34.

994 50 4
                                    

Don't hard to giving me a vote


4 tahun kemudian

Alia, gadis itu mengeret kopernya dengan tangan kanan. Roda koper itu terus menggelinding di lantai bandara. Dengan setelan hijab berwarna coklat gadis itu yerus berjalan. Dengan sebuah tiket di tangannya dan paspor. Sebuah jaket yang senada dengan bahan tebal dan sedikit bulu di area leher menggantung indah di lengan kirinya. Mengingat bulan Februari adalah musin dingin di negara yang akan ia tuju. Juga sebuah tas selempang berdiameter 25 cm dengan warna yang senada pula. Gadis itu sudah sedikit berbeda. Kulit tampak lebih cerah dari semasa ia SMA. Sedikit bekas jerawat menghiasi pipinya yang ia poles sedikit bedak. Gaya berpakainnya juga berubah. Kini ia berani memakai sepatu dengan hak sedikit tinggi. Lebih terlihat perempuan dan lebih casual. Bibirnya tampak lebih merah dengam sedikit polesan lip tint. Ia juga berani memakaikan maskara di bulu matanya agar sedikit hitam dan lentik. Gadis cerewet itu sudah bertransformasi. Menjadi gadis yang lebih, ah lebih ke perempuan. Banyak-banyak menebar senyuman. Kini ia sudah menjadi mahasiswa di salah satu kampus negeri di kotanya. Dengan beasiswa tentunya.

Bukan.

Jangan pikir ini karena Alia pintar.

Memang dia pintar tapi ada hal lain.

Pekerjaan Abinya mengalami kemerosotan saat ia akan lulus dari SMA. Sehingga perusahaan Abinya harus kerjasama dengan Papa Arozy dan bekerja dibawah kepemimpinan Papa Arozy. Jadi ia harus bekerja keras untuk mendapatkan beasiswa. Bukan karena orang tuanya tidak mampu. Tapi, Alia tahu mereka memiliki beban yang terlalu banyak. Alia ingin menjadi kebanggaan mereka. Dan dengan izin Allah ia diteriman di salah satu universitas negeri yang amsih satu kota di jurusan seni, seperti impiannya.

Dia menjadi gadis dengan ambisi.

Hari ini setelah 3 tahun belajar ia mendapatkan kesempatan untuk belajar di salah satu universitas seni di Korea Selatan. Seperti impiannya yang selalu ia ceritakan. Dulu, ia hanya berbicara, berusaha agar Abi dan Uminya bahagia dengan candaan bahwa anak satu-satunya akan belajar di negara orang dan membuat Uminya menangis setiap hari karena dirundung rindu. Selalu saja seru! Dan kali ini perkataan itu jadi nyata atas izin Allah.

Gadis itu melambaikan tangan pada kedua orang tuanya dan seorang pangeran kecil di gendongan Uminya. Bocah tiga tahun itu melambaikan tangan dengan sebuah roti di tangannya. Ia, tepat tiga tahun yang lalu, kedua orang tuanya dikaruniai seorang anak laki-laki, adik Alia. Namanya Halim Ar Rahmat. Bayangkan ia punya seorang adik saat umurnya 17 tahun. Tapi bocah itu menggemaskan, ia akan jadi pengganti rindu Alia. Abinya, menangis lagi seperti kejadian 3 tahun yang lalu saat Alia memiliki kesempatan untuk berlibur ke luar kota dengan pesawat. Abinya sangat cengeng kalau anak perempuan tunggalnya tunggang langgang pergi jauh, meski hanya beberapa hari.

"Alia" teriak seseorang dengan sura ngos-ngosan, membuat gadis itu berhenti dan menoleh.

Ah, dia.

Arozy, rindu sekali melihatnya. Ada banyak yang ingin Alia ceritakan tentang pemuda itu, sahabatnya itu. Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat, lain kali akan ia ceritakan. Sekarang ia akan check in dan terbang ke Korea bertemu oppa, astaga.

"Aku udah luangin waktu buat balik cuma buat lihat kamu sebelum naik, kamu malah ninggalin"

Oh ya mungkin kata-kata elo-gue udah kita ubah jadi aku-kamu. Sekali lagi Alia tegaskan, bukan saat ini yang tepat untuk menceritakannya. Ia harus bergegas. Ia sudah telat satu jam sampai ke bandara.

Alia mendekat lagi "Kamunya Lama, ya aku tinggal"

"Jadi gitu, mentang-mentang Aku udah putus sama adek kamu "

(menuju) Jodoh Halalku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang