14 :: | Fooled

103 24 18
                                    

"Bagaimana ujianmu kemarin?" Jinyoung mengikuti wajah Meiling dengan menggerakkan tubuhnya mengikuti kemana gadis itu menoleh.

"Kalau aku gagal aku tidak akan disini." Mei membereskan kertas-kertas di atas meja belajarnya. Memasukkannya kedalam laci dengan rapih.

"Kalau gagal, kau bisa kuajari lagi." Jinyoung meraih satu buku kecil diatas meja itu.

"Oya, pangeran muda?? Apa bunyi Undang-Undang Pasal 17 ayat 3 tahun 1948 tentang parlemen kerajaan?" Mei memandang Jinyoung dengan mata sipitnya yang makin ia sipitkan. Seolah-olah sedang menginterogasi pria yang duduk tenang diatas kursi rodanya itu.

"Eum... Aku akan tanya Byounggon." Jinyoung menunjukkan giginya pada Meiling.

"Pasal 17 ayat 3 tahun 1948 tentang parlemen kerajaan yaitu : Setiap pengawal, dayang, pengabdi istana dan para menteri tidak diperkenankan menceritakan apapun yang terjadi pada istana kecuali hasil rapat dewan. Apabila menlanggar, maka akan ada tiga konsekuensi, yaitu: 1. Penurunan pangkat. 2. Pencopotan jabatan. 3. Pengasingan di pulau terpencil kerajaan." Meiling menjelaskan dengan jari-jarinya pada Jinyoung. "Kau bilang kau akan mengajariku, kan? Tapi kenapa aku mendapat jawabannya sendiri?" Mei memutar tubuhnya. Menjauhi Jibyoung yang masih memandangnya.

"Karena aku bodoh undang-undang." Jinyoung menegaskan. Ia menghela nafas pelan. "Bertanyalah matematika atau sastra karena aku bodoh undag-undang! Sampai sekarang aku juga tidak tau kenapa aku tidak memahaminya! Kau pikir aku akan menjadi raja?!"

Mei memutar tubuhnya. Melihat Jinyoung yang menunduk dalam dan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Perlahan ia mendekatinya kembali.

"Aku bahkan harus bertanya Byounggon tentang hukum karena dia anak perdana menteri... Tapi aku sendiri??? Kenapa aku tak bisa?! Aku harusnya lebih memahami hal itu dari pada Byounggon!" ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan amarahnya sambil memejamkan matanya.

Jinyoung merasakan berat di kedua pahanya. Itu, buku tebal undang-undang negara yang sudah melalui revisi beberapa bulan lalu.

"Aku bisa mengajarkan padamu jika mereka tidak mau..." gadis itu tersenyum. Menyentuh buku undang-undang diatas paha Jinyoung. Kemudian memandang pria itu dengan senyuman. "Kau hanya perlu menghafalkannya terlebih dahulu... Aku sudah menghafalkannya dalam satu pekan. Kau juga bisa."

"Sebanyak ini?"

"Biasanya aku membuat catatan kecil agar aku bisa membawanya kemanapun aku pergi... Tapi... Tolong jangan sampai siapapun tau kau mempelajari ini. "

Kening pria itu berkerut. Ada yang tidak bisa ia mengerti tentang hal ini. Kenapa Jinyoung dilarang mempelajari undang-undang?

"Kemenangan Yonghee sudah direncanakan?"

∆∆∆

Pria itu menggerak-gerakkan bibirnya seolah sedang membaca mantera. Sesekali ia menunduk melihat tulisan di kertas sakunya.

"Anda sedang menghafalkan sesuatu, pangeran?" Ratu bertanya dengan lembut. Ia adalah orang yang akan menemani Jinyoung memeriksakan kakinya.

Jinyoung menoleh ke ibunya. Lalu menggeleng perlahan. Sedetik, ia melakukan hal yang sama lagi. Tapi kali ini, ia menggeser posisi duduknya menghadap ke jendela. Menyembunyikan apa yang ia bawa dari ibunya.

'Kau tau kenapa kau harus memenangkan pangkat ini, kan? Karena nasib keluargamu juga disini... Jika kau menang, keluargamu akan utuh, tapi jika tidak... Kau dan ibumu harus meninggalkan istana. Ayahmu akan hidup dengan wanita baru. Kemarin ratu menangis dan hanya bisa pasrah dengan nasibnya. Bahwa Dia akan berpisah dengan suaminya beberapa bulan lagi.'

Luceat Lux Tua | CIXWhere stories live. Discover now