Epilog II

1.7K 160 11
                                    

Di pondokan taman belakang rumah Kris, Sehun membaca buku yang mana adalah salah satu kegiatan yang cocok dilakukan di musim gugur, dilengkapi dengan pohon maple yang daunnya terkadang berjatuhan hingga lantai pondok, atau bahasa lainnya sih gazebo yang berbeda dari yang dirumah Sehun. Yang ini lebih fancy dan agak ada aksen Eropa-nya walau ini di Amerika.

Pencahayaan di sana bagus walau sedang malam, jadinya tidak menakutkan, ditambah Mino juga ada di sana walau sedang sibuk dengan laptop-nya, mencari sesuatu yang bisa menginspirasinya dalam melukis. Kalau tidak salah setiap musim gugur rutin diadakan pameran seni. Sehun berharap Mino bisa menjadi senimannya nanti.

"Wah, Mino dan Sehun-ku tersayang!"

Entah gazebonya yang kurang kuat atau lelaki jangkung itu terlalu penuh tenaga menaikinya hingga Sehun merasa agak ada pergetaran, teman kakaknya itu sangat bersemangat dan begitu juga ia, sebenarnya sih begitu. Kris memeluk mereka berdua dan mengajak Sehun serta sang adik sepupu untuk memasuki rumah. Di luar dingin tentu saja.

Sehun sedikit berharap saat suaranya menangkap suara-suara tak asing. Benar saja, saat akan memasuki ruang tamu, ia dapat melihat Luhan dan seseorang lebih tinggi, itu Chanyeol! Astaga, yang benar saja. Memangnya Amerika letaknya sedekat apa dari Korea?

"Kenapa hyung tiba-tiba ke sini?" dan setelahnya Sehun mendapat jitakan dari seseorang yang akan memeluknya.

"Mau saja. Ayok sini kupeluk." Sehun hanya bisa pasrah saat tubuh besar itu memeluknya dengan lebih banyak tenaga ketimbang Kris tadi, dan sekarang malah Luhan ikut-ikutan juga sambil menepuk-nepuk punggungnya.

"Astaga, jujur saja kau belum cocok jadi anak kuliahan."

Itu suara Luhan. Ia terlihat lebih tampan dengan rambut model undercut dan kulit yang lebih tan, oh, jangan lupa kumis tipisnya.

"Kakakmu tak tiba-tiba datang ke sini. Hanya kau saja yang tak kami beritahu." Kris yang datang dengan membawa lima gelas kopi bersuara.

"Bagaimana perkembangannya, hyung?"

Sehun beberapa kali mengerutkan alisnya, sepertinya ada yang ia lewatkan.

"Tinggal mengikuti satu kali turnamen internasional dan mengirim berkas."

"Apa yang kalian bicarakan?"

Chanyeol tersenyum lebar, "mimpiku sebentar lagi terwujud. Kau tau aku ingin jadi pemain NBA, kan?"

Sehun meninju pelan dada sang kakak, hei bro! Memang tak sia-sia berkorban untuk kakak yodanya itu.

"Jangan lupakan aku, bung!"

Chanyeol sedikit terkekeh sehabis Luhan berbicara, "Perlu waktu lama meyakinkan mereka percaya kalau Luhan pemain yang hebat karena tingginya tak 180an."

"Akan kubuat mereka tak mau melepasku nanti." Luhan mendengus diikuti kekehan yang lain.

"Mereka akan tinggal di Amerika juga tak lama lagi, jadinya aku tak perlu mengurus bayi besar sepertimu sendirian."

Ah, siapa lagi kalau bukan Mino.

***

Chanyeol cukup sering mengeluh dalam hidupnya, namun di 24 tahun hidupnya, tentu banyak yang ia telah lewati. Kehidupan terjal berbatu mengasah pemikirannya yang tumpul. Semula banyak kata-kata orang bijak yang terdengar tak masuk akal dan sok. Sekarang Chanyeol sudah membuktikannya, dengan jangan hanya berdiam dan mengkritik, namun lakukan.

