Part 3 : Our Journey

109 13 4
                                    

Anthony dan Kento tiba di stasiun Toyama.   Kento memilih Toyama karena provinsi ini satu satunya lokasi di Jepang yang belum kena COVID 19 dan aman dari media.  Letaknya terisolir karena dikelilingi gunung gunung dan 2 jam dari Tokyo dengan Shinkansen (kereta express).

Mata Anthony kelihatan sangat ceria dan senang melihat suasana di stasiun itu.   Kenapa di Jepang hampir semua stasiun yang pernah dia kunjungi selalu kelihatan bersih dan teratur.... Anthony tidak habis pikir, di benaknya sempat terbayang Stasiun Gambir di Jakata.

Kento merangkul lengan Anthony sambil membantunya membawa koper.   Anthony agak kaget lalu kelihatan kikuk, karena dia kuatir kalau mereka akan menjadi sorotan orang.   

"Toyama people mind their own business, so here we don't have to worry so much" Kento explained.

Anthony hanya bisa menurut sambil mengangguk, tapi dalam hatinya ... I will do anything for you Kento, but in public... we really have to be careful....

Hari itu cuacanya cerah dan matahari bersinar terik.   Namun tidak panas karena masih awal musim semi.    Kento ternyata sudah memesan mobil rental dan mobil tersebut sudah siap di depan stasiun.   Seorang pegawai muda (mungkin dari perusahaan rental mobil) mengantarkan mobil Honda Fit.   Tanpa membuka masker mukanya, Kento menerima kunci mobil dan inspeksi mobil sambil mengangkat koper mereka ke dalam bagasi.

"So... today you just relax and enjoy, I will drive" Kento membuka pintu untuk Anthony lalu menutup pintu.  Anthony tersenyum namun sebenarnya agak malu malu karena dia merasa Kento memperlakukannya sepertinya mereka sedang dating saja.   Hm... mungkin karena baru pertama kali Kento membuka pintu mobil buat Anthony....  

Mereka menuju ke Toyama Bay.  Mobil melaju di jalan yang tidak macet karena tidak banyak kendaraan.  Pemandangan teluk sangat mengesankan apalagi sambil mendengarkan musik dan penjelasan dari Kento bahwa teluk itu sangat istimewa bagi penduduk Toyama.   Toyama Bay menjadi sumber penghasilan bagi para nelayan, dimana cara mereka memancing ikan tidak sama dengan nelayan di daerah lain.   Mereka tidak perlu berlayar, tapi cukup dengan menaruh jaring ikan di tengah teluk.    Pada waktu subuh mereka tinggal mengangkat jaring tersebut, dan sudah banyak ikan dan hasil lautan tertangkap.

Wow, so easy ...   Anthony sampai kagum mendengar cara mereka memancing.

Mereka makan sushi di kedai dekat pasar ikan yang kelihatan apik dan bersih.  Kedai tersebut ada di dalam gedung ber AC.   Karena hari biasa, bukan Sabtu/Minggu, tidak banyak pengunjung dan mereka terlihat santai makan sushi.  Anthony sangat terkejut bahwa tidak ada satupun dari pegawai dan penjaga kedai yang mengenali mereka.   Mungkin karena mereka sudah berusia 60 tahun ke atas sehingga jarang dari mereka yang mengenali badminton players.

Kento memesan Toyama special fresh oyster yang besarnya sangat mengejutkan.  Anthony sudah pernah lihat oyster dipajang di buffet Hotel, tapi ini jauh lebih besar dan samasekali tidak bau oyster.    You have to try this one, Toyama's one and only, "hotaru ika"  a squid, Kento berusaha meyakinkan Anthony untuk mencoba squid yang bentuknya kecil, aneh berwarna agak merah tua.   Hm....  gak enak menolaknya, tapi ini semua nya mentah... oh My God... batin Anthony.

Kento dengan lincah menggerakkan sumpit nya lalu mengambil hotaru ika,  mencelupkannya ke dalam saus kecap yang ada di mangkok kecil di depannya, lalu menyuapkannya ke Anthony.

"Try"  Kento membujuknya.   Anthony gak tega bilang gak mau, dengan matanya yang bundar dan wajah tak berdosa, dia menatap Kento lalu membuka mulutnya.    Aaa.... hm.... emmmh....  hmm  gak bau, agak aneh texture nya tapi lumayan bisa dimakan.   Padalah bentuknya kelihatan tidak menarik ...  tapi kalau dimakan dengan sausnya enak ....

(sebetulnya bukan begitu, apapun pemberian dari Kento ❤️ selalu terasa enak....)


#see you in Part 4

Kisah Kita ❤️From A Shuttler's DiaryWhere stories live. Discover now