Chp. 5 - Third Meet Means Faith, Girl

4 0 0
                                    


Ryo mengunci pandangan Rafa padanya. Sementara Rafa membeku ditempat. Tak menyangka akan bertemu Ryo disini. Rafa mengutuk dirinya sendiri karena masih saja terpesona oleh Ryo. Ryo sudah dewasa. Tumbuh menjadi pria dengan kharisma kuat serta perawakan yang lebih matang. Tidak ada lagi pesona pemuda populer yang menyenangkan khas anak SMA. Semua luntur tergantikan degan kegagahan pria yang sudah matang di umurnya.

"Kamu ngapain disini, Raf?" pertanyaan Ryo memecah kebekuan Rafa. Gadis itu mengerjap dan berdiri tak nyaman. "Saya kerja," jawabnya pelan.

"Jaket kamu tadi nggak sengaja aku injek. Aku masukin ke laundry dulu. Nanti pulang ambil ke aku," Ryo memasukkan jaket itu kedalam paperbag nya.

"Nggak perlu," sayangnya suara Rafa tidak dihiraukan oleh Ryo yang keburu memanggil pegawai hotel dan meminta isi paperbag itu di laundry. Rafa menatap nanar paperbag yang membawa jaketnya menjauh. Dia sudah berusaha melupakan pertemuannya dengan Ryo namun malah bertemu disini.

"Eh Raf.." Diyan menepuk pundaknya pelan. Ryo melihat ke arah mereka berdua dan berjalan melewati kedua gadis itu. "Iya?" Rafa sudah kembali ke pikirannya."Itu siapa Raf? Cakep juga," Diyan melirih kearah Ryo yang sudah berjalan semakin jauh. "Eh bukan siapa-siapa. Ini kuenya. Yuk, bentar lagi acaranya mulai," Rafa dengan cepat mengalihkan pembicaraan. Semua yang berkaitan dengan Ryo, bahkan namanya saja sangat Rafa hindari karena berefek pada kesehatan perasaannya.

Selama pesta berlangsung, Rafa dan Diyan hanya berjaga dari jauh. Memastikan bahwa kue yang mereka bawa terus tersedia dan tidak habis sebelum waktunya. Jika persediaan kue terlihat berkurang, maka Diyan atau Rafa akan mengelurarkan stock yang tersedia, menatanya kembali sebelum kembali berdiri ditempat yang agak jauh.

Dan kearah yang jauh itulah Ryo selalu menatap. Dia sesekali melirik untuk memastikan Rafa masih ada. Ingin rasanya menghampiri gadis itu dan mengobrol dengannya. Mendengar tawanya atau kata-kata halusnya. Tapi untuk saat ini melihat saja sudah cukup.

"Baiklah kita panggilkan bintang utama acara hari ini. Pak Anantha Ryo Hernawan!!" suara menggelagar MC yang memanggil namanya menyadarkan Ryo. Dia menatap ke arah panggung dan menggeleng. Namun semua orang sudah menatap padanya dan Ryo menghela nafas. Meneguk minumannya dalam single shot dan melangkah maju. Suara tepuk tangan menggema dan keriuhan tercipta dari suara karyawan wanita.

"Jadi ini GM baru kita loh, guys" MC pria berkata, alias si Heboh Andrean. Andrean didapuk menjadi MC karena dia mendapat undangan dari papa Ryo untuk ikut bergabung. Dan berhubung dia jomblo dan mau menebar pesona, jadilah dia menawarkan diri menjadi MC dadakan. Sementara MC wanita adalah karyawan terheboh di perusahaan, Maya.

"Nah Pak GM baru, berhubung udah seminggu kerja dan saya nerima banyak banget pertanyaan mematikan nih, 'Pak Anantha Ryo ini masih jomblo atau sudah taken?'. Hayo monggo dijawab pak," pertanyaan Maya membuat Rafa yang sedari tadi menunduk menatap lantai langsung mendongak. Well, dia juga sama penasarannya.

Lalu, mata Ryo langsung mengarah ke mata Rafa. Menguncinya disana selama beberapa detik lalu menatap Andrean. "Hmm. Tidak," jawab Ryo singkat. " Tidak apa nih pak? Tidak jombo apa tidak taken?" cercah Maya. Dia juga sama keponya seperti hampir setengah populasi kantor. Ryo menghela nafas pelan, "Saya masih single. Terakhir berpacaran sebelum saya berangkat ke Amerika." Ryo menjawab sambil menatap ke arah Rafa. Mata Rafa membulat tak percaya.

"Nah buat yang-" Andrean baru saja membuka mulut.

"Tapi saya sedang tidak berpikir untuk menjalin hubungan dulu karena ada tender yang harus dikerjakan. So, okay then," Ryo tersenyum sebelum turun dari panggung. Suara keluhan terdengar dari karyawan wanita. Tidak ada harapan jika Ryo sudah mendeklarasikan hal tersebut.

***********************************************************************************************

Hey, I'm back.

Ditengah pandemic ini, saya baru dapat waktu untuk mempublish lanjutnya ceritanya. Namun seperti yang sudah pernah saya sampaikan di awal, saya tidak bisa menjanjikan apapun untuk cerita ini. Karena saya sudah bekerja dan cukup sulit mendapatkan inspirasi di tengah jadwal yang padat. Saya sangat mohon pengertiannya. 

Reader bebas beropini apapun tentang saya karena itu hak kalian. Saya hanya menyampaikan seperti apa posisi saya. Sejak WFH saya punya sedikit waktu luang karena tidak perlu pergi atau pulang ke kantor dan menghabiskan waktu dijalan. 

Terimakasih sudah membaca cerita ini. 

Sampai bertemu dichapter berikutnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 28, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Not TwiceWhere stories live. Discover now