Sudah banyak yang ia dapat. Rumah, apartemen, mobil, barang mahal dan lainnya. Tapi hari ini merupakan hari yang paling berharga. Seorang pemain NBA susah mendapatkan waktu kosong, bung!

Ia menghentikan sepedanya, meninggalkannya di salah satu pohon yang kini menguning. Mendatangi beberapa orang yang berkumpul dan makan-makan sambil berbincang, ada juga yang memasak. Piknik di musim gugur hal baru yang ternyata menyenangkan baginya.

"Berapa harga baju yang kau pakai, Jongin? Dia ini Gucci berjalan kalian tau?" Luhan berkata heboh.

"Dasar norak." Chanyeol yang baru duduk menyahut. Tak memperdulikan pukulan Luhan yang keras dan menunggu ibunya menyiapkan makanan tak jauh dari sana.

"Sayang sekali Lay, Tao, dan Kyungsoo sedang sibuk."

"Benar, Kris. Tau-taunya Lay jadi artis dan Tao jadi guru bela diri," Ucap Jongin yang sibuk bermain game, hobinya dari dulu.

"Aku sering melihat seseorang yang mirip Kyungsoo meng-cover lagu di Youtube."

"Memang dia Youtuber, bodoh!" Chanyeol berujar membuat Baekhyun kaget. "Orang sedatar itu bisa jadi Youtuber?"

"Untuk cover lagu tak perlu banyak bicara. Lain denganmu Baekhyun," Ucap ayah Chanyeol yang membawa udang beberapa makanan. Melihat itu, Kris yang semula memakan apel melemparkan sisanya ke kepala Jongin. Untung Jongin sabar.

"Lihat, mereka sudah makan!"

"Kau menyalahkanku?!"

"Memang salah kan? Masa lelaki seumurmu tersasar. Tempat ini bukan hutan belantara, bocah!"

"Dasar pemarah."

Mereka tak menghiraukan pertikaiannya di lihat banyak orang. Tidak terlalu banyak, sih. Hanya Chanyeol, Kris, baekhyun, Jongin serta ayah dan ibunya Sehun.

Ayah menghela nafas dan menjitak pelan kepala Sehun. "Cepat makan, kau juga Mino. Dua tuan muda kita jangan bertengkar begitu. Ah, Mino juga sudah merangkap jadi seniman. Kau hebat."

Mino hanya tersenyum lalu ikut-ikutan menjitak Sehun yang kemudian membalas dengan cekekan. Setelahnya, Sehun duduk di samping Chanyeol yang mencubit keras pipinya. Susah menerima adikmu sudah tumbuh dewasa bukan?

"Besok kalian semua diundang ke nikahan ayah Jaejoong."

"Siapa itu, Sehun?"

"Ayah kandungnya," Jawab Chanyeol.

"Aku senang melihatnya bahagia." Sehun tersenyum, kemudian ia memandang semua orang di sana dengan diam.

"Aku juga sedang bahagia sekarang." Chanyeol berucap pelan.

Tangis dan keringat akan terganti dengan senyuman jika kita terus bekerja keras dan bersyukur. Suatu saat kita akan berada di puncak, menikmati langit yang ada di atas kita, namun sesekali melihat kebawah, di mana langkah pertama kita tapakkan.


Fin.


***

2.5 tahun menggarap ff yang seadanya ini. Mohon maaf apabila ada kesalahan ya selama ini. Nanti kalau Rim ada ide, sepertinya bakal ada bonus chapter, kyaa~

Terimakasih kepada para reader, yang meninggalkan jejak atau gak. Lihat viewernya nambah aja udah seneng wkwkw. Makasih buat yang udah vote dan komen ya. Rim jadi semakin percaya diri nulis karena kalian. Sukses dan jaga kesehatan ya.

Maaf endingnya kurang memuaskan. Pai pai~

  Pai pai~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stepbrother [Chanhun Brothership Story]Where stories live. Discover now