14

29 9 0
                                    

Kukira aku satu satunya. Ternyata aku hanya salah satu diantara mereka

Setelah mengatakan kepada kak farel bahwa ia mencintai sepak bola, Yaya baru menyadari bahwa ia benar benar akan pergi ke sebuah pertandingan. Insentitas Yaya di dalam lapangan Futsal tiada artinya karna ia terbiasa menghabiskan waktu disana ketika tidak ada pertandingan.

Sampai akhrinya hari yang ditunggu tunggu pun tiba. Sayangnya hari ini Yaya merasa tidak enak badan. Tapi semuanya tertutupi dengan semangatnya untuk menonton pertandingan yang diikuti kak Farel, juga dengan usahanya.

Pertandingan berjalan cukup baik. Yaya juga membawa satu botol air dingin juga handuk untuk kak senior itu.

Kak Farel bermain dengan sangat baik. Yaya pun merasa sangat puasa. Setiap kali tim sekolah kami berhasil memasukan gol. Ia selalu melemparkan senyuman kepada Yaya sambil mengangkat kedua alisnya.

Yaya pun membalas senyuman itu. Banyak pula kakak perempuan anak kelas Xll yang berteriak dan menyorak nyorakan nama kak Farel.

Namun di satu sisi ia memikirkan hal lain yang sudah lama tak terlintas di benaknya. Gibran. Tak lama mereka tidak bertemu, Yaya pun tak pernah mendengar berita tentangnya lagi.

Pertandingan pun akhirnya selesai. Tim sekolah Kak Farel (Dragon) berhasil memenangkannya. Yaya pun berdiri dan bersorak seperti yang lain. Ini memang suatu kebanggaan bagi sekolah mereka.

Lalu Yaya keluar dari lapangan terlebih dahulu. Dan menunggunya diluar. Ia masih menunggu janji kak Farel yang akan mentraktirnya kebab.

Beberapa menit ia menunggu namun kak Farel tak kunjung datang menghampirinya. Lalu tim Dragon pun keluar bersamaan dari arah pintu selatan, bersamaan pula dengan teman teman perempuan mereka.

"Kaa??" Yaya berusaha berteriak memanggil kak Farel dari kejauhan. Setelah berkali kali suaranya tak terdengar sampai kepada kak Farel, Yaya pun mengurungkan niatnya.

"Kukira aku satu satunya ternyata aku hanya salah satu dari mereka"
Meskipun sedikit kecewa dan cemburu, Yaya tidak boleh egois. Sebab terlihat kak Farel pun begitu bahagia sambil menikmati kebersamaan dengan teman temannya. Lagi pula ia bukan siapa siapa bagi kak Farel.

Yaya pun memutuskan untuk memesan taksi online untuk pulang ke rumah.

***

Keesokan harinya, Kak Farel dan timnya masuk sekolah seperti biasanya. Begitu pula dengan Yaya.

Mereka semua menyambut tim dragon dengan kebahagiaan dan kebanggaan penuh.

Di balik kebahagiaanya, kak Farel tidak melupakan janjinya kepada Yaya. Meski kemarin sempat mengingkarinya karna ia terlalu menikmati kebahagiaan itu.

Ia pun memutuskan untuk memberi coklat kepada Yaya sebagai tanda terima kasih karna bantuannya. Juga permintaan maaf karna ia mengingkari janjinya.

Sementara Yaya tetap tak mengucap sepatah katapun kepada Gibran. Begitu pula dengan Gibran. Bahkan Mereka saling berpaling saat berpapasan. Tiba tiba saja hubungan mereka menjadi renggang seperti saat ini.

"Rin??" Yaya menegur Karin yang berjalan melewati bangku mereka. Kepalanya sampai berputar melihat Karin yang duduk di bangku belakang. Entah mengapa ia tidak duduk di bangkunya yang berada di sebelah Yaya.

Saat waktu pulang sekolah tiba, seperti biasa Yaya akan menghampiri bangku Sera untuk mengajak pulang. Namun ketika Yaya dan Sera ingin mengajak Karin juga, ia malah memalingkan wajah dari mereka berdua lalu pergi dengan terburu buru.

Yaya dan Sera pun saling bertatapan "Kenapa hari ini Karin ngehindar dari gua ya?" Tanya Yaya pada Sera.

"Gak tau deh. Tapi tadi dia biasa aja sama gua" Jawab Sera.

"Gua juga stop komunikasi sama Gibran, Ser" Ujar Yaya sambil menunduk dan menekuk bibirnya.

"Ko bisa?" Tanya Sera.

"Gatau. Mungkin karna kemaren kemaren gua sibuk sama kak Farel"

Sera hanya mengangguk tanpa memberi solusi. Dari awal perbincangan tentang Gibran memang tak menarik baginya.

Sebelum pulang Yaya harus mengambil bindernya di loker. Ia pun membuka lokernya dan terkejut dengan apa yang ditemukan "Coklat siapa ini? Apa dia gatau kalau negara kita negara tropis?" Ujar Yaya dengan keterkejutan sambil memegangin coklat yang lelehannya terjatuh ke lantai.

Sementara itu, kak Farel tidak tahu kalau usahanya gagal. Coklat itu memang sengaja tidak diberi nama olehnya. Selain coklat yang meleleh. Yaya juga tidak tahu kalau itu dari Kak Farel.

Lantas Yaya hanya membuangnya ke tempat sampah terdekat.

Sera dan Yaya menelusuri lorong dengan santai. Lalu mereka berpapasan dengan kak Sefi, anak kelas Xll Mipa 2

Ia tersenyum kepada mereka berdua seraya bertanya "Yaya? Kamu sama Farel ya?"

Jantung Yaya berdegup tak menentu karna ketakutan. Ia berusah mengelak dan menjawab "Hah? Apaan ka? Ngga ko. Aku juga gatau apa apa" ia mengerutkan alisnya supaya terlihat kebingungan. Dengan wajahnya yang sok polos walau sedikit ketakutan.

"Gak salah lagi.." Ujar kak Sefi sambil tersenyum dan berlalu pergi.

Inilah yang dikhawatirkan Yaya. Kedekatannya dengan kak Farel akan tersebar. Apalagi Sera, sahabatnya sendirj pun tidak tahu apa apa tentang hal ini.

"Emang bener, Ya?" Ledek Sera dengan senyuman.

"Enggak ko" Yaya menjawabnya dengan gugup.

Bukan tanpa sebab keresahannya jika kabar ini tersebar luas. Mengingat Kak Farel adalah Kakak kelas populer di sekolah. Ia juga memiliki banyak penggemar yang tak terhitung. Dan hubungan mereka juga belum jelas apapun.

*Jika kalian menyukai bab ini, silahkan pertimbangkan untuk memberikan vote! Terima kasih😊

Teka Teki SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang