40. Pemilik Gelang

942 126 7
                                    

"Renooo ... bangunlah, Nak!" Suara itu terdengar lirih di telinga Reno. Ia tahu itu, tetapi tidak ada niat untuk bangun, karena dirinya tahu, siapa yang sedang memanggilnya.

"Reeen ... tolong Mbah, Nak. Mbakmu juga dalam bahaya."

Seketika Reno membuka mata. Bukan karena risi, tetapi karena kakaknya disebut oleh arwah Mbah Sarni. Mata Reno membelalak. Sosoknya begitu nyata di depannya. Perut berdarah dengan wajah lesu memohon bantuan. Reno kini menutup matanya rapat-rapat.

"Jangan takut ... mbah akan perbaiki semuanya. Bukalah matamu, Nak."

"Endak, kamu jin! Pergi, sana! Jangan ganggu aku," usir Reno. Perlahan dibuka matanya dan Mbah Sarni yang tadi terlihat menyeramkan dan padat berubah menjadi setengah asap, transparan dan bentuknya normal, seperti saat sebelum dibunuh oleh Sarah, yang bahkan kasusnya diabaikan begitu saja oleh pihak kepolisian.

"Sarah ... dia berniat mencelakai mbakmu. Dia akan jadikan Rani dan Ersa sebagai tumbal pesugihannya. Dia harus membunuh mereka dengan tangannya sendiri."

Terbersit dalam benak Reno bahwa yang hendak membunuh Rani kemarin adalah Sarah, bukan teman sekolah kakaknya itu. "T-terus, Mbak Sarah itu ada masalah apa sama Mbak Rani dan Mas Ersa? Kenapa harus mereka?" Sebelumnya Ersa pernah mendengar nama Sarah saat kakaknya itu bercerita.

"Orang yang dibencilah yang akan membuat kecantikannya sempurna."

"Sialan! Pesugihan macam apa ini?" Tanpa menjelaskan hal yang lebih detail lagi, arwah Mbah Sarni hilang seketika. Hanya asap tipis yang dilihat Reno. Dingin, seperti es.

***

Tok, tok, tok ....
Diketuknya pintu rumah Ersa. Remaja itu terlihat geram. Sepulang sekolah, ia langsung menghampiri rumah orang yang harus diurusnya.

Pintu terbuka. "Sapa we?" sapanya ketus dengan bahasa Jawa yang kasar.

"Reno."

"Ini gelangmu, bukan, Mbak?" lanjut Reno dengan menunjukkan gelang yang ada dalam kantung plastik.

Sarah hendak menyentuhnya, tetapi kantung itu langsung ditarik Reno. Ia merasa ada yang tidak beres. "Iya atau bukan?"

Sarah tahu itu gelang perlindungan milik keluarga Wangsana. Jika ia memiliki gelang itu, maka semua makhluk halus pesugihan itu akan tunduk padanya, karena ia menjadi pemimpinnya. "Iya, itu punyaku."

"Berarti Mbak yang mau bunuh mbakku?"

"Ye, bocah! Kakiku sakit, ngapain aku mau bunuh mbakmu? Lagian mbakmu itu siapa? Ndak kenal, juga. Nongol depan pintu, nuduh orang," protes Sarah.

"Gelang ini punya si pembunuh. Kalau Mbak ndak bunuh, berarti Mbak bohong kalau ini punya Mbak?"

"Emang aku bohong. Dari dulu aku ngincer benda ini. Ini punya keluarga Wangsana. Diah si kampret itu, yang punya."

Reno terdiam. Mbak Diah? Mana mungkin?

"Ya udah, Mbak. Reno pamit. Assalamualaikum."

Horror Vlogger (Completed)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz