20: tomorrow is kak minkyung's day!

2.1K 347 87
                                    

Siang ini, aku menghabiskan waktuku untuk membantu bibi membersihkan rumah. Rasanya aku benar-benar bosan, aku tidak bisa mengganggu Kak Minkyung karena ia pun sudah mulai sibuk mengurus pernikahannya yang akan digelar dalam waktu dekat. Aku menerima undangannya, tentu, tapi aku tidak yakin jika San akan datang.

Tanganku sibuk mengelap beberapa bingkai foto di dekat meja telepon, di ruang keluarga. Di atasnya, terpasang juga foto pernikahanku dengan San yang dicetak dengan besar. Aku sedikit tersenyum melihat potret diri kami; senyum seindah foto itu, akhirnya aku memiliki kesempatan untuk mewujudkannya.

"Hey,"

Bahkan berhari-hari sejak kami resmi berbaikan, San masih memanggilku dengan 'hey' alih-alih menyebut namaku.

San menghampiriku dengan entah apa yang ia bawa di tangannya. Ia menyodorkan benda itu padaku.

"Temen kamu ada yang nikah? Kok aku gak dikasih tau?" tanyanya.

Ah, undangan dari Kak Minkyung. "Emang kalau aku ngasih tau, kamu mau dateng?" Aku balik bertanya.

"Kenapa enggak?" San mengambil alih undangan itu dari tanganku dan membacanya. "Kalau kamu kenal baik sama orangnya, ayo dateng. Acaranya besok, kan?"

"Hah? Besok?"

Aku menyerobot San dalam membaca undangan tersebut. Astaga, acaranya benar-benar besok, aku bahkan belum menyiapkan apa-apa!

Aku menepuk dahi, "Astaga, pantesan Kak Minkyung dari kemaren ngode-ngode, ternyata acaranya besok. Aku belum nyari kado!"

"Gak usah, aku punya beberapa benda yang bisa dijadiin kado, masih baru," ucap San.

"Apa?" tanyaku.

San menggaruk tengkuknya, "Y–ya sesuatu? Tadinya mau aku kasih ke Edith, tapi gak jadi."

Aku memicingkan mataku menatapnya, "Apa? Aku gak yakin."

"Astaga, ayo liat dulu,"

San menarik tanganku dan membawaku naik ke lantai dua, ke kamarnya. Aku mendudukkan diri di meja kerjanya selagi pria itu sibuk mengobrak-abrik isi lemarinya. Dalam hati, aku bertanya-tanya, benda apa yang sedianya akan ia berikan pada Edith?

"Aha!"

San mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dan menyodorkannya padaku. Dari kotaknya saja sudah berlogokan merek ternama, pria ini benar-benar menghabiskan banyak uang untuk wanita gelapnya.

"Aku harap kamu gak keberatan, kalau kamu pengen yang kayak gitu, besok aku beliin lagi yang lain," ucapnya, yang membuatku semakin bertanya-tanya.

Dengan hati yang sedikit berdebar, aku membuka kotak tersebut dengan hati-hati. Sialan, Choi San, bagaimana ia berencana menghadiahkan sebuah gaun tidur yang semi transparan seperti ini untuk Edith?? Apalagi sekarang justru akan kami hadiahkan untuk Kak Minkyung??

"Kamu mau ngasih ginian ke Kak Minkyung??? Astaga, kamu gila!"
seruku tak habis pikir.

Sungguh, mungkin tidak ada salahnya jika ia berencana untuk memberikannya pada Edith, tapi pada Kak Minkyung?? Wanita itu pasti akan berpikiran aneh-aneh tentangku!

"Apa salahnya? Toh temen kamu juga bakal pakai itu, kan? It's a normal wedding, I thought?" balas San.

Aku kembali menepuk dahi. Baiklah, Kak Minkyung memang sangat beruntung karena bisa memilih jodohnya sendiri, tetapi apakah hadiah ini tidak berlebihan?

"Kenapa kita gak beli semacam baju couple aja? Astaga, gak tau lah, aku gak punya muka buat ngasih itu ke Kak Minkyung," ucapku sembari menutup wajahku dengan kedua tanganku. "Gak apa-apa kalau kamu mau ngado itu, tapi tulis namanya dari kamu aja."

"Hey," San menarik tanganku dari wajahku, "bagus dong kalau kita ngasih sedikit 'kejutan' buat temen kamu? Little surprise always works."

"Astaga, ya udah deh, gak apa-apa," aku mengalah. Yah, tak ada salahnya juga memberikan sedikit kejutan untuk Kak Minkyung.

Wajahku panas sekali, aku yakin jika wajahku memerah lagi. Sungguh, aku tidak habis pikir kenapa San bisa-bisanya terpikirkan sebuah gaun tidur semi transparan seperti ini?

"Your face's turning red, mikirin apa?" San menatapku dan menyeringai, "I'm ready, everytime you're ready."

"Gak, gak, stop," aku memelototi pria itu, "masalah kita belum selesai; kita belum nemu baju buat besok dan kamu belum nyocokin sama jadwal kantor, kan?"

"Apa gunanya aku punya sekretaris kalau gak bisa nge-handle jadwalku? Emang kamu mau pakai baju apa? Ayo belanja sekarang," jawabnya.

"Belanja terus, belum aja uangnya habis," aku menggerutu, "aku mau nyari gaun dulu, kamu kan pakai baju apa aja bisa."

"Oh? Ya udah, aku pakai piyama aja,"

"On your fuvking dream, Choi,"

Aku berjalan menuju kamarku, tetapi San rupanya mengekor masuk. Matanya menerawang seisi kamar begitu ia masuk, saking tidak pernahnya ia berkunjung ke kamarku.

"Kamar kamu bau strawberry," celetuk pria itu, "dan lebih terang."

Aku menghela napas, "Makanya, jendela kamar tuh dibuka, biar terang."

Aku kembali fokus pada lemari gaunku. Aku mengeluarkan beberapa gaun yang sekiranya cukup pantas untuk dikenakan pada pesta pernikahan ke atas meja, memberi San kesempatan untuk ikut berpendapat.

"Mendingan yang mana?" tanyaku sembari mencocokkan beberapa gaun pada tubuhku.

Pria itu menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Kamu gak punya gaun yang lebih panjang? Please, ternyata kamu satu selera sama Edith," komentar San.

"Jadi, kamu gak suka gaunnya karena kurang panjang atau karena mirip punya Edith?" tanyaku sedikit ketus karena pria itu menyinggung tentang Edith, lagi dan lagi.

"Astaga, bukan begitu, Edith boleh pakai yang pendek-pendek, tapi kamu gak boleh," San berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan gaun berwarna krim ornamen emas dengan bahan dasar satin, "Ini aja, gak terlalu terbuka dan gak norak. Aku suka yang ini."

Ah, gaun ini, gaun yang ku kenakan saat after party pernikahan kami. Baru ku sadari, dari semua gaun yang ku tunjukkan untuk San pilih, semuanya memang terlihat tidak nyaman untuk dipakai.

"Pakai apa yang kamu suka, yang kamu nyaman. I like your dress, but you fit better in my wrinkled tee," ucap San.

note

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

note.
iya maaf hyung aku bucinnya 88rising 🌙

Daybreak ➖ATEEZ San [✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon