1.

232 26 10
                                    


Bukan sebuah rahasia lagi jika Park Jinyoung, sang Presiden Dewan Murid yang juga seorang vampire tersebut adalah penggemar berat Im Jaebum. Penggemar berat itu digolongkan terlalu ringan jika ditilik dari apa yang sudah dilakukan Jinyoung pada kapten klub Hockey tersebut. Sasaeng fans lebih cocok menggambarkan sikap Jinyoung padanya.


Terkadang Jaebum tak habis pikir, bagaimana seorang vampire keturunan darah murni macam Jinyoung bisa jatuh cinta sebegitu parahnya pada manusia biasa sepertinya. Anak itu memang menarik, tapi terkadang Jaebum harus tahan nafas sendiri melihat bagaimana tingkah Jinyoung tak menggambarkan keturunan darah keluarganya.


Jinyoung tak akan pernah absen dari bangku penonton saat tim Hockey sekolahnya latihan. Meneriakkan nama Jaebum, bersama dengan penggemar yang lain, saat kapten berhasil mencetak skor. Jaebum mau tak mau hanya tersenyum pasrah di balik helmnya. Banyak anggota tim hockey sudah menggodanya dan berkata terima saja ajakan Jinyoung untuk berkencan. Tapi Jaebum tak bergeming. Bagaimana kalau dia berangkat dengan Jinyoung dan pulang hanya tinggal nama karena Jinyoung menghabiskan darahnya?


"Jangan berpikir bodoh, Jaebum hyung," kata Jackson, si anak serigala, ketika mereka selesai latihan. Jaebum berusaha untuk tak melemparkan tongkatnya pada Jackson karena mengatainya bodoh. "Aku tahu Jinyoung karena dia sekelas denganku, dia akan melakukan apapun meskipun hanya bisa bergandengan denganmu! Serius hyung! Paling tidak, terima ajakannya makan siang di kantor Dewan Murid."


"Kantin masih longgar dan banyak kursi yang masih kosong," kata Jaebum sambil memakai sepatu kasualnya. "Selama itu aku akan tetap makan di kantin."


"Jangan sampai Jinyoung mendengarmu," kata Jackson melirik ke kanan dan ke kiri meskipun sudah tahu kalau mereka hanya berdua di ruangan ganti ini. Insting serigalanya akan tahu jika ada makhluk lain yang mendekat. "Dia akan memenuhi kantin dengan caranya. Ingat apa yang ia lakukan pada seminar biologi minggu kemarin?"



Jaebum tak akan mau duduk di samping Jinyoung apapun kejadiannya, bahkan dia berkata kalau kursi guru dan kepala sekolah kosong, dia akan duduk disana. Dimana pun asal tidak disebelah Jinyoung. Anak kelas dua itu memang tak mengganggunya secara fisik, tapi siapa yang akan tahan menjadi objek penglihatan selama dua jam dalam jarak tak sampai satu meter? Jadi Jaebum akan berusaha sekuat tenaga untuk menjauh dari Presiden Dewan Murid itu.

Tapi Jaebum sepertinya salah menduga.

Tiba-tiba anggota Dewan Murid membagikan nomor kursi untuk mengikuti seminar biologi itu, setiap orang punya nomornya masing-masing dan Jaebum waktu itu tak punya firasat apapun. Tapi ketika ia berjalan menjauh dari teman-temannya kelas tiga dan malah mendekati tempat duduk kelas dua, sesuatu di dada Jaebum mencelos. Tempat duduknya memang strategis, tepat di belakang kursi guru dan kepala sekolah, tapi itu biasanya ditempati oleh anggota Dewan Murid.

Nomornya ditemukan di sebelah seseorang yang sudah menunggunya dengan senyum tinggi. Jadi setelah Jaebum duduk ia langsung menggeram pelan,

"Park Jinyoung," katanya sambil menutup wajahnya dengan satu tangan.

"Sebenarnya, hyung, aku lebih suka kalau kau berkata seperti itu ketika kita hanya berdua. Di tempat tidur."


Oh, sudahkah Jaebum menambahkan selain penggemar bahwa Jinyoung ini seorang mesum?


Jaebum menoleh padanya dan berusaha tak menampilkan wajah emosinya, semakin dia marah, Jinyoung akan menang. "Apa yang kau lakukan?"

"Aku hanya memberimu tempat duduk strategis, hyung!" kata Jinyoung dengan suara pelan tapi tinggi, senyumnya membuat kerutan di sekitar matanya. Imut, menurut Jaebum, tapi tak lalu membuat segala kelakuannya dimaafkan. "Aku dengar dari Jackson kalau hyungie mulai pakai kacamata setelah latihan Hoki. Tentu saja aku tak mau hyung tak bisa mengikuti pelajaran karena mata minus 'kan?"

Terkutuk kau, Wang Jackson. Tapi Park Jinyoung ini lebih butuh dikutuk. Oh tunggu, vampire tak bisa dikirimi guna-guna.



Kembali ke ruang ganti, Jaebum menghela nafas. Jackson melepas kaos latihannya dan membuka loker.

"Dia juga nggak jelek-jelek amat, hyung," kata Jackson. "Paling tidak, cobalah berbaik hati dengannya."

"Aku sudah baik," kata Jaebum. "Kalau tidak, aku sudah menancapkan pasak di dadanya."


Jackson mengernyitkan wajah dengan bilang 'Euw' keras. Ia lalu keluar dari balik pintu lokernya dan bersandar disana dengan satu tangan sambil berkata pada Jaebum. "Hyung, apa kau yakin keluargamu adalah manusia murni? Maksudku, mungkin saja kau ada darah iblis atau—Oh! OH! Berhenti!"



Sebelum Jackson bisa menghina dirinya lebih jauh, Jaebum bangkit dari duduknya dan segera mendekati adik kelasnya itu. Ia berusaha mencekik, memukul, menendang dan apa saja agar membuat si werewolf Hongkong itu diam, sementara Jackson berusaha menghindar dengan bertameng pintu loker yang hanya bisa menutupi bagian atas tubuhnya saja.



"Hei—Hei! Hyung! Itu bukan hinaan! AH! Berhenti memukulku! Itu pu—ASTAGA JAEBUM HYUNG! Ah! YAH!"




TBC

NyctophiliaWhere stories live. Discover now