5. The Reason

4.6K 426 12
                                    


Yugyeom buru-buru masuk ke toilet untuk mengeluarkan isi perutnya. Dia mendadak mual saat mencium bau kimchi dari sisa sarapan Jaebum.

Jaebum yang baru saja mandi segera keluar dan melihat Yugyeom membungkuk di depan closet.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jaebum sambil mengusap punggung Yugyeom.

Yugyeom mengangguk. Pemuda itu menekan tombol flush. Jaebum sedikit menyingkir, membiarkan Yugyeom untuk bangkit dan mencuci muka. Yugyeom keluar dari toilet dan duduk di meja makan. Jaebum mengulurkan segelas air putih padanya.

"Kau terlihat pucat,"

"Aku baik-baik saja," ucap Yugyeom sambil meletakkan gelas yang sudah kosong di meja.

"Kau istirahat saja di sofa, biar aku yang melanjutkan cuci piring,"

"Tidak apa-apa, aku hanya perlu membilasnya,"

"Aku tidak suka dibantah, Gyeom!" suara Jaebum sedikit meninggi.

"Arraseo," akhirnya Yugyeom pasrah dan memilih untuk berbaring di sofa sebentar. Dia merasa sedikit pusing.

Jaebum melanjutkan pekerjaan Yugyeom yang tertunda. Setelah selesai dia menghampiri Yugyeom sambil membawa selimut.

"Tidak usah pulang, menginap saja disini," ucap Jaebum sambil merentangkan selimut pada Yugyeom.

Yugyeom membuka mata dan terbangun. Dia melihat ke sekeliling dan tampak sudah rapi.

"Tidak, aku akan pulang," ucapnya lirih sambil menyibakan selimut.

"Kau terlihat sakit, bagaimana jika terjadi sesuatu di jalan?"

"Aku akan naik taksi," jawabnya sambil melipat selimut. "Mark hyung dan Jackson hyung akan curiga jika aku tidak pulang," Yugyeom menjelaskan.

Jaebum menghela nafas, pemuda itu lalu meraih tas Yugyeom.

"Aku antar," ucapnya sambil berjalan ke arah pintu keluar.

Yugyeom segera mengejar Jaebum dan meraih tasnya sebelum yang lebih tua mencapai pintu.

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri,"

"Kenapa kau selalu membantahku Gyeom?!" Jaebum meninggikan suaranya karena merasa kesal.

"Karena aku tidak ingin berharap pada kebaikan sejenakmu dan kecewa lebih dalam lagi hyung," jawab Yugyeom sebelum keluar dari apartemen Jaebum.

Jaebum berdiri mematung di tempatnya. Dia menghembuskan nafas berat sebelum berbalik dan duduk di sofa. Pemuda itu kadang merindukan saat-saat dimana dia bisa berbicara santai dan bercanda dengan Yugyeom. Terkadang, Jaebum juga merindukan senyum manis Yugyeom untuknya.

"Mianhae..." gumamnya

Begitu mendengar seseorang membuka pintu, Mark menoleh dan melihat Yugyeom masuk.

"Kau sudah pulang?" sambut Mark.

Yugyeom mengangguk, "Kalian tidak keluar?" Yugyeom bertanya balik.

Biasanya kedua sejoli ini akan pergi kencan di luar saat akhir pekan.

"Aku lelah, aku meminta Mark hyung untuk tetap di rumah," jawab Jackson yang tampak menyandarkan kepalanya di bahu Mark.

Yugyeom mengangguk dan berjalan ke arah meja makan. Pemuda itu duduk disana dan minum air putih.

"Kau sudah makan malam?" tanya Mark.

"Belum," jawab Yugyeom. Dia lupa dan sekarang dia merasa lapar.

"Mark hyung tadi masak sundubu jjigae dan memisahkan untukmu di dapur, kau tinggal memanaskannya lagi," Jackson memberitahu.

Yugyeom bangkit dan melihat masakan Mark yang masih ada di atas kompor.

"Trima kasih, akan ku panaskan nanti. Sekarang aku ingin mandi dulu," ucap Yugyeom sambil membawa tas dan masuk ke dalam kamarnya.

"Ngomong-ngomong, sebenarnya siapa yang selalu kau temui setiap akhir pekan?" tanya Jackson yang kini duduk di depan Yugyeom sambil memegang gelas berisi teh hangat.

Yugyeom yang sedang makan terdiam sejenak. Dia butuh jawaban bagus yang membuat Jackson tidak terlalu curiga.

"Aku melakukan pekerjaan amal," bohongnya.

"Kau semacam pergi ke tempat seperti panti asuhan, begitu maksudmu?"

"Ee... tidak bisa dibilang seperti itu juga. Tapi yang ku lakukan sama saja," Yugyeom tersenyum.

"Sejak kapan kau berubah seperti itu?" sindir Mark. Mereka tinggal lebih lama daripada Jackson, tentu Mark lebih paham padanya.

Yugyeom tersenyum, "Ada seseorang yang kadang ingin aku temui disana," jawabnya jujur.

"Kau berkencan? Wah, daebak! Yugyeom ternyata sudah dewasa," ledek Jackson tertawa riang.

Yugyeom menunduk dan tersenyum kecil. Tentu saja dia sudah dewasa sejak beberapa tahun lalu.

"Apa dia sangat menarik sampai kau rela melakukan pekerjaan seperti ini demi bertemu dengannya?" Mark bertanya.

"Hm, dia sangat menarik. Banyak orang suka padanya,"

"Semangat kawan, sepertinya perjalananmu akan berat," Jackson mendramatisir.

"Aku tau," Yugyeom tersenyum lalu kembali menyuapkan makanannya.

"Sudah berapa jauh?" Mark kembali bertanya sambil mengganti channel teve dari sofa.

"Sejauh yang bisa kalian bayangkan," Yugyeom memberi jawaban menggoda.

"Kim Yugyeom! Bicaramu..." Mark langsung menoleh dan menegurnya.

Yugyeom terkikik.

"Kau sudah dewasa sekarang. Hati-hati saat berkencan dengan seseorang. Jangan melangkah terlalu jauh jika belum pasti," nasihat Jackson.

"Ne, hyung-nim" jawab Yugyeom setengah bercanda sambil bangkit dan membawa piring kotor ke kitchen sink untuk dicuci.

"Anak ini, jika diberitahu jangan hanya iya-iya saja," Mark mematikan teve dan beranjak dari sofa.

"Arraseo, arraseo,"

"Jika sudah selesai jangan lupa matikan lampu," Mark mengingatkan sebelum masuk ke dalam kamar.

"Gyeom, aku tidur dulu. Titip satu ya," ucap Jackson sambil meletakkan gelasnya bersama piring kotor Yugyeom.

Yugyeom mengangguk dan Jackson beranjak pergi meninggalkannya. Tapi tidak lama Jackson kembali dan berbisik dari belakang.

"Jika kalian tidak bisa menahannya, jangan lupa pakai pengaman," pemuda yang lebih pendek terkikik dengan ucapannya sendiri sebelum pergi meninggalkan Yugyeom.

Yugyeom berbalik melihat Jackson menutup pintu kamar dan menghela nafas.

'Sudah terlambat hyung...'

Baby?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang