Liyodira - Part 6

2.1K 21 1
                                    

"Liyodira." Tulis Hartman menjawab pertanyaan George melalui pesan singkat tentang nama-nama penari telanjang yang diundang dalam pesta semalam. Hartman menyebutkan sembilan nama dan tidak satupun yang mendekati. Tapi saat Hartman menulis nama terakhir, jantung George melonjak keras, karena foto yang dikirim adalah foto Claire Carrington, guru kelas Stef dan Clara dan mendadak tubuhnya terasa lemas.

"Berikan aku nomor ponselnya."

"Ada apa sir?" Balas Hartman.

"Sepertinya ada barang miliknya yang terbawa olehku."

"Anda bermalam dengannya?" Balas Hartman.

"Kuharap kau mengerti arti sebuah privasi Mr. Hartman Braile."

"Sorry Sir. Aku akan mengirimkannya sekarang." Balasnya, dan tak berapa lama Hartman mengirim kontak Claire.

George menelan ludah, dia mempertimbangkan apakah akan menghubungi gadis ini atau tidak? Tapi kemudian dia mencoba menelepon gadis itu dan diangkat dalam dering ketiga.

"Hallo."

"Mss. Carrington?" George berusaha memastikan.

"Yes, Claire speaking. Who are you?" Jawabnya ramah.

"Aku . . . George Corner, semalam kita bertemu di pesta." Tembak Corner, dan jika Claire mengakuinya berarti dia benar-benar berperan ganda, selain pengajar di salah satu sekolah ternyata dia juga seorang penari telanjang.

"Sorry, aku tidak mengenal anda."

"Hartman . . . Dia memberikan nomormu padaku."

"Tapi maaf, begitu banyak orang tadi malam, aku mungkin tidak mengenali anda."

George menghela nafas. "Maaf atas sikap kasarku semalam, aku pria yang duduk di sudut ruangan, . . . em . . . sorry . . . aku tidak . . ." George bingung bagaimana mendeskripsikan dirinya agar Claire mengingatnya.

"Oh . . ." Claire mungkin mengingat George, tapi dia menjadi celingukan karena dia juga mengingat kejadian di sekolah tadi.

"Anda akan mengadukanku pada komite etik sekolah?" Tanya Claire tanpa basa-basi.

"Kenapa aku harus melakukannya?" Jawab George.

"Karena anda satu-satunya orang yang menyadari hal itu." Jawab Claire.

"Aku tidak memiliki tendensi apapun untuk melaporkanmu pada siapapun."

"Lalu untuk apa anda menghubungiku sekarang?" Tanya Claire dengan anda yang tidak seramah tadi.

"Aku ingin bertemu denganmu, . . . lagi." Ujar George ragu.

"Untuk?" Tanya Claire.

George menghela nafas dalam, tapi fantasi liar dalam dirinya sebagai seorang pria sejati jelas tidak bisa dibendung lagi. George justru lebih tertarik pada sosok Claire yang berdiri dengan stiletto dan rok pensil lengkap dengan blazer hitam yang membungkus tubuhnya rapat dibandingkan semalam, dia mengenakan gaun dengan model satu lengan bag dewi yunani yang memperlihatkan siluet tubuhya dibalik remang-remang cahaya malam.

"Dance privately for me.""Ujar George singkat, dan untuk beberapa saat dia tidak mendapatkan jawaban dari Claire.

"Open the price.""Ujar George dengan suara pelan dan Claire membuka suara beberapa detik kemudian.

"Seribu dollar." Ujarnya.

"Deal, tomorrow, Wezt Buzz Hotel 9.pm sharp." Setelah sepakat soal harga George menentukan tempat pertemuan mereka.

"Ok deal." Jawab Claire dan panggilan mereka berakhir dengan sangat formal.


LiyodiraWhere stories live. Discover now