31: start of an end

3.6K 359 135
                                    

"San?"

Pukul sebelas malam, San belum beranjak dari posisinya di taman belakang. Selesai dengan makan malamnya, San berkata ingin menghabiskan waktunya sembari bekerja di taman belakang.

Pria itu menolehkan pandangannya ke arahku. Dengan bertelanjang kaki, aku menghampirinya, duduk di sisinya.

"Kenapa belum tidur?" tanya San.

"Entah, mungkin nungguin kamu," jawabku. Mataku terpaku pada laptop San yang terbuka, tetapi layarnya mati, "laptopnya kok mati? Batrenya abis?"

Alis San terangkat mendengar ucapanku. Sejurus kemudian, tangannya dengan cepat menutup laptopnya, "Enggak kok, emang aku matiin."

Mataku memicing menatap San, tingkahnya aneh sekali. "Kamu kenapa sih? Mikirin apa?" tanyaku.

"Gak apa-apa, sayang, serius," jawabnya. "Cuma mikirin kantor, itu aja."

"Mikirin kantor, apa Edith sama Yeosang?" tanyaku lagi.

San tampak terkejut dengan pertanyaanku. Ia terdiam seribu bahasa, pandangannya ia rendahkan, menghindari kontak mata denganku.

Besok pagi, acara pemberkatan Edith dan Yeosang akan dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan resepsi di hari yang sama. Aku sendiri pun tidak bisa berbohong jika aku juga merasa khawatir untuk kembali mempertemukan Edith dengan San, meskipun nanti mereka akan bertemu dengan Edith yang berstatus istri orang.

Benteng tinggi penghalang antara mereka kini memang telah berlipat ganda, menjadi semakin tinggi. Tetapi, aku paham betul jika Tuhan adalah maha membolak-balikkan hati, aku tidak mau segala usaha yang telah San lakukan selama ini untuk membebaskan diri dari masa lalunya harus berantakan hanya karena sebuah pertemuan yang singkat. Sudah cukup aku melihatnya bersedih, aku tidak mau lagi, aku tidak tega.

"Gak apa-apa, aku dengerin kok," ucapku.

San menghela napas, kemudian menyalakan laptopnya. Ia menunjukkan penampil berkasnya yang kosong.

"Aku ngehapus semua fotoku sama Edith, semuanya. It got me feeling the nostalgia when I look at those past, yeah, a bit," San menatapku dan tersenyum, "Masa lalu yang udah selesai, kan?"

Aku menepuk-nepuk bahu San, "Kamu tau, aku gak keberatan sama sekali sama apapun yang terjadi di masa lalu, tapi aku selalu suka kalau kamu berinisiatif untuk menyelesaikan semuanya, termasuk memaafkan masa lalu kamu."

San meraih tanganku, membelainya lembut, menggenggamnya. "Ah, rasanya aku gak pantes nikahin kamu. Kamu yang selalu sabar dan dukung aku, sementara aku pernah buta sama semuanya," ucapnya tulus.

Aku terkekeh, "Dulu, kan? Kita hidup untuk masa kini dan masa depan, aku bersyukur punya kamu yang ngajarin aku berbagai macam lika-liku hidup. Juga, semua hal yang terjadi di masa lalu, bukan waktu yang singkat untuk kamu menjalani semuanya. Butuh waktu untuk bener-bener memaafkan semuanya dan yah, aku berusaha ngerti."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Daybreak ➖ATEEZ San [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang