2

100 21 0
                                    

"Kukira kejadian beberapa hari yang lalu akan menjadi yang terakhir untuk berurusan dengannya"

Pagi ini mentari terbit laksana memberikan senyuman yang menarik diri untuk bangun dari keletihan yang memaksa diri tak bergerak. Kemilau berlian tersinari oleh sang fajar yang baru bangun dari tidurnya.

Cahayanya masuk melalui sela - sela ventilasi kamar dan kehangatan begitu terasa dari sinarnya. Seperti layaknya sang mentari, Pagi ini Yaya terbangun dari tidur nyenyaknya.

Kebetulan hari ini weekend jadi Yaya tak perlu sesibuk biasanya. Namun hari ini tetap seperti hari - hari biasanya, orang - orang rumah sudah berangkat sejak Yaya masih tidur.

Yaya segera menuju halaman depan rumah, ia akan mengawali harinya untuk menyiram tanaman milik keluarganya.

Beberapa menit kemudian pun terdengar suara yang sedikit asing ditelinganya. Yaya sedikit ketakutan, tak tau dari mana asal suara itu. “Oh, jadi rumah lu disini. Kenalin gua tetangga baru lu, berarti.”

Berkali - kali Yaya mencoba untuk mencari asal suara itu. Tak lama ia menemukan seseorang dibalcon lantai dua tetangganya.

“Astagfirullah, kenapa harus dia lagi sih?!” Yaya menggidik dalam hati.

“Apa tadi dia bilang? Tetangga? Berarti sekarang dia tetangga gua?! Mimpi apa gua semalem?” Tak hentinya ia bertanya pada diri sendiri.

Yaya memberanikan diri untuk menengok kearah suara itu.

Sebenarnya tak ada yang aneh tentang hal ini. Namun ia hanya merasa canggung karna kejadian kemarin. Perasaan takut dan malu beradu satu.

“Ku kira kejadian beberapa hari yang lalu akan menjadi yang terakhir untuk berurusan dengannya. Kak senior, please jangan ganggu aku lagi.” Yaya mendengus kesal.

Kak farel kini menjadi tetangga baru Yaya. Tepatnya tetangga sebelah rumahnya. Entah sejak kapan ia pindah, yang pasti yaya sangat terganggu dengan hal itu.

Beberapa menit kemudian kak Farel tetap berdiri di tempatnya. Yaya hanya membalas sapaannya dengan senyuman manis.

Kak Farel terus saja mengajak yaya mengobrol “Yasha, Lu baru bangun tidur ya?”

Tak lama Yaya segera berlari terbirit - birit masuk kedalam rumah, ketika ia tersadar dengan muka bantalnya yang baru bangun tidur. Ia benar - benar  malu dengan kak Farel. Cepat - cepat ia mencuci mukanya di wastafel.

Setelah mukanya terasa sedikit segar, dan dikiranya kak Farel sudah masuk kedalam rumahnya, Yaya pun kembali ke taman dan melanjutkan kegiatannya.

Tak disangka kak farel masih berdiri disana “Yang bener nyiramin tanamannya! Kalo gabener nanti gua laporin mamah lu nih!”

“Iya kakk... lagian emng kakak kenal sama mama aku?” Sifatnya begitu berbeda dari yang kemarin. Kini kak Farel berperingai sok kenal dengan Yaya.

Ia hanya tersenyum menimpali pertanyaan yaya

Sejak awal Yaya tak pernah paham dengannya.

***

“Assalamualaikum? Yayaaaa…” Terdengar suara ucapan salam dan sorakan nama Yaya dari luar rumah.

“Waalaikumsalam” Yaya segera membukakan pintu dan melihat siapa tamu yang datang.

Dugaannya tak salah. Di depan rumahnya sudah berdiri Karin dan sera dengan senyum sumringah mereka. Bukan hal yang asing lagi bagi Yaya, jika ia akan kedatangan tamu dua orang sahabatnya ini.

Belum saja Yaya mempersilahkan mereka masuk, Sera dan Karin sudah duduk di sofa layaknya tuan rumah.

“Jadi, ada makanan apa hari ini? Terus kita mau ngapain ajanih? Abis itu, Jalan kemana?” Tak hentinya mereka berbicara. Namun hal itu bukan masalah bagi Yaya. Sebab ia sudah terbiasa dengan sikap mereka.

“Kalo mau makan langsung aja kedapur. Abis itu kita kekamar gua, rutinitas gibah dulu dong.”

“Okedehhh…” Jawab mereka berbarengan.

“Cepetan ya.. Gua tunggu diatas!” Yaya segera naik keatas menuju kamarnya.

Tiba - tiba ponselnya berbunyi. Menunjukan sebuah notif. Cepat - cepat ia membuka notif, berharap ada chat dari Gibran, yang beberapa hari terakhir ini lost komunikasi dengannya.

Yaya memanyunkan bibirnya setelah tau ternyata bukan chat dari Gibran yang masuk.

Farel Ardiana
P

Yasha Alodya
Ya

Farel Ardiana
Ga maen?

Yasha Alodya
Inilgimaen.

Farel Ardiana
Pasti seru ya. Coba Pap!

Yasha Alodya
Udahan.

Farel Ardiana
Tapi pasti adakan fotonya. Coba gua liat.

Merasa pesan ini sangat tidak penting, Yaya langsung Menutup ponselnya.

Tak lama Sahabat - Sahabatnya masuk kedalam kamar dan langsung mengobrak - abrik seisi kamar.

“Eh sini, sini dehhh.. Gua mau curhat dulu sebentar.” Tak lama sahabat - sahabatnya itu segera menggerumbung kearah Yaya.

“Ada apa nih? Galau lagi? Cowo lagi? Kenapa? Kenapa?” Bersamaan Karin dan Sera terus bertanya, tak sabaran.

Yaya pun menceritakan masalahnya dengan gibran kepada Sahabat - sahabatnya.

“Udahlah. Gausah terlalu difikirin, kita yakin kalo lu slek sama Gibran pasti gabakal lama.” Nasehat kedua sahabatnya itu.

“Iya si. Kalo gua slek sama Gibran pasti gabakal lama. Tapi ada aja yang nambahin fikiran” Keluh Yaya.

“Apalagi siih?”

“Senior itu.. Gua harus berurusan lagi dan terus sama dia.” Yaya memanyunkan bibirnya, tanda sebal.

“Senior yang mana? Kan banyak.. Ka Adam? Ka Zidan? Ka fikri?” Kata Karin.

“Ihh bukannn..”

“Assalamualaikummm?” Tiba - tiba terdengar salam dari bawah. Segera mereka membuka gordyn, namun tak terlihat siapa yang berada didepan gerbang.

Mereka pun menuruni tangga dan langsung membuka pintu juga gerbang.

“Ini ada makanan dari nyokap gua. Nanti kapan - kapan mau maen katanya, biar kenal sama tetangga” Ia langsung menyodorkan kotak makanan kearah Yaya.

Karin dan Sera hanya bisa melohok. “Ya? Ini kak Farel kan? Jadiii..”

“Ssttt..” Yaya segera memotong pembicaraan sahabatnya.

“Oh iya ka. Makasih ya.” Yaya membalas dengan senyuman kaku. Ia langsung menutup pintu dan mengajak kedua sahabatnya kembali ke kamar.

“Jadi, yang lo bilang si senior itu kak Farel? Sekarang Dia tetangga lu?” Karin dan Sera meneruskan pertanyaannya itu.

Yaya hanya mengangguk kaku.
“Sejak kapan? Ko bisa?”

“Udah gausah banyak nanya, gua juga gatau.” Yaya tak ingin membahas soal itu.

Jika kalian menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote! Terimakasih 😊

Teka Teki SemuWhere stories live. Discover now