16-TAKDIR

345 26 0
                                    

Saat tengah makan siang. Ada yang terlihat sedikit berbeda di meja makan? Rupanya Jalu juga ikut makan siang bersama. Seorang pekerja satu meja makan dengan majikannya.

"Kamu tidak suka wortel? Kenapa?" Tanya Feliks kepada Jalu. Setelah menghabisi makanannya Jalu menyisahkan beberapa potong wortel dipiringnya.

"Saya fobia wortel, Tuan." Jawab Jalu.

"Fobia? Aneh sekali." Timpal Sintia.

Rupanya perbincangan Feliks dan Jalu menarik perhatian Aliza yang tengah mengunyah makanannya. Ia hanya melirik piring Jalu sejenak yang tak lain sama dengan piringnya. Aliza juga menyisahkan beberapa potong wortel dipiringnya.

"Berarti anak kita juga aneh?!" Sangar Feliks.

Sintia tidak menggubris. Ia hanya melanjutkan makan dengan wajah tak berdosanya.

"Aliza juga tidak suka wortel." Bisik Feliks.

Jalu tersenyum mendengarnya. Ia pun mengambil curi pandang ke piring Aliza.

Baru kali ini mereka tahu kalau mereka sama-sama tidak suka wortel.

Setelah makan, Feliks dan Arina harus menghadapi Alice yang rewel. Mereka sampai kelelahan karena Alice terus menangis.

"Cup cup sayang." Kata Arina menenangkan Alice.

Arina terus-menerus berusaha agar Alice mau diam dan tenang seperti biasanya. Sebagai seorang ibu ia berusaha memberi kenyamanan untuk anaknya. Sampai akhirnya, Aliza muncul di tengah-tengah kerewelan Alice.

"Alice, kenapa, Kak?" Tanya Aliza.

"Gak tau nih. Mungkin lagi rewel. Udah daritadi nangisnya."

"Alice, nggak sakit kan?" Tanya Aliza memastikan.

"Nggak, kok."

"Biar Aku yang gendong. Kakak udah kelelahan." Tawar Aliza baik-baik.

"Nggak papa. Kasian kaki kamu sakit."

"Nggak kok. Sini, biar Aku yang gendong."

"Jangan-jangan Alice kangen kamu gendong." Tebak Feliks.

Arina memberikan Alice untuk Aliza gendong. Meskipun lututnya masih terasa sakit, akan tetapi melihat Alice membuatnya akan terasa baik-baik saja.

Aliza terus menimang Alice. Ia ingin membuat Alice merasa nyaman.

"Tuh kan, apa Papi bilang, Alice kangen kamu gendong." Kata Feliks bangga setelah Alice diam beberapa saat dalam timangan Aliza.

Sedangkan Arina merasa lega dan tersenyum senang.

"Emang Alice bisa bedain mana Aku mana Kak Arina?"

"Bisa dong. Alice kan pintar."

Aliza tersenyum lebar. Ia mencium kening Alice. "Jangan nakal Alice kecil. Kasihan Bunda Arina."

"Papi tidak?"

"Kan bukan Papi yang ngurusin Alice." Jawab Aliza menggoda Papinya.

***

Sore hari ini Aliza sedang duduk-duduk bersantai di kursi malas dekat kolam renang. Ia duduk menyantai sambil membaca buku.

Celana pendek sepaha yang Aliza kenakan membuat bagian kakinya yang panjang terekspos dari sudut mana pun.

Saat ia sedang membaca buku tiba-tiba saja Sintia datang dengan omelannya yang panjang lebar dari Sabang sampai Merauke dari ujung pukul ujung. Tak ada habisnya.

TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang