Disaat semua siswi disekolahnya berbondong-bondong minta diantarkan pulang, lain dari Thira yang menolak mentah-mentah ajakannya. Sungguh aneh.

"A-aku duluan." Ucap Thira.

"Okay semoga jumpa lagi." Jawab Rain sambil tersenyum.

Thira menoleh kearah Rain sambil tersenyum. Betapa terkejutnya Rain saat melihat wajah Thira yang begitu cantik. Bahkan cantiknya alami tanpa polesan make-up sedikit pun.

Thira mulai berlari menjauh dari tempat pemakaman tersebut.

"Cantik bener." Gumam Rain. Lalu ia mulai berjalan menuju motornya dan mengendarai motornya meninggalkan tempat pemakaman tersebut.

*
*
*

Haii...gimana sama prolognya?

Tenang aja, baru awal kok jangan dihujat dulu aku nya wkwk.

Vote dan Commentnya jangan lupa! Ga bayar kok_-

zahwanadiva
Follow juga ig aku ; @zahwandv

Kathira [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang