Hari ini adalah hari yang jauh lebih berbeda dari sebelumnya. Hari ini suasana penuh dengan kegembiraan juga keharuan.
Hari ini Aliza tampil cantik dalam balutan kain yang sangat memukau. Ia memakai riasan wajah yang sangat tipis yang membuatnya terlihat elegan.
Setiap langkah Aliza membuat detak jantungnya semakin memuncak. Kebaya putih yang ia kenakan sangat pas di tubuhnya.
Dengan ditemani Arina, ia duduk di samping laki-laki yang mengenakan baju adat juga warna yang senada.
Selama pengantin pria mengucapkan ijab kabul di hadapan para saksi terutama Feliks yang menjadi wali nikah kali ini, semuanya terlihat tenang dan tegang. Seorang wanita yang duduk di paling depan terlihat sangat terharu dan siap untuk meneteskan air matanya.
Alice kecil kali ini bisa di ajak kompromi. Ia terlihat tenang dan sangat menggemaskan. Kali ini ia juga menjadi saksi nikah Aliza dan seorang pria yang saat ini tengah mengucapkan ijab kabul.
Saat ucapan 'sah' terdengar, saat itu juga air mata Sintia pecah. Tangis harunya pecah di tengah-tengah keharuan yang mendalam.
Tak lupa juga janji suci kala itu di ucapkan oleh mempelai pria. Setelahnya, ia mencium tangan laki-laki yang saat ini telah berstatus menjadi suaminya.
Jelas sekali terlihat ada kesedihan di wajah Aliza. Ia tak kuasa menahan tangisnya dan meneteskan air matanya di hadapan Feliks yang menjadi wali nikahnya.
Malamnya, Aliza duduk di bibir ranjang kamarnya. Ia mengenakan gaun tidur berwarna hitam berbahan sutra. Rambut yang masih terkuncir ia lepas dan terurai.
Aliza memandangi jas hitam yang sedang tergantung di belakang pintu kamar. Ia memandangnya lama dan penuh arti. Sampai-sampai ia tidak menyadarinya ponsel miliknya yang sedang berdering.
Ada nama Tasya di layar ponsel Aliza. Tapi, tetap saja Aliza tidak menyadarinya.
Seorang pria yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menerima panggilan itu.
"Halo," ucapnya.
Aliza terkejut. Ia menoleh dan mendapati ponselnya sedang berada di genggaman pria yang saat ini berstatus sebagai suaminya.
"Telpon dari siapa?" tanya Aliza yang tak dijawab. Pria itu langsung keluar dari kamar Aliza.
Aliza tak mau ambil pusing. Ia mengambil piselnya dari atas nakas. Ia melihat ternyata itu panggilan dari Tasya.
Aliza menghubungi Tasya kembali. Tapi, tidak dijawab sama sekali meski ia sudah berulang kali menghubungi Tasya.
Aliza membuang ponselnya ke atas ranjang begitu saja. Ia ke luar kamar dan terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Ia berhenti di depan pintu kamar Jalu.
"Jalu, buka pintunya," kata Aliza.
"Eh, Non Aliza, kenapa masih di luar saja. Ini sudah larut malam," kata bi Miem.
"Bibi habis dari mana? Kenapa belum tidur?"
"Bibi habis dari kamar Nyonya," jawab bi Miem.
"Kalau Non Aliza lagi cari Jalu, tadi bibi liat dia ke arah kolam renang," tambah bi Miem memberitahu.
Aliza tersenyum kecil mendengar informasi dari bi Miem. Ia tidak harus berdiri di sana untuk menunggu Jalu yang sudah jelas tidak ada di kamarnya.
Aliza langsung beranjak. Ia pergi ke temat yang bi Miem katakan.
Tepat sekali. Ia mendapati Jalu di sana. Jalu sedang duduk di pinggir kolam renang sambil mencemplungkan kedua kakinya di malam yang sudah sangat larut.
