Abang

1.3K 48 6
                                    

*maaf kalo masih ada typo nama Zay jadi Jaehwa karena belum revisi*






Sudah 15 tahun Zay bersabar menghadapi takdir, yang menyatakan kalau dirinya bersaudara dengan  Zainal Jeno Alghiffari. Bukannya tidak bersyukur, hanya saja teman-teman Jeno kadang membuat Zay ingin mengungsi dari bumi.

Zay dan Jeno hanya berselisih satu tahun, tapi mereka berada ditahun angkatan yang sama. Bukan karena Jeno tidak naik kelas, hanya saja orangtua Zay sengaja agar Zay ada yang menjaga. Gadis itu bisa dibilang cukup lemah daya tahan tubuhnya dibanding remaja seumurannya.

Semasa SD dulu, teman sekelas Jeno dan Zay tidak ada yang percaya kalau keduanya beda satu tahun, seisi kelas percaya bahwa Jeno dan Zay adalah anak kembar. Kalau kata Zay, 'jangankan kembar, mirip aja engga.' Dari SD, sampai detik ini ada satu hal yang membuat Zay AGAK bersyukur bisa satu kelas dengan Jeno dan para curutnyaㅡbegitu Zay menyebut para sahabat Jenoㅡyaitu Muhammad Arka atau disingkat Mark.

Mark cenderung kalem, beda jauh dengan para sahabatnya. Zay selalu suka melihat cara Mark memperlakukan teman-temannya, Mark lembut, tidak banyak tingkah seperti yang lain. Memang, Rendi juga kalem tapi namanya juga sudah bucin jadilah Zay hanya bisa terfokus pada Mark saja.

Zay selalu duduk sebangku dengan Jeno, dari SD. Silahkan bayangkan duduk sebangku dengan saudara sendiri, risih kan? Tentu saja. Otomatis, Zay juga duduk  berdekatan dengan para sahabat Jeno. Zay juga tidak tahu alasan jelas mengapa mereka selalu duduk berdekatan bertahun-tahun. Setiap Zay bertanya ke Nana selalu jawabannya 'segeng kalo duduknya ga deket-deketan ga afdol' begitu.



"Jangan melamun mulu neng geulis...." Rasa-rasanya Zay baru saja memarahi Echan tadi, tapi sekarang cowok itu sudah mengganggunya lagi.



"Ga usah ganggu gue, Chan"



Echan tersenyum, "Risih ya? Udah biasa sih kalo cewek-cewek deket gue tuh bawaannya risih, soalnya gue gantengnya ga kaya manusia. Ya kan Na?"



Nana yang tidak tahu apa-apa hanya bisa mengiyakan ,"Bener lagi."



"Udah Chan, jangan gangguin adek gue. ntar lo dijambak kaya gue waktu itu, mau lo?" Zay rasanya ingin sujud syukur begitu mendengar Jeno membelanya. Tumben sekali.



"Eh ga jadi deh, maap ya Zay imut. Abang Echan cuma becanda." Echan tersenyum sambil memberikan love sign menggunakan jarinya kearah Zay.


Belum beberapa detik Zay bernafas dengan tenang, Chakra tiba-tiba muncul disamping mejanya. Jangan kaget, jangan heran. Bagi yang bertanya-tanya, 'kok bisa anak kiprit kaya Chakra sama Jihan sekelas sama kalian yang rata-rata tahun 99-00 an?' jawabannya adalah, Chakra dan Jihan ikut program akselerasi sehingga mereka bisa menyamai angkatan Jeno dkk.



"Zaaaaayyyyyy....pinjemin gue penggaris dong, gue bayar kok. Berapa satu jam?" Bujuk Chakra sambil tersenyum semanis mungkin.



"Chakra, lo kira penggaris gue PS yang dibayar perjam? Lo gausah buang-buang duit, mending LO PERGI BELI SENDIRI SANA!!!" Akhirnya emosi Zay meluap juga.



Chakra mengedipkan matanya berkali-kali, mengeluarkan jurus puppy eyes miliknya. "Plis, sekaliiii ajaaaa. Ya ya ya? Mau ya?"



Mau tidak mau, Zay meminjamkan penggaris miliknya. Meskipun Zay tahu, kalau barang sudah jatuh ditangan Chakra jangan harap barang tsb kembali. Meskipun Chakra itu terkesan bodo amatan pada anak perempuan kelasnya, tapi entah kenapa cowok itu hobby meminjam barang milik Zay padahal ia bisa meminjam pada Rendi misalnya.




FINALLY | ZHONG CHENLE✓Where stories live. Discover now