Huufff....
Kini aku sedang duduk diruang keluarga, bersama Ayah, Kak Rizal, Kak Reza dan Kakek.
Bunda?
Bunda sudah diusir dari acara introgasiku ini, karena jika ada Bunda maka dapat dipastikan acara ceramah umum kali ini akan tertunda bahkan terancam dibatalkan. Tentu, Bunda akan membelaku. Tadi, Kak Rizal menyuruh Bunda dan Kak Hanum untuk belanja di supermarket karena ia ingin di buatkan rendang katanya. Huh, alibinya aneh bin hebat,yee kan? ?FLASHBACK ON.
"Zahra Khumaira Al-Farisi"
"Mmm...a...anu kak, i...ini ga seperti yang kakak liat kog."
"Jadi gini yaa tingkahmu. Hm,hebat hebat."
Prok...prok...prokk...
Ucap kak Rizal sambil bertepuk tangan."Mas Rizal, kamu tenang dulu yaa... Dengerin penjelasan nya Zahra dulu." Ucap kak Hanum berusaha membelaku.
"Num, habis ini kamu temani Bunda ke supermarket ya, bilang kalau mas pengen dimasakin rendang, oh iyaa... Bilang sama Bunda juga suruh belanja buat keperluan pernikahan kita yang kurang, kamu kalau mau beli apa-apa juga boleh, ini ambil kartu nya mas." Ucap kak Rizal sambil mengeluarkan kartu dari dompetnya.
"Jangan kembali ke rumah sebelum satu jam. Lebih lama lebih baik." Tegas kak Rizal.
"Kak, jangan marahin Zahra yaa... kasian." Kak Hanum masih berusaha membelaku, sambil menerima kartu dari kak Rizal. Namun, hanya dianggap sebagai angin lalu oleh kakakku itu.
"Hati-hati di jalan." Balas kak Rizal.
Kemudian, kak Rizal mendekati lemari ku, tepat dimana aku menyimpan benda-benda pusaka terlarangku tadi, yaitu sekumpulan makanan instan. Terdapat 2bungkus mie goreng dan 1 bungkus mie rebus rasa soto, snack kentang rasa balado, juga kripik singkong rasa balado, kripik ketela ungu, dan sebungkus roti sandwich coklat.
Kak Rizal mengeluarkan benda-benda tersebut kecuali kripik ketela ungu dan roti sandwich coklat. Jelas saja kedua benda itu saja yang aman untuk aku makan.
"Ada lagi?" Ucapnya mengagetkan ku.
"Eh,engg... enggak ada kak. Cu... cuman itu kog yang Zahra simpan." Jawabku sambil menunduk.
"Karena lainnya udah aku makan kak." Lanjut kak Rizal sambil menatapku tajam.
"i... eh enggak kog kak. Itu anu mmm.. maksud Zahra,"
"Maksudmu enggak salah, gitu kan? Udah nanti aja jelasin nya, sekarang kami turun, tunggu diruang keluarga." Ucap kak Rizal mutlak.
Aku hanya bisa mengangguk dan melaksanakan perintahnya.
Sebelum keluar kamar aku menengok ke belakang lagi, kulihat kak Rizal masih berusaha mencari-cari lagi dan menemukan kompor portabel milikku. Aku hanya bisa menarik nafas melihatnya dan segera turun.
FLASHBACK OFF.
"Jadi bener Ra, kamu sering makan mie, dan camilan tidak sehat seperti yang dikatakan kakakmu itu." Tanya ayah
"Engga kog yah." Jawabku tegas.
"Zahra,jangan bohong." Sahut kak Rizal.
"Raaa, bener yang kamu katakan?" kakek menimpali.
"Bener kog kek, Zahra ga bohong. Tadi kan ayah tanyanya -bener Ra, kamu sering makan mie, dan camilan tidak sehat seperti yang dikatakan kakakmu itu- Zahra garis bawahi kata sering yaa... Dan Zahra itu makan mie jarang kog kek, enggak sering malah cuman sekali. Itu aja gagal gara-gara dokter rese itu."

YOU ARE READING
Zahra Khumaira Al-Farisi
RandomZahra Khumaira Al-Farisi, seorang gadis yang sangat amat benci dengan hal-hal berbau medis, mulai dari jarum suntik,obat, dan rumah sakit. Namun,ntahlah takdir mengharuskannya berdekatan dengan hal-hal tersebut. "Sejauh apapun kau menghindar,ak...