"Jalu?" panggil Aliza.
Jalu tidak menggubris. Ia memilih untuk tetap pada objek pertamanya. Melihat air kolam yang jernih yang memantulkan cahaya juga bulan di sana.
Aliza tetap berjalan dan berhenti tepat di belakang Jalu.
"Tasya bilang, apa?" tanya Aliza pada intinya.
"Baru kali ini saya mengambil pilihan yang salah," kata Jalu.
"Maksud kamu?"
"Seharusnya, saya lebih tahu diri. Saya tidak pantas untuk semua ini."
"Kamu menyesal?"
"Untuk apa? Tidak ada gunanya juga," kata Jalu.
Aliza menghela napas panjang. Ia menatap ke arah lain. "Terus, kenapa kamu jadi seperti ini?" tanya Aliza putus asa.
"Lebih baik Nona kembali ke kamar. Ini sudah tengah malam. Cuaca sangat dingin," ujar Jalu tidak menyadari dirinya yang terlalu berlebihan di cuaca malam yang seperti inu.
Aliza melangkah. Ia naik ke atas pinggur kolam renang. Ia berdiri di samping Jalu. "Ini memang lucu, Jalu. Kamu memang tidak tahu diri," kata Aliza dengan tersenyum picik.
Jalu tersenyum kecil. Padahal tak ada yang membuat mereka terlihat lucu.
"Jangan ingkari janjimu, Jalu," kata Aliza.
Aliza berbalik dan hendak melangkah maju tuk beranjak dari sana. Tiba-tiba saja Jalu memegang tangan Aliza. Ia membuat langkah Aliza terhenti.
"Laki-laki sejati tidak pernah mengingkari janjinya," kata Jalu.
Aliza hanya mengangguk paham. Ia ingin beranjak secepat mungkin dari sana. Tapi, Jalu masih saja menggenggam erat tangan Aliza. Hingga akhirnya, Aliza bersikap cukup besar tuk melepaskan tangannya dari genggaman Jalu. Ia berusaha sekuat tenaga. Dan, sesuatu yang tak terduga pun terjadi. Aliza tercebur masuk ke dalam kolam renang.
Apa yang bisa Jalu perbuat? Ia secepat mungkin menyelamatkan Aliza. Ia berenang dan menjangkau tubuh Aliza dari dalam air.
Untung saja Aliza masih bisa diselamatkan dengan cepat. Kalau tidak ia bisa saja tenggelam dan mati kedinginan.
"Tepati janji kamu, Jalu," kata Aliza ketika ia berhasil diselamtkan oleh Jalu dan masih terjebak di dalam air kolam yang sangat dingin.
Jalu membawah Aliza ala bridal style ke kamar. Ia menurunkan Aliza di atas ranjang. Karena pakaian mereka yang sangat basah membuat ranjang itu menjadi basah.
"Saya akan kembali," kata Jalu sebelum beranjak dari kamar Aliza.
Aliza hanya bisa mengangguk dengan tatapan datarnya. Setelah Jalu keluar dari kamarnya, ia langsung bangun dan bercermin. Ia melihat bayangan wajahnya yang pucat karena tercebur ke dalam kolam renang yang sangat dingin. Ia mengusap pipi bagian kanannya dengan sangat lembut. Kemudian, ia menyentuh bibirnya yang pucat. Ia terus bercermin memperhatikan seluruh bagian tubuhnya dari dalam cermin. Sampai-sampai ia harus mengacak-acak rambutnya dengan kesal.
Hingga pada akhirnya ia putuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi. Ia menanggalkan semua pakaiannya dan membasahkan diri lagi di bawah pancuran air yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)
RomanceAliza Bahira, wanita kaya raya dengan segudang prestasi. Akan tetapi, pemikirannya untuk memiliki seorang anak terbilang sangat menggelikan dan sangat aneh. Bagaimana tidak? ia menginginkan seorang anak tanpa mau menikah apalagi memiliki seorang s...