TIGA PULUH EMPAT

6.6K 473 58
                                    

Erol POV

Aku terbangun entah beberapa waktu berlalu. Di sebelahku terdapat ayah dan ibuku yang menatap kuatir. Aku mengerang kesakitan dan menatap langit-langit kamarku. Aku menghela napas panjang, aku masih hidup lagi ternyata. "Nak." Panggil ibuku sendu dan memelukku erat. Aku bisa melihat Eugene dan Dakota berdiri tak jauh dari tempat tidurku. Aku hanya terdiam dan tak ingin berbicara. Ibuku meraih air mineral dan membantuku meminumnya. Aku kembali menutup mata, enggan untuk memulai sebuah diskusi. Semua orang pergi kecuali ibuku yang bertahan di sisi kananku. "Mami tak mengerti. Kenapa kamu seperti ini lagi?" aku memilih diam dan membelakangi ibuku. "Daisy sudah pergi."

Mendengar itu, aku berbalik kaget. "Apa?"

"Kamu pingsan selama dua hari. Sejak hari di mana kamu over dosis, Daisy memilih pergi."

Urat dikepalaku tiba-tiba muncul. Aku begitu gusar. "CAROLUSSS!" Aku memanggil namanya marah.

"Nak..." Ibuku mencoba menenangkanku tetapi gagal. Carolus memasuki kamarku dan berdiri di sisi kiriku. Aku meraih segelas air dan menyiram wajahnya. Napasku naik turun. Ibuku histeris.

"Kurang ajar kamu. Cepat cari istriku sekarang juga! Aku tak peduli jika kamu harus menguliti seluruh bagian dunia ini."

Carolus menghapus wajahnya dari air. "Saya tidak menyesal, Tuan. Wanita yang Anda temui di Jepang sudah melupakan Anda. Wanita itu tidak mencintai Anda sama seperti Nyonya yang Anda kenal. Meski mereka adalah satu orang, ada hal yang tak bisa kembali. Seharusnya mata Anda terbuka dan melihatnya secara objektif. Anda nyaris wafat karena wanita itu."

BUUUK!

Aku melempar gelas kaca yang berada ditanganku kearah mukanya. Carolus terlihat syok begitu pula ibuku. Gelas itu lalu jatuh kelantai dan pecah berkeping-keping. Kening Carolus memerah seketika. "Nak!" ibuku begitu gusar dan menahan tanganku.

"Keluar dari sini, aku tak pernah ingin melihat wajahmu lagi." Ujarku geram. Carolus menunduk patuh dan berlalu pergi.

"Nak, kenapa kamu seperti ini? Carolus... dia..."

"Dengan susah payah aku berusaha mengembalikan Daisy, Mi."

"Lalu kenapa kamu membahayakan dirimu lagi? Carolus sebagai orang terdekatmu hanya melakukan apa yang dia bisa untuk melindungimu."

"Aku kalap karena Daisy menolakku tetapi mengusirnya bukan jalan keluar. Wanita yang kucintai diluar sana sendirian, hilang ingatan, yatim piatu dan tidak mempunyai siapa-siapa lagi." Mataku berkaca-kaca menatap ibuku.

"Papi dan saudara-saudaramu sudah mengerahkan beberapa orang untuk mencarinya. Butuh waktu karena Daisy tidak memiliki identitas sejak awal."

"Daisy harus kembali, Mi. Aku tidak ingin kehilangannya untuk kedua kalinya."

"Mami cuma minta satu hal. Jangan lakukan hal bodoh ini lagi, Erol Shane Batmajaya. Kamu sudah terlampau dewasa dan pintar untuk memilih jalan pintas. Ada Mami dan Papi serta saudara-saudaramu bahkan Cara pun."

"Maafkan aku, Mi."

Ibuku menghela napas dan memeluk tubuhku. "Semoga Daisy akan kembali secepatnya."

Namun apa yang dikatakan ibuku tak kunjung terwujud. Ini sudah bulan kedua, Daisy bagai ditelan bumi. Aku semakin kacau, ditambah Kei yang berpikir aku masih menyembunyikan Daisy. Ketakutan semakin menghantuiku jikalau Daisy dalam bahaya. Aku membuatnya dalam resiko untuk kedua kalinya. Aku kehilangan berat badan, berkali-kali aku keluar masuk rumah sakit. Aku berpura-pura tegar namun tubuhku tidak sekuat itu. Ayahku bekerja sama dengan Carolus berusaha mencari di mana Daisy. Mereka tak kunjung mendapatkan hasil. Setiap CCTV diperiksa dengan ketat tetapi terkendala oleh malam yang menyamarkan sosok Daisy. Apa kami ditakdirkan tak bisa bersama? Ibuku memasuki ruanganku dan meletakkan makan siang di hadapanku.

Caramel Sunset (COMPLETED)Where stories live. Discover now