24. Berhak

3.1K 657 116
                                    

"Jaehyun, tunggu!"

Bambam berhasil memblokir langkah kaki sepasang kekasih itu. Ia berdiri dihadapan Taeyong dan Jaehyun dengan napas memburu. Namun sebelum ia kembali bersuara, Jaehyun tiba-tiba mencengkeram erat kerah bajunya. Membuat Taeyong pun refleks memekik guna menghentikan aksi kekasihnya.

"Mau apa lagi kamu, hah? Belum cukup kamu bikin aku sama pacar aku diomongin sama semua orang?"

"Jaehyun, udah. Kita diliatin orang." Taeyong berusaha menenangkan si lelaki berlesung pipi.

"Denger ya, Bam. Kalau kamu ada masalah atau benci sama aku, kita selesaiin berdua. Jangan bawa-bawa Taeyong."

"Je, dengerin aku dulu."

"Udah lah, kamu enggak usah ngomong apa-apa lagi. Semuanya udah jelas kok." Bantah Jaehyun seraya melepas kasar cengkeramannya dari kerah baju Bambam. "Aku udah terlanjur kecewa sama kamu dan anak-anak yang lain."

Taeyong yang masih tak mengerti dengan pembicaraan Jaehyun dan Bambam hanya mampu berpasrah ketika lengannya kembali ditarik oleh sang kekasih. Si lelaki berlesung pipi membawanya mengitari parkiran hingga menemukan motornya.

"Eh, tunggu." Taeyong lebih dulu angkat bicara saat Jaehyun menyodorkan tangan. Hendak meminta kunci motor. "Bukannya kamu bawa motor juga? Terus motor kamu gimana?"

"Enggak usah dipikirin, Yang."

Suara Jaehyun begitu lembut. Berbanding terbalik dengan tampang sendu nya. Tepatnya tampang yang sarat akan kekecewaan. Terlebih setelah bertemu dengan Bambam barusan.

"Lagian siapa juga sih yang mau nyuri motor rongsokan." Kata Jaehyun seraya mencubit pelan pipi sang kekasih. "Sini, mana kunci motor kamu."

Lagi-lagi Taeyong hanya berpasrah. Merogoh saku celana sebelum mengeluarkan kunci kendaraan pribadinya dan menyodorkan benda itu pada Jaehyun.

Sementara itu, si lelaki berlesung pipi kemudian menaiki motor Taeyong. Menyalakan mesinnya lalu menoleh pada sang kekasih yang masih berdiri. "Yuk!" Ajaknya.

Tanpa membuang waktu lebih banyak lagi, Taeyong lantas menyanggupi. Ia tidak merasa segan lagi untuk mendekap erat tubuh sang kekasih meski mereka masih berada dalam area kampus. Lagipula, hampir semua orang di Universitas Biantara sudah tahu jika mereka telah menjalin sebuah hubungan. Tak ada gunanya lagi untuk disembunyikan.

Terik matahari pun tak berhasil mengganggu romansa dua insan yang sedang asik bertukar canda. Meski nyatanya banyak hal yang menjadi beban di kepala juga dada, namun baik itu Taeyong maupun Jaehyun seakan tak ingin mengungkit kegaduhan atas terbongkar nya hubungan mereka ketika sedang berdua.

Sepanjang perjalanan menuju kos-an Bu Luna lantas dihabiskan dengan berbagi tawa. Mulai dari mengingat hal-hal lucu ketika Taeyong masih berstatus gebetan, juga ketika penolakan beruntun yang diterima oleh Jaehyun.

"Jae."

"Hm?"

"Kalau kamu lulus dari kampus nanti..." Taeyong berdeham pelan seraya memberi jeda pada kalimat yang akan diucapkannya.

"Aku akan tetap di Bandung."

Kedua bola mata rusa Taeyong refleks melebar ketika Jaehyun angkat bicara bahkan sebelum ia meneruskan bakal pertanyaan nya. Ia kemudian mendengus lalu menyandarkan dagu pada pundak lelaki berlesung pipi itu.

"Tapi kan orang tua kamu ada di Jakarta. Kamu juga anak satu-satunya. Emang kamu rela ninggalin mereka?"

Taeyong tahu pertanyaan ini terlalu cepat untuk diutarakan. Namun entah mengapa ia begitu penasaran. Tentang rencana Jaehyun kedepannya. Tentang impian kekasihnya. Dan tentang kelanjutan hubungan mereka.

Hiraeth 2 : Before | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang