LIMA

14.5K 499 13
                                    

"Perkenalkan nona Daisy Kathryn Candra, pegawai magang no. 10." Terang Carolus.

Rahang milikku nyaris jatuh kelantai. Wanita ini? "Keluar." Kataku pelan kearah Carolus. Dengan segera Carolus meninggalkan kami berdua. Aku melangkahkan kaki maju sembari memperhatikan wanita yang berdiri percaya diri ini. Aku meliriknya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Tubuhnya tinggi, bahkan bisa dikatakan sangat tinggi untuk ukuran wanita. Kulitnya cokelat muda seperti caramel, kakinya yang jenjang sangat cocok dengan heels yang dikenakannya. Pinggulnya kecil, bokong besar, payudaranya... hem... terlihat sintal dan besar dari dress ketat itu. Rambutnya hitam bergelombang, wajahnya cantik dengan bibir tebal yang memerah serta hidung yang mancung. Bulu matanya yang lentik sangat pas dengan matanya yang tajam. Dia tidak mengenakan banyak make up. Aku banyak bertemu model dari yang berkulit sangat putih hingga sangat gelap, namun dialah yang tereksotis dan tercantik.

"Ehem." Aku membersihkan tenggorokanku. Come on, aku tidak boleh kehilangan wibawa dihadapannya. Dia berdiri dengan membawa sebuah note kecil. "Apa ini semacam penipuan?"

"Pardon?" tanyanya. Suaranya lembut meski terdengar dingin.

"Foto disurat lamaran itu sangat berbeda."

"Bapak menginterview saya hari ini hanya ingin mengetahui mengenai foto saya dan bukan kualifikasi saya?" Wajahku memerah seketika, wanita ini... "Maafkan kelancangan saya, ibu anda memberikan kami notifikasi untuk bersiap. Saya mengharapkan lebih dari anda, pak dan bukannya percakapan seperti ini."

Aku meremas jemariku gemas. Tenang...tenang... aku harus tenang. "Oke aku akui kualifikasimu mengagumkan meski diusia muda tetapi usia muda itulah yang menjadi kelemahanmu. Kamu belum memiliki banyak pengalaman." Kataku sembari melipat tangan didada.

"Saya tidak meminta Bapak untuk memilih saya, itu kebijaksanaan dan pertimbangan anda. Tetapi saya meminta Bapak melihat dari kinerja dan kontribusi saya pada perusahaan, tolak ukur itu yang penting dari sudut pandang saya." Jawabnya tegas.

What? Dia mengguruiku? Aku menggelengkan kepala tanpa kusadari. Wanita ini benar-benar menguji kesabaranku.

"Di CV milikmu tidak tertera identitas keluarga."

Wanita itu tertegun seketika, mimic wajahnya berubah sekejap tetapi segera kembali ke ekspresi awal. "Apa itu penting?" tanyanya.

"Right." Kataku final. "Kamu bisa kembali bekerja. Cukup sudah." Kataku pada akhirnya. Wanita itu membungkuk hormat membuat mata nakalku tak sengaja menangkap pemandangan dada sintalnya. Saat berjalan menjauh pun, pinggul itu seperti memanggilku. Tubuhnya begitu sempurna. Tangan milikku sudah gatal ingin menggerayangi jika saja dia tidak semenyebalkan sebelumnya. Aku kembali terduduk dikursi.

"Tuan." Carolus berdiri dihadapanku. "Mobil sudah siap. Nyonya dan tuan besar menunggu anda."

Sesampai dimension ayah dan ibuku, Dakota sudah menyambutku dengan senyum lebar. "Bro..." peluknya erat.

"Kamu disini?" jawabku lembut.

"Ya. Untuk 3 hari. Kami merindukanmu."

"I missed you too."

"Nak..." Ibuku, Ariana bangkit memelukku saat aku dan Dakota memasuki ruang makan. Ayahku pun duduk disana sambil membaca koran.

"Hai Mi." kukecup pipi Ibuku dan memeluknya.

"Kamu terlihat kurus." Keluh ibuku. "Itulah saatnya kamu harus memiliki pendamping."

Aku dan Dakota tertawa kecil mendengar perkataan ibuku, sudah tidak asing lagi aku dan Dakota menjadi sasaran karena di rumah, hanya kami yang belum ingin menikah.

Caramel Sunset (COMPLETED)Where stories live. Discover now