○06○Suka Diam-Diam?

1.3K 93 7
                                    

× bahkan kupu-kupu yang sedang hinggap itupun tahu kalau aku memiliki rasa untukmu ×

******
Bermonolog tak henti-henti di depan cermin sambil tersenyum seolah-olah topik yang menjadi bahan pembicaraan sangat seru dan ada di depan mata.

Adiba,perempuan dengan dimple di pipi kanannya ini sekarang sedang bicara dengan dirinya sendiri di cermin,kedengaran aneh? Iya memang Adiba pun merasa bahwa ini bukanlah dirinya.

Sejak pulang latihan kemarin Adiba tak henti-hentinya memikirkan Akbar,pria itu benar-benar membuat Adiba kalah sekarang Adiba tak tau apa yang ia perbuat sehingga bisa menyukai Akbar seperti ini,sungguh ini diluar dugaan.

Sejak kemarin malam rasanya ia sangat tidak bisa melupakan bagaimana suara khas Akbar itu agar menyuruhnya tenang,Adiba benar-benar gila sekarang kenapa ia bisa sesenang ini sih?

Adiba menggeleng-gelengkan kepalanya agar kembali sadar dan lanjut merebahkan tubuhnya lagi.

Hari ini hari sabtu,sekolah libur alhamdulillah pr nya juga ada yang ikut libur,jadi ia bisa leluasa bermain ponsel nya menonton drama korea atau bahkan berhibernasi seperti beruang seharian

Tiba-tiba suara ketukan pintu yang berasal dari luar kamarnya membuat Adiba mendecak karena suara itu semakin lama semakin kuat,Adiba berjalan gontai menuju pintunya lalu saat pintu dibuka terlihatlah seorang pria muda yang tersenyum ke arahnya.

"Apa lo?" Tanya Adiba saat Aksa tiba-tiba menunjukkan gelagat aneh yaitu senyum-senyum sendiri di depannya

"Ceileh galak amat sih" Ucap Aksa sambil mencubit pipi adiknya

"Oh mau main,paham gue yaudah sana nanti gue bilang bunda" Ucap Adiba mengerti dengan sifat kakak nya

Aksa menunjukkan deretan giginya,"Nah gini dong baik,gue jalan dulu ye ti-ati lo di rumah"

Adiba menghembuskan nafasnya kasar,kenapa juga bundanya itu sangat melarang Aksa untuk pergi berkumpul dengan teman-temannya? Lagipula Aksa itu anak laki-laki,aneh rasanya jika ia seperti tawanan rumah begini

Adiba kembali merebahkan tubuhnya,seperti ini memang enak tapi ia pegal juga sih sebenarnya rebahan terus menerus,tiba-tiba telintas di pikiran Adiba sebuah ide yang menurutnya sangat jarang ia lakukan

Tangannya bergerak cepat menekan tombol hijau lalu seseorang menyaut di seberang sana membuat Adiba dengan cepat menjauhkan ponsel dari telinganya

"APAAN SI LO DIB? MASI PAGI JUGA NELFON-NELFON KANGEN LO SAMA GUE?"

"Masih pagi? Udah jam 3 sore coy bangun lo makanya gausah ngebo mulu,sini ke rumah gue bosen sendirian mulu"

"Aahh besok ae sekalian ngerjain-"

"Justru harusnya malem ini lo minep biar besok tambah lama,lo gamau ketemu bang Aksa?"

"Mau sih,tapi ahh Dib mager banget gue mau-"

"Gue mau ceritain soal Akbar"

"Hah? Oke OTW!"

Tut!

Panggilan tiba-tiba saja terputus,Adiba mengerenyitkan dahinya kenapa dengan Tari ini? Dia dibujuk agar bertemu Aksa masih ada alasan eh kalau tentang Akbar dia langsung otw? Memang depresi anak itu.

Setengah jam Adiba menunggu akhirnya bel rumah Adiba berbunyi menandakan bahwa seseorang ada du depan pintu rumahnya.

"Jadi ada perkembangan apa lo sama kak Akbar?" Tanya Tari tiba-tiba

"Lo ngapa jadi semangat gini sih ngomongin Akbar?" Adiba menatap sinis temannya itu

"Lah emang ngapa?" Ucap Tari tanpa beban

Zero O'clock (Completed✔)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt