BAB 2

17K 2.6K 320
                                    

"Chesa kelihatannya santai-santai aja tinggal sendirian di vila segede itu." Erwin tertawa saat melihat monitor yang menunjukkan Chesarya sedang memasak nasi goreng kemudian menikmati makan malamnya dengan tenang di meja panjang. "Padahal ini hari pertamanya, tapi dia bisa langsung beradaptasi tanpa masalah."

Para kru yang berada di control room mengangguk-angguk setuju. Bahkan saat bertemu dengan Honesty dan mendengar peraturan-peraturan PC, reaksi Chesarya terlihat biasa-biasa saja. Tak ada sedikitpun keluhan atau protes yang keluar dari mulutnya.

"She's too considerate." Yuni berkata dengan helaan napas panjang. "She's totally not reality show material."

"Terus kenapa Mbak Yuni ngotot milih dia?" tanya Vio penasaran.

"Para pemain yang berpartisipasi di PC hampir semuanya berapi-api, jadi gue butuh satu karakter buat ngademin suasana. Kebetulan kenalan gue itu Supervisor-nya Chesa, dan dia sendiri yang ngajuin nama Chesa."

"Tapi setenang-tenangnya orang, kalau udah dalam kondisi terdesak banget, biasanya meledaknya lebih parah, sih," timpal Jon sambil mengunyah keripik kentang. "Mendamaikan dua orang yang lagi bersitegang aja susah, lah ini Chesa malah bertanggungjawab ngurusin 14 orang sekaligus."

"Kejutan-kejutan yang nggak kita rencanain sebelumnya—itu yang gue incar, Jon."

"Serem." Jon sontak bergidik mendengar penjelasan Bosnya. "By the way, gue sampai sekarang sebenernya masih agak sangsi sama keputusan akhir lo, Yun. Menurut gue ML sama Villain-nya ketuker, deh."

"Masa, sih?" Alya yang masih sibuk mengetik di laptop langsung menimpali, "Menurut gue udah cocok. Gue malah skeptis sama pemeran FL dan Villainess-nya."

Mendengar kekhawatiran yang disampaikan oleh timnya, Yuni dan Erwin saling bertukar pandang, sebelum keduanya sama-sama tertawa, penuh kepuasan.

"Semakin banyak yang ragu justru bagus." Erwin mengajak Yuni ber-high five. "Kita bisa membuat penonton penasaran dan nggak berhenti menebak-nebak ending-nya."

"And ... that's what you called 'suspense', Guys," Yuni menutup kalimatnya dengan seringaian penuh arti.

***

"Selamat datang di vila Paradoks Cermin!" Sekitar pukul empat sore, Prabu Handoko—

presenter yang didapuk sebagai host PC menyambut 14 pemain di depan gerbang. Dengan sigap, ia mengantar para pendukung acara menuju ruang tamu. Mereka kemudian dipersilakan menempati sofa-sofa panjang yang cukup untuk menampung mereka semua.

Setelah memastikan para peserta duduk dengan tenang, Prabu lalu menjelaskan, "Seperti yang sudah kita bicarakan kemarin, smartphone, iPad, laptop, dan segala alat komunikasi lainnya dilarang digunakan selama Anda berpartisipasi di program ini, jadi kami mohon kerja sama Anda untuk mematuhi peraturan tersebut." Ia membaca cue card di tangannya sekilas. "Kemarin Anda semua juga sudah melakukan undian guna menentukan grup. Dan sekarang izinkan saya untuk mengumumkannya sekali lagi."

Prabu kemudian mengarahkan pandangannya pada Theo. "Grup pertama dipimpin oleh Theo Davis, salah satu aktor kenamaan Indonesia. Selama beberapa bulan ke depan Anda akan ditemani oleh tiga orang pengawal. Cakra—seorang travel vlogger, lalu Gendhis yang berprofesi sebagai cook helper, dan terakhir Yura yang merupakan seorang fashion designer."

Sang presenter kemudian beralih pada pria yang duduk di ujung sebelah kiri. "Selanjutnya, grup kedua dipimpin oleh Kalev Kusagra, chef terkenal yang juga memiliki nama besar di bidang perhotelan. Mulai hari ini ada tiga pengawal yang akan selalu setia mendukung Anda. Luc—announcer di salah satu radio swasta di Jakarta, lalu Olivia Wilson, artis terkenal yang baru-baru ini kembali aktif setelah vakum dari dunia hiburan selama hampir satu tahun, dan terakhir Samuel, seorang content creator."

The Confidante Plot (TERBIT)Where stories live. Discover now