9. IF

4K 350 4
                                    

   
Setelah makan malam, mereka langsung pulang ke rumah Jaebum. Yugyeom merasa heran melihat rumah suaminya sangat rapi. Tidak seperti saat ia datang untuk bersih-bersih. Dan karena tidak ada orang tua Jaebum, yang lebih tua membiarkan Yugyeom tidur di kamar tamu.

Jaebum memberinya baju ganti. Yugyeom menerimanya dan bergegas mandi. Ia melihat Jaebum masuk ke ruangan studio pribadinya.

Selesai mandi, Yugyeom melihat ke arah pintu studio yang masih tertutup. Ragu-ragu pemuda itu mendekat dan mengetok pintu. Dia membukanya pelan dan melihat Jaebum duduk di depan komputer.

"Hyung, mau ku buatkan kopi?"

"Boleh, jangan terlalu manis," jawab Jaebum sambil menoleh.

Yugyeom menutup pintu dan segera membuatkan kopi. Tidak lama ia kembali dan meletakkan kopi di dekat Jaebum. Jaebum meminumnya sedikit lalu meletakkannya lagi.

"Tidur sana, kau harus banyak istirahat supaya cepat pulih," Jaebum berkata tanpa menoleh.

"Aku belum mengantuk," jawab Yugyeom sambil memperhatikan apa yang sedang Jaebum kerjakan dengan komputernya.

"Kalau begitu istirahat saja,"

Yugyeom mengangguk dan keluar dari sana. Pemuda itu masuk ke kamarnya dan memutuskan untuk berbaring.

Dia melihat ke sekeliling kamar yang di dominasi warna krem. Yugyeom teringat perkataan Jaebum sore tadi. Dia bilang ada yang memeriksanya.

Yugyeom merasa heran. Apakah orang itu benar-benar hanya mengatakan jika Yugyeom kelelahan? Apa orang itu tidak mengatakan hal lain?

Yugyeom mengusap perutnya pelan. Dia tidak tau kapan akan memberitahu Jaebum. Dia juga tidak tau bagaimana cara mengatakannya. Yugyeom pun tidak yakin Jaebum akan percaya padanya.

Bagaimana jika Jaebum tidak percaya? Bagaimana jika Jaebum menolak anak itu? Bagaimana jika Jaebum ingin dia menggugurkannya?

Yugyeom pusing sendiri memikirkannya. Belum apa-apa dia sudah memikirkan banyak hal buruk yang mungkin akan terjadi.

Jujur saja Yugyeom merasa sedikit heran. Entah perasaannya saja atau memang benar. Tapi akhir-akhir ini sepertinya Jaebum berhenti jaga jarak darinya. Terutama setelah Jaebum sakit waktu itu.

"Jika Jaebum hyung menolakmu, kita akan hidup berdua," gumam Yugyeom meyakinkan dirinya sendiri.

Yugyeom kembali ke rutinitasnya. Bekerja penuh semangat seperti sebelumnya. Tapi kini ia lebih memperhatikan lagi kesehatannya. Dia harus selalu ingat bahwa kini ia punya tanggung jawab lain.

Setelah kembali ke rumahnya hari itu, Yugyeom sadar hubungan Mark dan Jackson semakin serius. Beberapa kali Mark dan Jackson membahas masalah pernikahan dan rumah. Sepertinya makan malam dengan orang tua Jackson waktu itu bukan makan malam biasa.

Yugyeom tidak bertanya lebih jauh mengenai apa yang mereka bicarakan. Yugyeom tahu, mereka masih merahasiakannya karena belum saatnya untuk ia tahu sekarang.

Namun hari ini saat makan malam, Mark mengatakan bahwa ia akan pulang selama seminggu.

"Kau baik-baik saja sendirian?"

"Tentu saja, aku sudah besar hyung," Yugyeom tersenyum malu.

"Tapi kau kan takut sendirian Gyeom," Jackson mengingatkan.

Yugyeom melirik Jackson sebal, "Itu kalau menginap di luar hyung. Sekarang aku ada di rumahku, apa yang perlu aku takutkan?"

"Siapa tau nanti saat malam-malam kau keluar kamar tiba-tiba...."

"Mwo? Mwo?" cepat-cepat Yugyeom memotong kalimat Jackson.

"Berhenti Jack, kau juga penakut,"

"Mark, harusnya kau membelaku! Kenapa malah mengatakan itu?" Jackson berbicara penuh drama.

Yugyeom terkikik geli melihat Jackson di skak mat pacarnya sendiri.

"Aku tidak membela siapa-siapa. Nyatanya kalian sama saja,"

Jackson langsung memasang wajah pura-pura cemberut.

Yugyeom semakin terkikik geli.

"Sudah, sudah. Intinya apa kau benar-benar yakin sendirian di rumah? Jika tidak aku akan minta tolong yang lain,"

"Tidak apa-apa hyung, aku tidak apa-apa sendirian," Yugyeom meyakinkan.

"Atau ku telfon kan Bambam, dia pasti tidak akan keberatan menemanimu disini. Dulu dia kan roommate mu saat trainee," saran Jackson.

Yugyeom menggeleng, "Jangan, dia sedang bersiap comeback bersama Youngjae hyung,"

"Jinyoung?" Mark mencoba sekali lagi.

"Jinyoung hyung, sedang syuting drama di luar kota hyung..." Yugyeom sedikit merengek.

"Bukankah hyung mu tinggal di Seoul juga?" Jackson baru ingat Yugyeom punya hyung.

"Apa kalian benar-benar tidak percaya padaku? Aku bukan anak kecil,"

"Kami hanya khawatir Gyeom," ucap Mark.

"Aku mengerti, kalian bisa pergi. Tidak perlu khawatir padaku. Aku bisa sendiri. Kalau kalian merasa tidak nyaman, aku akan mengabari kalian setiap hari. Setuju?"

"Oke," putus Jackson pada akhirnya.

Mereka menyelesaikan makan malam dengan tenang kemudian. Yugyeom mendapat jatah cuci piring. Mark dan Jackson duduk santai di depan teve sambil menonton drama.

"Akting Jinyoung benar-benar bagus," komentar Mark.

"Aku sudah yakin sejak dulu dia akan jadi aktor hebat," sahut Jackson.

Setelah selesai, Yugyeom berniat langsung kembali ke kamar. Dia sedang tidak mood untuk ikut menonton.

"Gyeom," panggil Jackson sebelum yang lebih tinggi masuk kamar.

Yugyeom menoleh.

"Kenapa kau tidak berkencan saja supaya kami tidak khawatir kau sendirian?" Jackson bertanya setengah bercanda.

"Sudah hyung, sudah!" Yugyeom menjawab dengan kesal.

Pemuda itu langsung masuk kamar tanpa menunggu reaksi Jackson. Dia bahkan tidak peduli jika Mark dan Jackson berpikiran lain.

Yugyeom menghela nafas dan menyandarkan dirinya di balik pintu.

"Aku bahkan sudah menikah...." gumamnya.

Baby?! Where stories live. Discover now