“Pengkhianat mengingatkanku pada uang recehan. Bermuka dua dan tidak berharga.”
****
"Kenapa nampar Nadia kalo lo nangisin dia?"tanyaBisma.
Tadi Resti sudah bercerita tentang pertengkaran antara dia dan Nadia. Tidak terlalu detail, Bisma hanya mengetahui jika dia dan Nadia dulu bersahabat.
Dan Bisma juga tidak banyak bertanya dan setia mendengarkan, bahkan Bisma mengajaknya untuk pulang bersama, dan Resti tidak keberatan menyetujuinya. Yang pasti sekarang mereka tengah berada di mobil, melaju entah ke mana.
"Gue sebenarnya gak tega nyakitin Nadia. tapi rasa iba gue udah tertutup sama dendam. Bahkan saat gue bunuh kedua sahabatnya, gue dalam keadaan yang nggak sadar. Dalam artian tubuh gue seolah bergerak dengan sendirinya, awalnya gue shock pas suruhan bokap kasih tahu kalo gue udah bunuh Maya. tapi setelah gue pikir-pikir, itu cukup setimpal dengan apa yang mereka lakuin ke gue," jelasnya.
"Entah saat itu rasa kemanusiaan gue ke mana, gue bener-bener hilang akal. Yang ada di pikiran gue cuma bunuh mereka yang mengkhianati gue! Beberapa minggu yang lalu juga, gue bunuh Dinda dengan pengalihan kasus bunuh diri. Gue jahat banget, gue nggak pantes berteman sama lo!"
Resti tersenyum getir "Hidup lo enak, lo Ketua OSIS, udah pasti banyak yang peduli sama lo" Bisma menepikan mobilnya di tepi jalan, membuat Resti menatap Bisma bingung.
"Dendam itu gak baik. Urungin niat lo, cukup mereka berdua yang lo bunuh. jangan nambah korban lagi" saran Bisma dengan mata menatap tulus.
"Gue ngerti dan gue pernah ada di posisi yang sama. Gue juga pernah bunuh orang, dan lo tahu itu siapa? Abang gue sendiri! Gue dendam sama dia karena dia lebih di sayang sama bokap nyokap. Gue iri sampai akhirnya nekat ngeracunin dia," jelas Bisma mulai bercerita.
"Gue racunin abang gue sendiri! Sampai saat ini kasus kematian abang gue masih diselidiki dan selama itu pula rahasia gue belum kebongkar" Dia berhenti sejenak sebelum berkata, "Dan apa yang gue dapat dari semua itu? Hanya penyesalan! Gue nyesel udah lakuin hal keji itu, dan karena itulah gue berniat memperbaiki diri dengan cara gak mengecewakan orang tua gue."
Bisma merentangkan tangannya seolah menunjukkan dirinya yang sekarang"Ini..." tunjuk Bisma pada dirinya sendiri. "Penipu! Ketua OSIS yang dipandang baik dan teladan, itu semua cuman topeng! Gue ... menutupi aib gue dengan menjadi orang baik, lo harusnya gitu Re"
"Luarnya Ketua OSIS, dalamnya ... nggak lebih dari sampah! Gue benci diri gue sendiri" lirihnya.
Resti tercekat oleh salivanya sendiri, tidak menyangka ternyata lelaki di depannya ini sama sepertinya.
Pendendam! Ternyata dia bukan satu-satunya. Anehnya, keduanya justru bertukar aib, seolah-olah mereka bukanlah sepasang insan yang baru bertemu beberapa hari yang lalu.
***
Bisma memarkirkan mobilnya di carport, ia keluar dari mobil bersamaan dengan Resti.
Resti melihat sekelilingnya dengan heran. "Lo tahu apartement gue?" tanyanya kepada Bisma, setelah ia melihat ada mobil miliknya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka.
"Ngga" balas Bisma, lalu masuk ke dalam lift diikuti oleh Resti.
Lift ini menuju lantai 20, dimana tempat apartemennya berada"Lo juga tahu kamar apartemen gue di lantai 20?" tanyanya lagi.
Ting!
Pintu lift terbuka membuat obrolan mereka terhenti, dan Bisma tak sempat menjawab pertanyaan Resti.

KAMU SEDANG MEMBACA
RESTI
Teen Fiction[REVISI] #1 Pengkhianat 11/10/2020 #1 Sosiopat 24/11/2020 #1 Dendam 04/10/2020 #1 Kesal 04/10/2020 #1 Emosi 04/10/2020 #1 Pengecut 24/11/2020 #2 Watty2020 22/12/2020 #25 Kejam 28/10/2020 #49 Psikopat 23/11/2020 #14 Persahabatan 26/11/2020 #49 Baper...