10

60 16 5
                                    

Beberapa minggu telah terlewati. Status Gibran masih sama, sebagai mantan Yaya.

Setiap kali mata mereka bertemu, atau pun langkah kaki yang berarah sama. Tak ada sedikit katapun yang keluar dari satu sama lain.

Mungkin diam adalah cara terbaik dalam keadaan seperti saat ini. Namun dari gerak tubuh atau lirikan mata mereka, jelas menjunjukan makna yang tersirat.

"Iyyaa? Beneran??" Tanya Yaya dengan antusias.

"Serius. Ga bohong." Jawab Karin di sela sela pelajaran yang membosankan.

Karin sudah terbiasa dengan sikapnya yang pecicilan. Apalagi ketika mendengar kabar gembira.

Selama ini Yaya hanya mendengar Kabar tentang mantannya dari sahabat atau teman temannya.

Apalagi selama ini Gibran sangat percaya mencurahkan hatinya kepada Karin, sahabat karib Yaya.

"Yaudah gua ke Mushola dulu ya, Rin" Ujar Yaya pada sahabatnya ketika istirahat pertama tiba.

"Masyaallah, semangat banget"

"Hehe" Yaya hanya tertawa cengengesan sampai telihat giginya yang tidak rapih.

Yaya segera beranjak dari tempat duduknya untuk keluar kelas dan menuju mushola.

"Yasha?" Namun tiba tiba terdengar suara yang tidak asing ketika ia sedang membuka loker untuk mengambil mukena.

"Ada apa?" Yaya menengok sambil bertanya.

Gibran berdiri disampingnya dengan wajah bingung dengan apa yang akan dikatakannya.

"Aku boleh ngomong gak?" Gibran akhirnya memberanikan diri untuk mengeluarkan beberapa kata.

"Nanti abis aku sholat dhuha aja ya, Gib!" Tak dapat dipungkiri hatinya berdetak cepat saat gibran berbicara padanya.

Yaya berjalan menuju mushola sekolah untuk melaksanakan sholat dhuha sebelum waktu istirahat habis.

Kepala yang tadinya menghadap kedepan seketika menengok ke samping, setelah melihat kak Farel yang juga akan melaksanakan sholat dhuha.

Tak ada satupun yang saling menyapa terlebih dahulu. Mereka hanya saling bertatapan lalu segera berpaling untuk memasuki masjid.

Sudah beberapa hari ini, setiap kali istirahat pertama Yaya akan menghabiskannya di mushola untuk sholat dhuha.

Ia juga tau kalo kak Farel memang rutin melaksanakanya sehingga tak jarang ia bertemu dengan kak Farel di mushola.

Bahkan ketika akan masuk juga keluar masjid.

Ponselnya berbunyi tepat ketika ia bertemu kembali dengan kak Farel di teras mushola. Membuatnya harus mengurungkan niat untuk menyapa kak Farel.

Ia segera membuka ponselnya untuk melihat notif siapa yang masuk.

Gibran saka perdana
Ya? Mau ga balikan sama aku?

Jleb
Hatinya kembali terombang ambing. Bibirnya terbungkam. Tak tau apa yang harus ia jawab. Yaya sendiri tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Hatinya masih untuk Gibran, meski perhatian matanya tidak.

Ia kembali membuka ponselnya untuk membalas pesan via chat dari Gibran, setelah beberapa detik terdiam.

Yasha Alodya
Nanti aku jawab

Yaya bergegas kembali ke kelas sebelum waktu istirahat selesai

***

Ternyata jam kosong untuk pelajaran kali ini.
Beberapa murid sibuk melakukan kesibukan masing masing.

Teka Teki SemuOnde histórias criam vida. Descubra agora