1. DIA MALIK

296 16 8
                                    

Kedatanganmu membuatku teringat akan masa kecil kita dulu.

***

"Haha .... masa udah besar nggak bisa naik sepeda." Begitulah makian segerombol bocah laki- laki mengeliling anak perempuan yang jatuh tersungkur ke tanah. Bukannya menolong, mereka malah mengejek.

Anak perempuan itu hanya menunduk, berharap ada orang yang datang menolongnya. Jikalau ada ayahnya, pasti mereka tidak akan berani mengejek dirinya. Ayah bocah itu sedang dinas ke luar kota dan ibunya selalu menolak jika diajak mengajarinya bermain sepeda dengan alasan beragam.

Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki menghampiri anak perempan tadi, "Minggir-minggir ngapain kalian disini?!" ucapnya dengan nada tidak suka.

Ya, dia Malik.

"Huuu ...." Mereka bubar meninggalkan tempat itu.

Anak perempuan tadi justru semakin menunduk dengan menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, takut yang datang adalah orang jahat yang akan menculiknya.

Malik berjongkok memandang sahabat di depannya, "Kamu kenapa?"

Anak perempuan itu mendongak, ternyata yang datang sahabatnya. "Apa kamu nggak liat tuh lutut aku berdarah, ya aku jatuh lah!" jawabnya kesal.

Malik segera pergi ke rumahnya dan kembali dengan membawa kotak obat, tetapi dia bingung cara menggunakannya, akhirnya dia hanya memberikan plaster untuk menutup luka di lutut sahabatnya itu.

Bocah perempuan itu tersenyum tulus. "Terima kasih Malik kamu memang sahabat terbaikku."

"Iyalah sahabat kan, harus tolong menolong."

"Malik kita akan selalu bisa main seperti ini, kan?" tanya gadis kecil itu dengan nada sedih.

"Kalau Tuhan sayang sama kita, dia nggak akan biarin kita berpisah," ucap Malik mantap.

Anak perempuan tadi mengangguk semangat. "Ayo kita main sama-sama lagi."

Mereka bermain sampai matahari berganti menjadi semburat warna yang indah di langit sana.

****

Seorang gadis nampak tergesa-gesa, langkah kakinya lebar setelah turun dari bus yang dia tumpangi tadi. Sekarang dia sudah berada di depan gerbang sekolah, tapi ada hal yang selalu membuatnya kesal, tali sepatunya lepas. Terpaksa dia harus berjongkok dan membenarkannya.

Ketika ingin beranjak, langkahnya terhenti. Dia melihat anak laki-laki dan perempuan yang sedang jalan bersama tak jauh dari tempatnya berdiri. "Malik," gumamnya.


Gadis itu terpaku melihatnya. Sebelum akhirnya, lamunannya buyar oleh bel yang terdengar dari dalam sekolah. Dirinya segera bergegas masuk ke dalam dan memasuki kelas XI IPA 5 yang berada di lantai dua. Buru-buru dia menaiki tangga.

Jam pertama mata pelajarannya adalah bu Heny. Guru paling tepat waktu kalau mengajar. Benar saja apa dugaannya, beliau sudah dalam perjalanan memasuki kelasnya. Dengan jalan mengendap-endap, gadis itu mengikuti bu Heny dari belakang.


Beruntungnya, bu Heny berhenti di ambang pintu kelas XI IPA 4, entah sedang apa. Gadis tadi mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dengan jalan cepat dan sedikit lari kecil dia memasuki kelasnya.

"Selamat pagi anak-anak," salam Bu Heny saat memasuki kelas XI IPA 5. Suara itu langsung membuat semua murid merapikan tempat duduknya.

"Ayo masuk," lanjut bu Heny entah kepada siapa. Semua murid XI IPA 5 pun bingung dibuatnya.

Tak lama kemudian, datanglah seseorang lelaki asing menggunakan seragam OSIS, padahal hari ini hari kamis.

"Sebelum memulai pelajaran hari ini saya membawa teman baru untuk kalian, silahkan perkenalkan diri kamu Malik."

"Perkenalkan nama saya Malik Adi Nugraha kalian bisa panggil Malik."

Mendengar nama itu, gadis yang hampir telat tadi sontak tercekat. Napasnya yang masih ngos-ngosan setelah berlari tadi seketika berhenti beberapa detik. Malik? Apa sahabat kecilnya dulu? pikir gadis itu.

Thank you♡.

Malik dan Malika (SELESAI)Where stories live. Discover now